MENUJU PERTANIAN ORGANIK

SELAMAT DATANG

Jumat, 09 Maret 2012

Organik - Sebuah sistem Menuju Sehat

Keseluruhan sistem managemen produksi pertanian yang menghindari penggunaan pupuk, pestisida sintetis dan organisme rekayasa genetik (GMO atau transgenik), meminimalkan polusi udara, tanah, dan air serta mengutamakan kesehatan dan produktivitas tanaman, binatang dan manusia. Dalam pelaksanaannya, pertanian organik mengurangi pemakaian masukan dari luar (external input) dengan jalan meniadakan penggunaan pupuk dan pestisida kimia sintetis. Sebagai gantinya, sistem pertanian organik, memanfaatkan sumber daya alami berupa pupuk organik, pestisida botani dan penggunaan bibit lokal atau yang bukan hasil rekayasa genetik. Dengan demikian pertanian organik dapat didefinisikan sebagai “ sistem pengelolaan produksi pertanian yang holistik yang mendorong dan meningkatkan kesehatan agro-ekosistem, termasuk biodiversitas, siklus biologi dan aktivitas biologis tanah; dengan menekankan pada penggunaan input dari dalam dan menggunakan cara-cara mekanis, biologis dan kultural”.

Sistem manajemen produksi pertanian organik ini dirancang untuk :

* menghasilkan pangan berkualitas tinggi yang bebas residu pestisida, residu pupuk kimia sistetik, dan bahan kimia lainnya untuk membantu meningkatkan kesehatan masyarakat,
* melindungi dan melestarikan keanekaragaman hayati dalam sistem secara keseluruhan, agar dapat berfungsi dalam mempertahankan interaksi di dalam ekosistem pertanian secara alami,
* mempertahankan dan meningkatkan kesehatan, kesuburan dan produktivitas lahan guna menunjang sistem usahatani yang berkelanjutan,
* mengurangi ketergantungan petani terhadap masukan sarana produksi dari luar yang harganya mahal dan berpotensi menyebabkan pencemaran lingkungan,
* mendaur ulang limbah yang berasal dari tumbuhan dan hewan untuk mengembalikan nutrisi ke lahan sehingga meminimalkan penggunaan sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui,
* mempromosikan penggunaan tanah, air dan udara secara sehat, serta meminimalkan semua bentuk polusi yang dihasilkan oleh praktek-praktek pertanian,
* menangani produk pertanian dengan penekanan pada cara pengolahan yang hati-hati untuk menjaga integritas organik dan mutu produk pada seluruh tahapan; dan
* bisa diterapkan pada seluruh lahan pertanian yang ada melalui suatu periode konversi, dimana lama waktunya ditentukan oleh faktor spesifik lokasi seperti sejarah lahan serta jenis tanaman dan hewan yang akan diproduksi.

Sistem usaha tani bisa dikatagorikan pertanian organik apabila :

* Lokasi, lahan dan tempat penyimpanan harus terpisah secara fisik dengan batas alami dari pertanian non organik.
* Masa konversi lahan dari pertanian non organik menjadi pertanian organik diperlukan waktu 12 bulan untuk tanaman musiman dan 18 bulan untuk tanaman tahunan.
* Bahan tanaman (benih/bibit) bukan berasal dari hasil rekayasa genetika dan tidak diperlakukan dengan bahan kimia sintetik ataupun zat pengatur tumbuh.
* Media tumbuh tidak menggunakan bahan kimia sintetik
* Perlindungan tanaman tidak menggunakan bahan kimia sintetik, tapi berupa pengaturan sistem tanam/pola tanam , pestisida nabati, agens hayati dan bahan alami lainnya.
* Pengelolaan produk harus terpisah dari produk non organik dan tidak menggunakan bahan yang mengandung additive

Dalam proses penerapan budidaya pertanian organik memang agak sulit dibandingkan dengan budidaya biasa yang menggunakan bahan kimia (anorganik). Untuk itu orang yang akan mengembangkan pertanian organik harus mempunyai jiwa juang dan cinta terhadap lingkungan dan semua isi alam. Harus mau mengenal alam dimana dia berada, mengembangkan cara-cara bertani yang sesuai dengan keadaan alam setempat, mengenali dan mengembangkan sumber-sumber daya yang ada ditempat itu.

Hal yang tidak kalah pentingnya dalan penerapan pertanian organik adalah pemahaman tentang makhluk hidup dalam hubungannya dengan lingkungan, sehingga mutlak dituntut kejelian dan ketelitian dalam setiap pengambilan keputusan serta tindakan di lahan usahataninya.

Di Indonesia sendiri, selama lima tahun terakhir ini banyak petani yang mengalihkan usahanya dari sistem pertanian konvensional ke sistem pertanian organik. Munculnya fenomena ini berkaitan dengan semakin banyaknya masyarakat yang menyadari bahwa produk pertanian yang mengandung pestisida dan bahan kimia sintetis lainnya terbukti menimbulkan gangguan pada kesehatan manusia yang mengkonsumsinya. Disamping itu, fenomena ini juga dipicu oleh adanya trend gaya hidup sehat dengan slogan “Back to Nature” di masyarakat yang mensyaratkan jaminan bahwa produk pertanian harus mempunyai atribut aman dikonsumsi dan ramah lingkungan (eco-labelling attributes). Kondisi lain yang juga ikut mendorong semakin banyaknya petani Indonesia yang mengadopsi pertanian organik adalah akibat semakin langka dan mahalnya harga pupuk dan pestisida sintetis di pasaran, sementara itu harga-harga produk pertanian yang mereka hasilkan relatif stabil atau bahkan cenderung semakin menurun.

Manfaat Pertanian Organik bagi Petani

Setidaknya ada 3 manfaat utama yang akan diperoleh ketika petani menerapkan sistem pertanian organik.

1. Harga premium
Harga produk organik setidaknya 20-30% lebih tinggi daripada harga produk pertanian biasa. Harga yang bagus ini sangat penting untuk menunjang ekonomi petani dan menentukan hidup matinya pertanian organik.

2. Biaya investasi yang rendah
Dengan pertanian organik, biaya input bisa ditekan lebih rendah terutama dari segi pupuk dan pestisida. Petani organik tidak perlu menyiapkan dana untuk membeli pupuk buatan tetapi memanfaatkan sisa tanaman atau kotoran ternak di sekitarnya sebagai sumber hara tanah utama. Pestisida kimia yang umumnya sangat mahal tak perlu dirisaukan petani. sebagai gantinya, petani menerapkan sistem perlindungan tanaman yang total dan terintegrasi utamanya dengan memberdayakan organisme musuh hayati.

3. ilmu nenek moyang
ilmu bertani dari moyang dulu nyaris tak bisa diterapkan petani sekarang bila mereka masih menerapkan sistem pertanian biasa. namun dengan pertanian organik, cara-cara bertani yang diterapkan nenek moyang kita dulu bisa digali, diberdayakan dan dikembangkan. cara bertani yang specifik daerah dan lingkungan merupakan nilai lebih dari pertanian organik.

Jika pertanian organik bisa menekan biaya produksi dan menghasilkan produk berharga tinggi, mengapa petani masih mati-matian membeli bahan kimia yang seharganya selangit?
mungkin mereka tergiur oleh rayuan perusahaan pestisida raksasa luar negeri yang siap menghisap uang petani.

Kondisi Pertanian sekarang

Penggunaan bahan kimia sintetik untuk pupuk dan pestisida maupun herbisida selama bertahun-tahun telah menyebabkan menurunnya kesuburan tanah. Budidaya pertanian yang sangat intensif dan tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan memperparah kondisi ini. Akibatnya terjadi kondisi seperti di bawah ini :
  • Kandungan bahan organik tanah saat ini hanya 1 - 2%, padahal yang ideal adalah 5%,
  • Aktivitas mikroba tanah rendah,
  • Sifat fisik, kimia, dan biologi tanah menurun,
  • Kesuburan tanah berkurang,
  • Kebutuhan pupuk kimia cenderung semakin meningkat, tetapi tidak selalu diikuti oleh peningkatan produksi.
Produk-produk pertanian kita terkontaminasi oleh residu bahan-bahan kimia sintetik berbahaya. Residu kimia ini sangat berbahaya. Residu kimia ini sangat berbahaya untuk kesehatan. Residu bahan kimia yang tersisa di tanah menyebabkan pencemaran lingkungan dan merusak keseimbangan biota tanah.
Bencana revolusi hijau mulai disadari setelah bertahun-tahun kemudian. Meskipun kondisi tanah pertanian kita sudah kritis. Namun tidak ada kara terlambat untuk mulai memperbaiki kondisi ini. Beberapa langkah yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki kondisi pertanian kita.
  • Secara bertahap mengurangi penggunaan pupuk kimia dan bahan-bahan kimia sintetik berbahaya lainnya di dalam budidaya pertanian,
  • kembali menggunakan pupuk alami/organik untuk mengembalikan kesuburan tanah pertanian kita,
  • menggunakan pestisida hayati atau nabati yang lebih ramah lingkungan dengan memperhatikan kelestarian alam.

KEUNTUNGAN PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK


Sejumlah keuntungan yang dapat dipetik dari pengembangan pertanian organik adalah, antara lain:

(a) Menghasilkan makanan yang cukup, aman dan bergizi sehingga meningkatkan kesehatan masyarakat. Data menunjukkan bahwa praktek pertanian organik mampu meningkatkan hasil sayuran hingga 75 % dibanding pertanian konvensional. Disamping itu, produk pertanian organik juga mempunyai kandungan vitamin C, Kalium, dan beta karoten yang lebih tinggi (Pither dan Hall, 1999).

(b) Membuat lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi petani, karena petani akan terhindar dari paparan (exposure) polusi yang diakibatkan oleh digunakannya bahan kimia sintetik dalam produksi pertanian.

(c) Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani; karena: (1) Biaya pembelian pupuk organik lebih murah dari biaya pembelian pupuk kimia; (2) Harga jual hasil pertanian organik seringkali lebih mahal; (3) Petani dan peternak bisa mendapatkan tambahan pendapatan dari penjualan jerami dan kotoran ternaknya; (4) Bagi peternak, biaya pembelian pakan ternak dari hasil fermentasi bahan organik lebih murah dari pakan ternak konvensional; (5) Pengembangan pertanian organik berarti memacu daya saing produk agribisnis Indonesia untuk memenuhi permintaan pasar internasional akan produk pertanian organik yang terus meningkat. Ini berarti akan mendatangkan devisa bagi pemerintah daerah yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan petani.

(d) Meminimalkan semua bentuk polusi yang dihasilkan dari kegiatan pertanian. Karena pertanian organik: (1) Menghindari penggunaan bahan kimia sintetis dan (2) Memanfaatkan limbah kegiatan pertanian seperti kotoran ternak dan jerami sebagai pupuk kompos.

(e) Meningkatkan dan menjaga produktivitas lahan pertanian dalam jangka panjang serta memelihara kelestarian alam dan lingkungan. Pemakaian kompos, misalnya, akan menciptakan lingkungan tanah, air dan udara yang sehat yang merupakan syarat utama bagi tumbuhnya komoditi pertanian yang sehat karena: (1) Memperbaiki struktur tanah sehingga sesuai untuk pertumbuhan perakaran tanaman yang sehat; (2) Menyediakan unsur hara, vitamin dan enzim yang dibutuhkan oleh tanaman untuk tumbuh sehat; (3) Menyediakan tempat (inang) bagi berbagai hama dan penyakit tanaman sehingga tidak menyerang tanaman.

Terbentuknya lapangan kerja baru dan keharmonisan kehidupan sosial di pedesaan. Pertanian organik akan merangsang hadirnya industri kompos rakyat yang berarti adanya lapangan kerja baru bagi masyarakat pedesaan. Disamping itu, penerapan pertanian organik juga akan merangsang adanya kerjasama kemitraan antara petani-peternak-pekebun untuk menerapkan sistem pertanian terpadu. Dalam hubungan ini, peternak mendapatkan bahan makanan ternak dari limbah pertanian (jerami dan dedak, misalnya) dari petani, sedangkan petani mendapatkan kotoran hewan dari peternak sebagai bahan kompos untuk usaha pertanian organiknya. Hal ini secara langsung akan menciptakan keharmonisan kehidupan sosial di pedesaan

Konsep Pertanian Organik

Organik, berasal dari akar kata organ. Seperti yang kita ketahui, organ adalah bagian dari tubuh yang memiliki fungsi khas untuk mendukung kehidupan. Yang saya garis bawahi tadi adalah kata kunci dari pertanian organik.
Sayangnya, pertanian organik (dan produknya) seringkali dipahami dengan sempit. Asal pakai pupuk kandang, tanpa pestisida sintetis, atau sudah sesuai dengan standar deptan…maka produk langsung bisa diklaim sebagai organik. Padahal tidaklah demikian.
Pertanian organik setidaknya tersusun atas tiga elemen utama, yaitu:
1. Alam — di mana ada pengakuan akan kekuatan yang lebih besar dari kekuatan manusia. Misalnya cuaca, kondisi tanah, air, hewan-hewan, dsb. Kekuatan ini bukan untuk dilawan, tetapi dijadikan sebagai mitra.
2. Budidaya — di mana ada etika (budi), pikiran dan daya upaya.
3. Manusia — petani, masyarakat disekitar, penjual, dan konsumen
Elemen-elemen tadi tidak dapat dipisah-pisahkan. Semuanya harus bergerak secara harmonis, dan harus hidup.
Pengejawantahannya bisa beragam, sesuai dengan kondisi lokal. Bu Mary mungkin bisa bercerita lebih banyak bahwa di kalangan masyarakat Jawa ada ilmu Titi Mongso, yaitu ilmu tentang tanaman apa yang harus ditanam pada masa-masa tertentu. Masyarakat Jawa tradisional juga suka meletakkan sesaji di sawah. Isi sesajinya antara lain pisang raja dan kue-kue yang berasa manis. Bertahun-tahun kemudian tradisi ini baru dibuktikan secara ilmiah bahwa pisang raja akan mengundang semut, yang merupakan predator terhadap hama tanaman padi. Sayangnya tradisi ini kemudian semakin punah dengan masuknya agama-agama yang berasal dari daerah non penghasil padi. Dan, masih banyak lagi sebenarnya contoh2 yang lain.
Karena berusaha selaras dengan alam, maka pertanian organik tidak bisa dilakukan secara multiculture dalam jumlah besar. Dalam pertanian organik selalu ada unsur:
1. Beraneka ragam. Untuk mengendalikan populasi hama, dan untuk menjamin agar tanah tidak mengalami defisiensi nutrisi tertentu. Di sini dikenal tanaman penambat nitrogen, tanaman pengusir hama, tanaman pemikat hama (agar hama tidak menyerang tanaman induk), tanaman penggembur tanah (umbi-umbian), tanaman penaung, dsb.
2. Bergilir. Selain untuk menyesuaikan diri dengan musim agar tidak mudah kena penyakit, tujuannya juga untuk mengendalikan populasi hama dan menjaga kesuburan tanaman.
3. Lokal. Tanaman lokal telah beradaptasi dengan alam lokal selama berabad-abad sehingga lebih tahan terhadap hama dan penyakit.
Tentang ini, perlu diingat bahwa Kelapa Sawit berasal dari Afrika Barat. Tanaman palma khas Indonesia itu sagu, kelapa, aren, siwalan dan sejenisnya.
Karena salah satu unsurnya adalah manusia, maka pertanian organik tidak dapat dipisahkan dari FAIR TRADE alias perdagangan yang adil. Masyarakat setempat dilibatkan dalam pertanian ini, baik sebagai petani, pengolah maupun pemasar. Petani harus mendapatkan penghasilan yang layak untuk kehidupannya. Dan konsumen harus mendapat produk yang sehat sesuai dengan harga yang dibayarnya….
Semoga ini bisa memberikan sedikit gambaran bagi rekan-rekan sekalian tentang konsep organic farming.
Akhir kata, “Organic farming is way of life, it is not mereley a way of doing business.”
All the best for Indonesia,

Kamis, 08 Maret 2012

PENGERTIAN dan PRINSIP-PRINSIP PERTANIAN ORGANIK

  1. Pengertian Pertanian Organik
Ada dua pemahaman tentang pertanian organik yaitu dalam arti sempit dan dalam arti luas. Pertanian organik dalam artian sempit yaitu pertanian yang bebas dari bahan – bahan kimia. Mulai dari perlakuan untuk mendapatkan benih, penggunaan pupuk, pengendalian hama dan penyakit sampai perlakuan pascapanen tidak sedikiti pun melibatkan zat kimia, semua harus bahan hayati, alami. Sedangkan pertanian organik dalam arti yang luas, adalah sistem produksi pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami dan menghindari atau membatasi penggunaan bahan kimia sintetis (pupuk kimia/pabrik, pestisida, herbisida, zat pengatur tumbuh dan aditif pakan). Dengan tujuan untuk menyediakan produk – produk pertanian (terutama bahan pangan) yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumen serta menjaga keseimbangan lingkungan dengan menjaga siklus alaminya.
Konsep awal pertanian organik yang ideal adalah menggunakan seluruh input yang berasal dari dalam pertanian organik itu sendiri, dan dijaga hanya minimal sekali input dari luar atau sangat dibatasi. (FG Winarno 2002)
  1. Prinsip – Prinsip Pertanian Organik
Prinsip-prinsip pertanian organik merupakan dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan pertanian organik. Prinsip – prinsip ini berisi tentang sumbangan yang dapat diberikan pertanian organik bagi dunia, dan merupakan sebuah visi untuk meningkatkan keseluruhan aspek pertanian secara global. Pertanian merupakan salah satu kegiatan paling mendasar bagi manusia, karena semua orang perlu makan setiap hari. Nilai – nilai sejarah, budaya dan komunitas menyatu dalam pertanian.
Prinsip-prinsip ini diterapkan dalam pertanian dengan pengertian luas, termasuk bagaimana manusia memelihara tanah, air, tanaman, dan hewan untuk menghasilkan, mempersiapkan dan menyalurkan pangan dan produk lainnya. Prinsip – prinsip tersebut menyangkut bagaimana manusia berhubungan dengan lingkungan hidup, berhubungan satu sama lain dan menentukan warisan untuk generasi mendatang.
Pertanian organik didasarkan pada:
  1. Prinsip kesehatan
  2. Prinsip ekologi
  3. Prinsip keadilan
  4. Prinsip perlindungan
Setiap prinsip dinyatakan melalui suatu pernyataan disertai dengan penjelasannya. Prinsip – prinsip ini harus digunakan secara menyeluruh an dibuat sebagai prinsip – prinsip etis yang mengilhami tindakan.
  1. Prinsip Kesehatan
Pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah, tanaman, hewan, manusia dan bumi sebagai satu kesatuan dan tak terpisahkan.
Prinsip ini menunjukkan bahwa kesehatan tiap individu dan komunitas tak dapat dipisahkan dari kesehatan ekosistem; tanah yang sehat akan menghasilkan tanaman sehat yang dapat mendukung kesehatan hewan dan manusia.
Kesehatan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem kehidupan. Hal ini tidak saja sekedar bebas dari penyakit, tetapi juga dengan memelihara kesejahteraan fisik, mental, sosial dan ekologi. Ketahanan tubuh, keceriaan dan pembaharuan diri merupakan hal mendasar untuk menuju sehat.
Peran pertanian organik baik dalam produksi, pengolahan, distribusi dan konsumsi bertujuan untuk melestarikan dan meningkatkan kesehatan ekosistem dan organisme, dari yang terkecil yang berada di alam tanah hingga manusia. Secara khusus, pertanian organik dimaksudkan untuk menghasilkan makanan bermutu tinggi dan bergizi yang mendukung pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan.
Mengingat hal tersebut, maka harus dihindari penggunaan pupuk, pestisida, obat-obatan bagi hewan dan bahan aditif makanan yang dapat berefek merugikan kesehatan.
  1. Prinsip Ekologi
Pertanian organik harus didasarkan pada sistem dan siklus ekologi kehidupan. Bekerja, meniru dan berusaha memelihara sistem dan siklus ekologi kehidupan.
Prinsip ekologi meletakkan pertanian organik dalam sistem ekologi kehidupan. Prinsip ini menyatakan bahwa produksi didasarkan pada proses dan daur ulang ekologis. Makanan dan kesejahteraan diperoleh melalui ekologi suatu lingkungan produksi yang khusus; sebagai contoh, tanaman membutuhkan tanah yang subur, hewan membutuhkan ekosistem peternakan, ikan dan organisme laut membutuhkan lingkungan perairan. Budidaya pertanian, peternakan dan pemanenan produk liar organik haruslah sesuai dengan siklus dan keseimbangan ekologi di alam. Siklus – siklus ini bersifat universal tetapi pengoperasiannya bersifat spesifik-lokal. Pengelolaan organik harus disesuaikan dengan kondisi, ekologi, budaya dan skala lokal. Bahan – bahan asupan sebaiknya dikurangi dengan cara dipakai kembali, didaur ulang dan dengan pengelolaan bahan – bahan dan energi secara efisien guna memelihara, meningkatkan kualitas dan melindungi sumber daya alam.
Pertanian organik dapat mencapai keseimbangan ekologis melalui pola sistem pertanian, pembangunan habitat, pemeliharaan keragaman genetika dan pertanian. Mereka yang menghasilkan, memproses, memasarkan atau mengkonsumsi produk – produk organik harus melindungi dan memberikan keuntungan bagi lingkungan secara umum, termasuk di dalamnya tanah, iklim, habitat, keragaman hayati, udara dan air.
  1. Prinsip Keadilan
Pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu menjamin keadilan terkait dengan lingkungan dan kesempatan hidup bersama.
Keadilan dicirikan dengan kesetaraan, saling menghormati, berkeadilan dan pengelolaan dunia secara bersama, baik antar manusia dan dalam hubungannya dengan makhluk hidup yang lain. Prinsip ini menekankan bahwa mereka yang terlibat dalam pertanian organik harus membangun hubungan yang manusiawi untuk memastikan adanya keadilan bagi semua pihak di segala tingkatan; seperti petani, pekerja, pemroses, penyalur, pedagang dan konsumen.
Pertanian organik harus memberikan kualitas hidup yang baik bagi setiap orang yang terlibat, menyumbang bagi kedaulatan pangan dan pengurangan kemiskinan. Pertanian organik bertujuan untuk menghasilkan kecukupan dan ketersediaan pangan ataupun produk lainnya dengan kualitas yang baik.
Prinsip keadilan juga menekankan bahwa ternak harus dipelihara dalam kondisi dan habitat yang sesuai dengan sifat-sifat fisik, alamiah dan terjamin kesejahteraannya.
Sumber daya alam dan lingkungan yang digunakan untuk produksi dan konsumsi harus dikelola dengan cara yang adil secara sosial dan ekologis, dan dipelihara untuk generasi mendatang. Keadilan memerlukan sistem produksi, distribusi dan perdagangan yang terbuka, adil, dan mempertimbangkan biaya sosial dan lingkungan yang sebenarnya.
  1. Prinsip Perlindungan
Pertanian organik harus dikelola secara hati – hati dan bertanggung jawab untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan generasi sekarang dan mendatang serta lingkungan hidup.
Pertanian organik merupakan suatu sistem yang hidup dan dinamis yang menjawab tuntutan dan kondisi yang bersifat internal maupun eksternal. Para pelaku pertanian organik didorong meningkatkan efisiensi dan produktifitas, tetapi tidak boleh membahayakan kesehatan dan kesejahteraannya.
Karenanya, teknologi baru dan metode – metode yang sudah ada perlu dikaji dan ditinjau ulang. Maka, harus ada penanganan atas pemahaman ekosistem dan pertanian yang tidak utuh.
Prinsip ini menyatakan bahwa pencegahan dan tanggung awab merupakan hal mendasar dalam pengelolaan, pengembangan dan pemilihan teknologi di pertanian organik. lmu pengetahuan diperlukan untuk menjamin bahwa pertanian organik bersifat menyehatkan, aman dan ramah lingkungan. Tetapi pengetahuan ilmiah saja tidaklah cukup. Seiring waktu, pengalaman praktis yang dipadukan dengan kebijakan dan kearifan tradisional menjadi solusi tepat. Pertanian organik harus mampu mencegah terjadinya resiko merugikan dengan menerapkan teknologi tepat guna dan menolak teknologi yang tak dapat diramalkan akibatnya, seperti rekayasa genetika (genetic engineering). segala keputusan harus mempertimbangkan nilai – nilai dan kebutuhan dari semua aspek yang mungkin dapat terkena dampaknya, melalui proses – proses yang transparan dan artisipatif.

DASAR-DASAR ILMU TANAH

Pelapukan kimia sering pula disebut dengan pelapukan khemis. Sebagaimana pelapukan fisis dan pelapukan biologi, pelapukan kimia merupakan bagian dari tenaga eksogen yang bersifat merusak (destruktif). Menurut Samadi (2007:87), “pelapukan kimia merupakan proses penghancuran batuan disertai dengan perubahan struktur kimianya”.
Perubahan struktur kimia yang dimaksud adalah perubahan struktur kimia penyusun batuan yang mengalami pelapukan tersebut. Ahmad Yani dan Mamat Ruhimat (2008:92) mengemukakan bahwa dalam prosesnya, air merupakan faktor utama sebagai zat pelarut. Air yang dimaksud adalah air hujan.
Pelapukan kimia ini umumnya terjadi di daerah yang berbatuan induk kapur (daerah yang bertopografi karst). Sebenarnya batuan kapur merupakan batuan yang tidak tembus air (permeabel), tetapi karena batuan ini banyak dijumpai adanya celah retakan (diaklas) sehingga air hujan yang banyak mengandung CO2 meresap ke dalamnya hingga menimbulkan pelarutan.
Selanjutnya, Ahmad Yani dan Mamat Ruhimat (2008:92) menguraikan bahwa ada empat macam proses yang termasuk ke dalam pelapukan kimia, yaitu:
(a) Hidrasi atau adsorbsi air: penarikan air oleh sesuatu zat tetapi air tersebut tidak terus masuk terus masuk ke dalam zat itu. Air hanya tertangkap di permukaan zat tersebut. Contoh hidrasi adalah perubahan gips ke dalam anhidrit akibat adsorbsi air. Persenyawaan kimianya sebagai berikut:
CaSO4 + 2H2O CaSO4 + 2H2O
CaSO4 = anhidrit CaSO4 + 2H2O = gips
(b) Hidrolisa: penguraian air atas ion-ion H yang positif dan ion-ion OH yang negatif. Ion-ion H bersama dengan unsur K, Na, C, dan Mg mengadakan persenyawaan basa. Basa-basa sangat mudah bereaksi dengan zat lain yang mengakibatkan K, Na, Ca, dan Mg berubah menjadi garam yang mudah larut. Hal semacam ini tampak pada persenyawaan orthoklas dan hidroksil sebagai berikut:
KAlSi 3O8 + HOH HAlSi2O8 – KOH
KAlSi 3O8 = orthoklas KOH = hidroksil
(c) Oksidasi: pengkaratan pada besi yang terkandung pada batuan. Perubahan warna coklat
pada pinggiran batuan induk merupakan akibat dari oksidasi. Satu contoh reaksinya yakni
4FeO + 3H2O + O2 —-> 2Fe2O3 3H2O
(d) Karbonasi: pada proses ini gas karbon dioksida (CO2) bekerja sebagai faktor pelapuk. Air yang mengandung gas karbon dioksida memiliki daya pelapuk sangat kuat. Gas karbondioksida yang terkandung dalam air diikat dari udara atau dari sisa tumbuhan setelah mengalami proses humifikasi. Batuan yang paling mudah dilapukkan oleh proses karbonasi adalah batuan kapur (lime stone). Proses kimia karbonasi dapat dilihat pada persenyawaan di bawah ini:
CaCO3 + H2O + CO2 —-> Ca (HCO3)2
CaCO3 = kalsit Ca (HCO3)2 = kalsium bikarbonat
Di samping itu, Bambang Nianto Mulyo dan Purwadi Suhandini (2004: 145 dan 2007:80) mencontohkan bahwa penghancuran batuan melalui proses kimia menyebabkan batuan yang lapuk perubahan susunan kimia. Contoh tersebut adalah:
(a) Mineral pirit (FeS2) di bawah pengaruh udara lembab dan oksigen dapat menghasilkan besi sulfat (FeSO4) dan asam sulfat (H2So4).
2FeS2 + 2H2O + 7O2 —-> 2FeSO4 + H2SO4
(b) Kaolin dihasilkan dari felspar (Na2O . Al2O3 . 6SiO2) melalui proses kimia.
Na2O . Al2O3 . 6SiO2 + nH2O + CO2 —-> Na2CO3 + SiO2 + SiO2 . nH2O + 2H2O .
Al2O3 . 2SiO2 (kaolin)Sudarno Herlambang pada Diklat MGMP Geografi SMA se-Jawa Timur di Malang (2006) mempresentasikan bahwa topografi karst dibentuk oleh bentukan lahan asal solusional, oleh pelarutan batuan kapur. Menurut beliau, syarat berkembangnya topografi karst adalah:
1. Terdapat batuan yang mudah larut.
2. Kemurnian batuan gamping tinggi.
3. Lapisan batuannya tebal (> 100m).
4. Banyak diaklas.
5. Vegetasi penutup lahan lebat.
6. Terdapat di daerah tropis basah.
Bentuk lahan karst dibedakan menjadi dua, yaitu bentuk lahan negatif dan bentuk lahan positif. Bentuk lahan negatif. Bentuk lahan negatif adalah bentuk lahan yang berada lebih rendah dari rata-rata permukaan Bumi di sekelilingnya. Bentuk lahan negatif meliputi:
1. Doline, adalah ledokan (cekungan) yang berbentuk corong atau mirip bentuk huruf v.
2. Uvala, adalah ledokan (cekungan) yang tertutup dan luas, merupakan gabungan dari beberapa doline.
3. Polye, adalah ledokan (cekungan) yang tertutup, sangat luas dan memanjang, dasar mendatar, berdinding terjal, serta merupakan gabungan dari beberapa uvala.
4. Yana, (luweng) adalah gua-gua kapur yang berbentuk vertikal seperti sumur.
5. Gua-gua kapur
Adapun bentuk lahan positif adalah bentuk lahan yang ketinggiannya di atas permukaan rata-rata permukaan Bumi di sekelilingnya. Bentuk lahan positif antara lain adalah:
1. Kerucut karst, merupakan bentuk karst tropik yang berupa sejumlah bukit karst berbentuk kerucut. Sumber lain lebih suka menyebut kubah (dome) karst.
2. Menara karst, merupakan perbukitan kars berlereng curam/vertikal yang menjulang tersendiri di antara dataran alluvial. Hal lain yang juga merupakan ciri khas dari topografi karst dan sebenarnya ada kaitannya pula dengan pelapukan kimia, yaitu lokva dan sungai bawah tanah. lokva adalah doline yang dasarnya relatif rata dan terlapisi oleh endapan tanah terrarosa hingga berfungsi sebagai penampungan air (danau). Danau yang demikian sering disebut dengan danau karst. Sungai bawah tanah sebenarnya merupakan lanjutan dari sungai permukaan yang kemudian seolah-olah menghilang. Sungai yang demikian sering disebut sink hole.
 Sedangkan dua gambar di atas, merupakan contoh bentukan dari pelapukan kimia daerah karst di Malang Selatan. Pelarutan batuan kapur oleh air hujan yang mengandung karbon dioksida melalui diaklas melantarkan terbentuknya rongga-rongga kapur hingga membentuk gua-gua karst dan gejala-gejala lain yang ada di dalamnya. Gambar pertama merupakan bentuk bagian dalam dari “gua Sengik” dengan stalaktit-stalaktit muda yang bergelantungan di atap gua dengan ujung meruncing. Stalaktit tersebut terbentuk melalui hasil pelarutan kapur oleh air hujan yang merembes dan mengering di langit-langit gua. Ada pula tetesan air hujan tersebut yang kemudian sampai di dasar gua, hingga menguap dan mengering. Pengendapan kapur di dasar gua menghasilkan bentukan yang disebut stalagmit. Karakteristik dari stalagmit itu ujungnya tumpul dan tidak memiliki saluran untuk merembeskan air. Satu hal yang istimewa pada bentukan di gua yang berada di kompleks wisata ‘lokal’ Desa Mentaraman Kecamatan Donomulyo, Kabupaten Malang ini. Gua ini di dalamnya terdapat semacam stalaktit berbentuk seperti meja berwarna coklat muda yang mengeluarkan air dengan semburan lembut. Sedang gambar kedua merupakan mulut gua kapur yang sebagian tertutup vegetasi ketika musim penghujan, di Kecamatan Pagak.
 Pelapukan organis sering pula disebut dengan pelapukan biologi (biological weathering). Pelapukan organis adalah penghancuran batuan oleh makhluk hidup, seperti tumbuhan, binatang, dan juga manusia.
 Pelapukan tumbuhan terjadi lantaran akar-akar tumbuhan yang menerobos batuan. Dalam proses penerobosan akar pada batuan, ujung-ujung akar tersebut mengeluarkan sejenis enzim yang berfungsi menghancurkan batuan. Melalui proses pergeseran waktu, akar yang membesar akan memecah dan membelah batuan menjadi beberapa bagian. Menurut pengamatan saya, akar tumbuhan yang relatif kuat menghancurkan batuan di antaranya adalah tanaman pinang raja, akasia, dan pilisium. Akar serabut pinang raja yang kuat dan dalam jumlah banyak, serta meluas mampu mengoyakkan batuan. Bahkan tumbuhan yang hidup di dekatnya tak mampu hidup dengan normal. Hal ini terjadi karena akar-akar pinang raja ini akan memenuhi juga lapisan atas tanah (horison A). Dengan hal tersebut, jelas unsur hara yang ada pada lapisan itu tersedot habis oleh sistem perakaran pada pinang raja tersebut, hingga tumbuhan lain yang hidup di sekitarnya tak seberapa memperoleh bagian. Pelaku pelapukan organis dari tumbuhan ini tidak hanya oleh tumbuhan yang ukurannya besar, namun juga oleh tumbuh-tumbuhan lain yang lebih kecil seperti cendawan,lumut,bahkan juga bakteri.
 Pelapukan biologis oleh hewan dilakukan oleh semut, rayap, cacing, tikus dan sebagainya untuk ukuran hewan kecil sampai kelompok hewan ukuran besar seperti kerbau, sapi, bahkan gajah. Kelompok binatang yang kecil merusak batuan dengan membuat lubang kecil untuk berlindung dan mencari makan. Ayam merusak batuan dengan mengais-ngaiskan kakinya, sedang kelompok binatang yang lebih besar dengan injakannya dan perilaku lainnya. Hanya perlu diketahui bahwa pelapukan oleh tumbuhan dan binatang ini intensitas dan dampaknya relatif kecil.
 Pelaku pelapukan biologis yang paling besar pengaruhnya terhadap pelapukan batuan adalah manusia. Walaupun kekuatan fisik manusia relatif terbatas, namun lantaran kemampuan akalnya yang tinggi, batuan bisa hancur berkeping-keping dalam hitungan detik.
Sumber:
1. Marbun, M.A. 1982. Kamus Geografi. Jakarta Timur: Ghalia Indonesia.
2. Nianto Mulyo, Bambang & Suhandini, Purwadi. 2004 & 2007. Kompetensi Dasar Geografi Jilid 1. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
3. Bagja, Waluya. 2007. Geografi SMA/MA Jilid 1. Bandung: Armico.
4. Yani, Ahmad & Ruhimat, Mamat. 2008. Geografi Menyingkap Fenomena Geosfer. Bandung: Grafindo Media Pratama.

Analisis Data Ilmu Usahatani

Untuk mengolah data, perlu diketahui beberapa analisa, baik analisa pendapatan maupun analisa biaya yang dapat membantu kita memperoleh hasil perhitungan yang menggambarkan produksi dari hasil pertanian responden.
Nilai Penyusutan Alat (NPA), merupakan nilai yang terdapat pada suatu alat dengan melihat harga awal dari barang tersebut, harga akhir, lama pemakaian, dan jumlah barang tersebut.
Nilai Penyusutan Alat
Biaya Penyusutan Alat (BPA), merupakan biaya yang terdapat pada suatu alat dengan melihat nilai produksi cabang usahatani, total nilai produksi dan nilai penyusutan alat.
Biaya Penyusutan AlatHari Orang Kerja (HOK), menghitung banyaknya biaya yang harus dibayar untuk tenaga kerja yang digunakan selama satu musim tanam. Baik itu pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan dan saat panennya.
Hari Orang Kerja (HOK)
 Keterangan:
Variabel pria                     = 1
Variabel wanita                = 0,7
Variabel anak-anak         = 0,3
Variabel mesin                 = 3
B/C Ratio, merupakan alat analisa untuk mengukur tingkat keuntungan teknologi baru di dalam proses produksi usahatani.
BC RatioKeterangan:
TR1   =   Pendapatan cabang usahatani I
TR2   =   Pendapatan cabang usahatani II
TC1   =    Biaya untuk cabang usahatani I
TC2   =    Biaya untuk cabang usahatani II
Kriteria:
B/C Ratio > 0, usahatani menguntungkan
B/C Ratio < 0, usahatani tidak menguntungkan
B/C Ratio = 0, usahatani impas
R/C Ratio, merupakan alat analisa untuk mengukur biaya dari suatu produksi.
RC Ratio
Kriteria:
R/C Ratio > 1, usahatani layak dikembangkan
R/C Ratio < 1, usahatani tidak layak dikembangkan
R/C Ratio = 1, usahatani impas.
Partial Budget, analisa yang digunakan untuk melihat atau menghitung jumlah keuntungan atau kerugian nominal akibat peralihan cabang usahatani yang dikelola ataukah ada atau tidaknya perubahan peralatan atau teknologi yang dipakai.
PB  =  (A + B)  ……..  (C + D)
Keterangan:
A  =   Biaya produksi cabang usahatani II
B   =   Penerimaan cabang usahatani I
C   =   Biaya produksi cabang usahatani I
D  =   Penerimaan cabang usahatani II
Kriteria :
(A + B)  > (C + D), usahatani menguntungkan.
(A + B)  > (C + D), usahatani tidak menguntungkan.
(A + B)  > (C + D), usahatani impas.

Kamis, 01 Maret 2012

Pemanfaatan Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya) sebagai Pestisida Alami yang Ramah Lingkun

Berkembangnya penggunaan pestisida sintesis yang dinilai praktis oleh para petani dan pecinta tanaman untuk mencegah tanamannya dari serangan hama, ternyata membawa dampak negatif yang cukup besar bagi manusia dan lingkungan. Cukup tingginya dampak negatif dari penggunaan pestisida sintetis, mendorong berbagai usaha untuk menekuni pemberdayaan / pemanfaatan pestisida alami sebagai alternatif pengganti pestisida sintesis.
Salah satu pestisida alami yang dapat digunakan adalah ekstrak daun pepaya. Daun pepaya mengandung bahan aktif “Papain”, sehingga efektif untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap. Estrak daun pepaya dapat digunakan sebagai pestisida alami setelah dicampurkan dengan minyak tanah dan detergen. Pestisida alami dari ekstrak daun pepaya memiliki beberapa manfaat, antara lain: dapat digunakan untuk mencegah hama seperti aphid, rayap, hama kecil, dan ulat bulu serta berbagai jenis serangga.
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belaakang Masalah
Berkembangnya penggunaan pestisida sintesis yang dinilai praktis oleh para petani dan pecinta tanaman untuk mencegah tanamannya dari serangan hama, ternyata membawa dampak negatif yang cukup besar bagi manusia dan lingkungan. Menurut WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) tercatat bahwa di seluruh dunia terjadi keracunan pestisida antara 44.000 - 2.000.000 orang setiap tahunnya. Dampak negatif dari penggunaan pestisida sintetis adalah meningkatnya daya tahan hama terhadap pestisida (resistansi hama itu sendiri), membengkaknya biaya perawatan akibat tingginya harga pestisida dan penggunaan yang kurang tepat dapat mengakibatkan keracunan bagi manusia dan ekosistem di lingkungan menjadi tidak stabil / tidak seimbang.
Cukup tingginya dampak negatif dari penggunaan pestisida sintetis, mendorong berbagai usaha untuk menekuni pemberdayaan / pemanfaatan pestisida alami sebagai alternatif pengganti pestisida sintesis. Salah satu pestisida alami yang dapat digunakan adalah ekstrak daun pepaya. Selain ramah lingkungan, pestisida alami merupakan pestisida yang relatif aman dalam penggunaannya dan ekonomis. Untuk itu, penulis akan membahas mengenai pemanfaatan ekstrak daun pepaya (Carica papaya) sebagai pestisida alami yang ramah lingkungan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang penulis angkat, yaitu:
1. Apa kandungan kimia dari daun pepaya (Carica papaya)?
2. Bagaimana cara pembuatan pestisida alami dari daun pepaya (Carica papaya)?
3. Apa manfaat ekstrak daun pepaya (Carica papaya) sebagai pestisida alami?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan yang dapat penulis ambil dari rumusan masalah tersebut adalah untuk mengetahui:
1. kandungan kimia dari daun pepaya (Carica papaya).
2. cara pembuatan pestisida alami dari daun pepaya (Carica papaya).
3. manfaat ekstrak daun pepaya (Carica papaya) sebagai pestisida alami
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan dari artikel ini adalah untuk menambah wawasan penulis khususnya dan masyarakat pada umumnya mengenai pemanfaatan ekstrak daun pepaya (Carica papaya) sebagai pestisida alami yang ramah lingkungan.

2. METODE PENULISAN
Adapun metode penulisan yang digunakan oleh penulis adalah metode studi kepustakaan yang berarti mencari sumber- sumber yang relevan terhadap judul yang penulis angkat melalui buku-buku dan melalui internet.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Kandungan Kimia Daun Pepaya (Carica papaya)
Daun pepaya (Carica papaya) mengandung berbagai macam zat, antara lain : vitamin A 18250 SI , vitamin B1 0,15 mg, vitamin C 140 mg, kalori 79 kal, protein 8,0 gram, lemak 2 gram, hidrat Arang 11,9 gram, kalsium 353 mg, fosfor 63 mg, besi 0,8 mg, air 75,4 gram , papayotin, kautsyuk, karpain, karposit, Daun pepaya mengandung bahan aktif “Papain”, sehingga efektif untuk mengendalikan “ulat dan hama penghisap”
3.2 Cara Pembuatan Pestisida Alami dari Daun Pepaya (Carica papaya)
( ilustrasi cara pembuatan pestisida alami dari daun pepaya)
Adapun langkah- langkah pembuatan pestisida alami dari daun pepaya, yaitu:
1. Mengumpulkan kurang lebih 1 kg daun pepaya (sekitar 1 tas plastik besar/ 1 ember besar).
2. Menumbuk daun pepaya hingga halus.
3. Hasil tumbukan/rajangan direndam di dalam dalam 10 liter air kemudian ditambahkan 2 sendok makan minyak tanah dan 30 gr detergen. Hasil campuran, didiamkan semalam.
4. Menyaring larutan hasil perendaman dengan kain halus. Dan menyemprotkan larutan hasil saringan ke tanaman.
3.3 Manfaat Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya) sebagai Pestisida Alami
Pestisida alami adalah suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari alam seperti tumbuhan. Adapun beberapa keunggulan dari pestisida alami, antara lain:
  • Jenis pestisida ini mudah terurai (biodegradable) di alam, sehingga tidak mencemarkan lingkungan (ramah lingkungan).
  • Relatif aman bagi manusia dan ternak karena residunya mudah hilang.
  • Dapat membunuh hama/ penyakit seperti ekstrak dari daun pepaya, tembakau, biji mahoni, dsb.
  • Dapat sebagai pengumpul atau perangkap hama tanaman: tanaman orok-orok, kotoran ayam
  • Bahan yang digunakan pun tidak sulit untuk dijumpai bahkan tersedia bibit secara gratis (ekonomis).
  • Dosis yang digunakan pun tidak terlalu mengikat dan beresiko dibandingkan dengan penggunaan pestisida sintesis. Untuk mengukur tingkat keefektifan dosis yang digunakan, dapat dilakukan eksperimen dan sesuai dengan pengalaman pengguna. Jika satu saat dosis yang digunakan tidak mempunyai pengaruh, dapat ditingkatkan hingga terlihat hasilnya. Karena penggunaan pestisida alami relatif aman dalam dosis tinggi sekali pun, maka sebanyak apapun yang diberikan tanaman sangat jarang ditemukan tanaman mati. Yang ada hanya kesalahan teknis, seperti tanaman yang menyukai media kering, karena terlalu sering disiram dan lembab, malah akan memacu munculnya jamur. Kuncinya adalah aplikasi dengan dosis yang diamati dengan perlakuan sesuai dengan karakteristik dan kondisi ideal tumbuh untuk tanamannya.
Pestisida alami merupakan pemecahan jangka pendek untuk mengatasi masalah hama dengan cepat. Pestisida alami harus menjadi bagian dari sistem pengendalian hama terpadu, dan hanya digunakan bila diperlukan (tidak digunakan jika tidak terdapat hama yang merusak tanaman). Pestisida alami dari ekstrak daun pepaya memiliki beberapa manfaat, antara lain: dapat digunakan untuk mencegah hama seperti aphid, rayap, hama kecil, dan ulat bulu serta berbagai jenis serangga.
4. PENUTUP
4. 1 Simpulan
Adapun kesimpulan yang dapat penulis ambil dari hasil dan pembahasan tersebut, antara lain:
1. Daun pepaya (Carica papaya) mengandung berbagai macam zat, antara lain : vitamin A 18250 SI , vitamin B1 0,15 mg, vitamin C 140 mg, kalori 79 kal, protein 8,0 gram, lemak 2 gram, hidrat Arang 11,9 gram, kalsium 353 mg, fosfor 63 mg, besi 0,8 mg, air 75,4 gram , papayotin, kautsyuk, karpain, karposit, Daun pepaya mengandung bahan aktif “Papain”, sehingga efektif untuk mengendalikan “ulat dan hama penghisap”
2. Adapun langkah- langkah pembuatan pestisida alami dari daun pepaya, yaitu: mengumpulkan kurang lebih 1 kg daun pepaya (sekitar 1 tas plastik besar/ 1 ember besar), menumbuk daun pepaya hingga halus, hasil tumbukan/rajangan direndam di dalam dalam 10 liter air kemudian ditambahkan 2 sendok makan minyak tanah dan 30 gr detergen. Hasil campuran, didiamkan semalam, menyaring larutan hasil perendaman dengan kain halus. Dan menyemprotkan larutan hasil saringan ke tanaman.
3. Pestisida alami merupakan pemecahan jangka pendek untuk mengatasi masalah hama dengan cepat. Pestisida alami harus menjadi bagian dari sistem pengendalian hama terpadu, dan hanya digunakan bila diperlukan (tidak digunakan jika tidak terdapat hama yang merusak tanaman). Pestisida alami dari ekstrak daun pepaya memiliki beberapa manfaat, antara lain: dapat digunakan untuk mencegah hama seperti aphid, rayap, hama kecil, dan ulat bulu serta berbagai jenis serangga.
4.2 Saran- Saran
Adapun saran- saran yang dapat penulis berikan, antara lain:
1. Sebaiknya para petani dan pencinta tanaman menggunakan pestisida alami sebagai pengganti dari pestisida sintesis yang digunakan agar keseimbangan lingkungan tetap terjaga.
2. Jangan menggunakan pestisida alami jika tidak ada tanaman yang diserang oleh hama.

Cara Membuat Pestisida Organik

Pestisida adalah zat pengendali hama (seperti: ulat, wereng dan kepik). Pestisida Organik: adalah pengendali hama yang dibuat dengan memanfaatkan zat racun dari gadung dan tembakau. Karena bahan-bahan ini mudah didapat oleh petani, maka pestisida organik dapat dibuat sendiri oleh petani sehingga menekan biaya produksi dan akrab denga lingkungan.
Bahan dan Alat:
2 kg gadung.
1 kg tembakau.
2 ons terasi.
¼ kg jaringao (dringo).
4 liter air.
1 sendok makan minyak kelapa.
Parutan kelapa.
Saringan kelapa (kain tipis).
Ember plastik.
Nampan plastik.
Cara Pembuatan:
Minyak kelapa dioleskan pada kulit tangan dan kaki (sebagai perisai dari getah gadung).
Gadung dikupas kulitnya dan diparut.
Tembakau digodok atau dapat juga direndam dengan 3 liter air panas
Jaringao ditumbuk kemudian direndam dengan ½ liter air panas
Tembakau, jaringao, dan terasi direndam sendiri-sendiri selama 24 jam. Kemudian dilakukan penyaringan satu per satu dan dijadikan satu wadah sehingga hasil perasan ramuan tersebut menjadi 5 liter larutan.
Dosis:
1 gelas larutan dicampur 5-10 liter air.
2 gelas larutan dicampur 10-14 liter air.
Kegunaan:
Dapat menekan populasi serangan hama dan penyakit.
Dapat menolak hama dan penyakit.
Dapat mengundang makanan tambahan musuh alami.
Sasaran:
Wereng batang coklat, Lembing batu, Ulat grayak, ulat hama putih palsu.
Catatan: Meskipun ramuan ini lebih akrab lingkungan, penggunaannya harus memperhatikan batas ambang populasi hama. Ramuan ini hanya digunakan setelah polulasi hama berada atau di atas ambang kendali. Penggunaan di bawah batas ambang dan berlebihan dikhawatirkan akan mematikan musuh alami hama yang bersangkutan.

Mengembalikan Jerami Ke Dalam Sawah


Pembuatan kompos jerami
Upaya Petani Prima Tani Subang untuk Mengobati Tanah yang Sakit
Era revolusi hijau menyebabkan penggunaan pupuk anorganik yang terus menerus bahkan dosisnya sudah melebihi ambang batas ekonomi.  Petani terpacu untuk terus meningkatkan hasil pertaniannya tanpa mempedulikan akibatnya pada lahan pertanian miliknya.  Tanpa disadari unsur-unsur hara di dalam tanah terus diambil oleh tanaman tanpa ada upaya untuk menggantinya kembali.  Unsur-unsur yang terambil dari dalam tanah dan tidak tergantikan itu adalah unsur-unsur mikro, yang jarang terperhatikan oleh petani, padahal meskipun mikro (kecil) namun manfaatnya tidak bisa dikesampingkan.  Petani hanya memenuhi unsur-unsur makro berupa N, P dan K yang tersedia di pupuk anorganik.
Seperti yang sering diucapkan Profesor Baehaki, seorang peneliti senior dari BB Padi yang juga sebagai Pemandu teknologi prima tani Kab. Subang bahwa tanah kita sudah sakit karena kita lupa memberi makan tanah kita. sekarang setalah sakit maka kita harus menyembuhkannya. Salah satu cara untuk menyembuhkan tanah yang sakit yaitu dengan mengembalikan jerami ke dalam tanah.  Begitulah yang selalu beliau katakan kepada para petani di Desa Sindanglaya untuk mengingatkan betapa pentingnya jerami.
Jerami merupakan sumber kalium yang sangat murah dan dapat dimanfaatkan kembali sebagai pupuk organik untuk penanaman padi pada musim berikutnya. Pengembalian jerami ke dalam tanah adalah salah satu cara untuk mengembalikan unsur-unsur mikro di dalam tanah.  Pupuk organik mengandung unsur-unsur makro dan mikro meskipun dalam jumlah yang sedikit namun lengkap. Pengembalian jerami ke dalam tanah akan lebih baik setelah dilakukan proses fermentasi atau pengomposan pada jerami padi tersebut, agar ketika dibenamkan ke dalam tanah, tanah langsung dapat menyerapnya, meskipun pupuk dari jerami termasuk pupuk yang lambat penyerapannya (slow released). 
Selama ini banyak petani yang lupa untuk mengembalikan jerami ke dalam tanah, apalagi bila musim panen di musim kemarau, petani lebih mencari jalan singkat untuk menyingkirkan jerami dengan cara dibakar.  Atau karena faktor lain seperti banyak jerami yang diangkut oleh peternak sapi dari daerah lain yang mengalami kelangkaan pakan karena musim kemarau atau diambil oleh petani jamur dari daerah lain untuk dijadikan media tanam jamur seperti yang terjadi di Desa Sindanglaya.
Untuk mengingatkan petani akan pentingnya pengembalian jerami ke dalam tanah, maka diadakan pelatihan praktek fermentasi jerami oleh tim prima tani Kab. Subang bekerja sama dengan PPL setempat dan para petani.  Sumber mikroba pengompos (dekomposer) yang digunakan adalah super farm yang banyak tersedia di pasaran di sekitar Subang, agar petani mudah untuk mendapatkannya.
Cara pembuatan kompos jerami adalah sebagi berikut:
  1. Jerami ditumpuk dengan ketinggian mencapai 15-20 cm, tumpukan dapat diulang sampai mencapai ketinggian + 1 meter.
  2. Pada setiap lapisan jerami dicipratkan larutan dekomposer.
  3. Kondisi optimum jerami yang akan dikomposkan berada pada kadar air 50-65%
  4. Bagian atas tumpukan jerami ditutup dengan plastik berwarna gelap untuk mempertahankan kelembaban dan untuk menghindari tumpukan terguyur hujan atau terkena panas matahari yang berlebihan
  5. Dilakukan pembalikan seminggu sekali.
  6. Kompos akan matang pada umur 6-7 minggu. Kompos yang matang berwarna kecoklatan dan tumpukan jerami terlihat mengempis hampir setengahnya
Kompos dibongkar dan diangin-anginkan untuk menstabilkan kondisi kompos.
Era revolusi hijau menyebabkan penggunaan pupuk anorganik yang terus menerus bahkan dosisnya sudah melebihi ambang batas ekonomi.  Petani terpacu untuk terus meningkatkan hasil pertaniannya tanpa mempedulikan akibatnya pada lahan pertanian miliknya.  Tanpa disadari unsur-unsur hara di dalam tanah terus diambil oleh tanaman tanpa ada upaya untuk menggantinya kembali.  Unsur-unsur yang terambil dari dalam tanah dan tidak tergantikan itu adalah unsur-unsur mikro, yang jarang terperhatikan oleh petani, padahal meskipun mikro (kecil) namun manfaatnya tidak bisa dikesampingkan.  Petani hanya memenuhi unsur-unsur makro berupa N, P dan K yang tersedia di pupuk anorganik.
Seperti yang sering diucapkan Profesor Baehaki, seorang peneliti senior dari BB Padi yang juga sebagai Pemandu teknologi prima tani Kab. Subang bahwa tanah kita sudah sakit karena kita lupa memberi makan tanah kita. sekarang setalah sakit maka kita harus menyembuhkannya. Salah satu cara untuk menyembuhkan tanah yang sakit yaitu dengan mengembalikan jerami ke dalam tanah.  Begitulah yang selalu beliau katakan kepada para petani di Desa Sindanglaya untuk mengingatkan betapa pentingnya jerami.
Jerami merupakan sumber kalium yang sangat murah dan dapat dimanfaatkan kembali sebagai pupuk organik untuk penanaman padi pada musim berikutnya. Pengembalian jerami ke dalam tanah adalah salah satu cara untuk mengembalikan unsur-unsur mikro di dalam tanah.  Pupuk organik mengandung unsur-unsur makro dan mikro meskipun dalam jumlah yang sedikit namun lengkap. Pengembalian jerami ke dalam tanah akan lebih baik setelah dilakukan proses fermentasi atau pengomposan pada jerami padi tersebut, agar ketika dibenamkan ke dalam tanah, tanah langsung dapat menyerapnya, meskipun pupuk dari jerami termasuk pupuk yang lambat penyerapannya (slow released). 
Selama ini banyak petani yang lupa untuk mengembalikan jerami ke dalam tanah, apalagi bila musim panen di musim kemarau, petani lebih mencari jalan singkat untuk menyingkirkan jerami dengan cara dibakar.  Atau karena faktor lain seperti banyak jerami yang diangkut oleh peternak sapi dari daerah lain yang mengalami kelangkaan pakan karena musim kemarau atau diambil oleh petani jamur dari daerah lain untuk dijadikan media tanam jamur seperti yang terjadi di Desa Sindanglaya.
Untuk mengingatkan petani akan pentingnya pengembalian jerami ke dalam tanah, maka diadakan pelatihan praktek fermentasi jerami oleh tim prima tani Kab. Subang bekerja sama dengan PPL setempat dan para petani.  Sumber mikroba pengompos (dekomposer) yang digunakan adalah super farm yang banyak tersedia di pasaran di sekitar Subang, agar petani mudah untuk mendapatkannya.

Cara pembuatan kompos jerami adalah sebagi berikut:
  1. Jerami ditumpuk dengan ketinggian mencapai 15-20 cm, tumpukan dapat diulang sampai mencapai ketinggian + 1 meter.
  2. Pada setiap lapisan jerami dicipratkan larutan dekomposer.
  3. Kondisi optimum jerami yang akan dikomposkan berada pada kadar air 50-65%
  4. Bagian atas tumpukan jerami ditutup dengan plastik berwarna gelap untuk mempertahankan kelembaban dan untuk menghindari tumpukan terguyur hujan atau terkena panas matahari yang berlebihan
  5. Dilakukan pembalikan seminggu sekali.
  6. Kompos akan matang pada umur 6-7 minggu. Kompos yang matang berwarna kecoklatan dan tumpukan jerami terlihat mengempis hampir setengahnya
  7. Kompos dibongkar dan diangin-anginkan untuk menstabilkan kondisi kompos

Tips Tanam Jejer Legowo dengan Alat Penanda Tali dan Paralon di BPP Demung

Umumnya Anda mengenal jarak tanam tegel 25 x 25 x 25 cm. Nah, menanam padi yang baik sekarang disarankan dengan jarak tanam Jejer Legowo- Jumlah padi yang ditanam lebih banyak dan pemeliharaan lebih mudah.
 Jarak Tanam Jejer Legowo adalah 40 cm x 20 cm x 10 cm
 
 
Silahkan manfaatkan saja alat penanda yang mudah, seperti halnya yang dilaksanakan oleh
Grup Tanam dari BPP Demung yang disewa oleh Penyewa lahan di Besuki ini, paralon yang berukuran panjang 80 cm dan berturut-turut diberi penanda pada 20 cm lalu 40 cm dan lalu 20 cm . 
 
Silahkan juga manfaatkan tambang yang sudah ditandai benang Bol atau penanda lain yang jaraknya masing-masing penanda dalam tambang adalah tak lebih dari 10 cm saja.
Perhatikan titik-titik merah disamping kanan tambang penanda yang digunakan group tanam Padi BPP Demung. Penanda tersebut ditujukan agar menanam padi bisa lebih tepat kerapatan populasinya, sehingga dalam tiap baris- dicapai populasi tanaman amat sangat tinggi dibandingkan sistem larikan/tegel.
 
Selalu manfaatkan penanda ya, sebab dengan penanda tersebut Anda akan mendapatkan populasi tanaman yang lebih banyak - seprti yang dimaksud dan diinginkan   bahwa tujuan menggunakan jarak tanam  Jejer Legowo selain pemeliharaan lebih mudah, juga agar POPULASI TANAMAN LEBIH BANYAK. Beberapa foto dan cara pembuatan  Penanda (ATAJALE (alat tanam Jejer Legowo)) nanti akan dibahas dalam publikasi berikutnya, namun selagi menunggu- 
silahkan simak web berikut :
http://bit.ly/s9qI9x
Pengetahuan Tentang Jejer Legowo
Legowo menurut bahasa jawa berasal dari kata “Lego” yang berarti luas dan “dowo” yang berarti panjang. Menurut beberapa informasi yang saya peroleh cara tanam ini pertama kali diperkenalkan oleh Bapak Legowo Kepala Dinas Pertanian kabupaten Banjar Negara.
 
Pada prinsipnya sistem tanam jajar legowo adalah meningkatkan populasi dengan cara mengatur jarak tanam. Selain itu sistem tanam tersebut juga memanpulasi lokasi tanaman sehingga seolah-olah tanaman padi dibuat menjadi taping (tanaman pinggir) lebih banyak. 
 
Seperti kita ketahui tanaman padi yang berada dipinggir akan menghasilkan produksi lebih tinggi dan kualitas gabah yang lebih baik hal ini disebabkan karena tanaman tepi akan mendapatkan sinar matahari yang lebih banyak.
 
Ada beberapa tipe sistem tanam jajar legowo:
  1. Jajar legowo 2:1. Setiap dua baris diselingi satu barisan kosong dengan lebar dua kali jarak dalam barisan. Namun jarak tanam dalam barisan yang memanjang dipersempit menjadi setengah jarak tanam dalam barisan.
  2. Jajar legowo 3:1. Setiap tiga baris tanaman padi diselingi satu barisan kosong dengan lebar dua kali jarak dalam barisan. Jarak tanam tanaman padi yang dipinggir dirapatkan dua kali dengan jarak tanam yang ditengah.
  3. Jajar legowo 4:1. Setiap tiga baris tanaman padi diselingi satu barisan kosong dengan lebar dua kali jarak dalam barisan. Demikian seterusnya. Jarak tanam yang dipinggir setengah dari jarak tanam yang ditengah.
Cara tanam padi jajar legowo merupakan salah satu teknik produksi yang memungkinkan tanaman padi dapat menghasilkan produksi yang cukup tinggi serta memberikan kemudahan dalam aplikasi pupuk dan pengendalian organisme pengganggu tanaman.
 
Padi yang merupakan tanaman pangan utama penduduk, sebagian besar diproduksi di lahan sawah. Belum optimalnya produktivitas padi lahan sawah antara lain karena serangan hama, penyakit dan gulma. Melalui perbaikan cara tanam padi dengan sitem jajar legowo diharapkan selain dapat meningkatkan produksi, pengendalian organisme pengganggu dan pemupukan mudah dilakukan.
 
Jajar Legowo 2 : 1 (40 cm x (20 cm x 10 – 15 cm)) adalah salah satu cara tanam pindah sawah yang memberikan ruang (barisan yang tidak ditanami) pada setiap dua barisan tanam, tetapi jarak tanam dalam barisan lebih rapat yaitu 10 cm tergantung dari kesuburan tanahnya.
 
Pada tanah yang kurang subur kebiasaan petani tanam cara tegel 20 cm x 20 cm, menggunakan jarak tanam dalam barisan 10 cm. Pada tanah dengan kesuburan sedang kebiasaan petani tanam cara tegel 22cm x 22 cm, jarak tanam dalam barisan 12, 5 cm. Pada tanah yang subur 25 cm x 25 cm, jarak tanam dalam barisan 15 cm.
 
 
Tujuan dari cara tanam jajar legowo 2 : 1 adalah :
 
  • Memanfaatkan radiasi surya bagi tanaman pinggir.
  • Tanaman relatif aman dari serangan tikus, karena lahan lebih terbuka.
  • Menekan serangan penyakit karena rendahnya kelembaban dibandingkan dengan cara tanam biasa.
  • Populasi tanaman bertambah 30 %.
  • Pemupukan lebih efisien.
  • Pengendalian hama penyakit dan gulma lebih mudah dilakukan daripada cara tanam biasa.
 
 
Teknik Penerapan
 
a.       Pembuatan baris tanam
 
Lahan sawah yang sudah siap ditanami, 1 – 2 hari sebelum tanam air dibuang sehingga lahan dalam keadaan macak-macak. Tujuan air dihilangkan adalah untuk dapat membentuk garis-garis tanam secara jelas. Dengan menggunakan alat pembuat garis jajar legowo 2 : 1 (Atajale 2 : 1), dibuat garis tanam 40 cm x ( 20 cm x 10 cm) dengan cara menarik atajale pada lahan yang akan ditanami. Arah baris tanam sebaiknya sesuai dengan arah aliran air pegairan.
 
 
b.      Tanam
 
Bibit padi umur kurang dari 21 hari sebanyak 1-2 bibit ditanam pada perpotongan garis-garis yang terbentuk, dengan cara maju atau mundur sesuai kebiasaan regu tanam.
 
Teknik Pemeliharaan Tanaman
 
a.       Pemupukan
 
Pemupukan dilakukan secara alur pada tempat yang berjarak 20 cm dan posisi yang memupuk pada tempat yang berjarak 40 cm. Dengan cara ini hanya 40 % dari lahan yang diberi pupuk dan pupuk terkosentrasi sepanjang tempat yang berjarak 20 cm, serta pupuk lebih dekat denga perakaran sehingga dapat dimamfaatkan oleh tanaman secara maksimal.
 
b.      Penyiangan
 
Pada cara tanam ini penyiangan sebaiknya dilakukan dengan menggunakan landak/osrok cukup satu arah yaitu searah dalam barisan dan tidak perlu dipotong sepertimpada cara tanam bujur sangkar (2 arah). Jarak tanam dalam barisan 10 cm tidak perlu dilakukan penyiangan karena gulma akan kalah berkompetisi dengan pertumbuhaan tanaman padi. Dengan cara tanam ini, biaya penyiangan dapat di tekan sampai 50 %.
 
c. Pengendalian Hama dan Penyakit
 
Adanya lorong-lorong yang berjarak 40 cm sinar matahari dan sirkulasi udara dapat berjalan optimal dan kelembaban dapat ditekan sehingga perkembangan hama/penyakit dapat diminimalisir. Disamping itu, kegiatan pemamtauan dan pelaksanaan pengendalian penyakit dapat lebih mudah dilaksanakan.
 
Untuk menghitung peningkatan populasi dengan sitem tanam jajar legowo bisa menggunakan rumus :       
100% X  1 : ( 1 + jumlah legowo).
contoh:
  • untuk legowo 2:1 peningkatan populasinya adalah :  100%  X  1 : (1 + 2) = 30%
  • untuk legowo 3:1 peningkatan populasinya adalah :  100%  X  1 : (1 + 3) = 25%
  • Untuk legowo 4:1 peningkatan popuasinya adalah :  100%  X  1 :  (1 + 4) = 20%
  • Untuk legowo 5:1 peningkatan popuasinya adalah :  100%  X  1 :  (1 + 5) = 16,6%
 
Adapun manfaat sistem tanam jajar legowo adalah:
  1. Menambah jumlah tanaman padi seperti perhitungan diatas
  2. Otomatis juga akan meningkatkan produksi tanaman padi
  3. Memperbaiki kualitas gabah dengan semakin banyaknya tanaman pinggir
  4. Mengurangi serangan penyakit
  5. Mengurangi tingkat serangan hama
  6. Mempermudah dalam perawatan baik itu pemupukan maupun penyemprotan pestisida
  7. Menghemat pupuk karena yang dipupuk hanya bagian dalam baris tanaman
Selain manfaat sistem tanam jajar legowo juga punya kelemahan antara lain:
  1. Membutuhkan tenaga tanam yang lebih banyak dan waktu tanam yang lebih lama pula
  2. Membutuhkan benih yang lebih banyak dengan semakin banyaknya populasi.
  3. Biasanya pada legowonya akan lebih banyak ditumbuhi rumput

Sumber : Epetani dot net, penulis : UCU-BP3K KECAMATAN CIBITUNG
 disadur dan ditulis ulang oleh :
Khairdin Pramana Jaya, S. P., M. Pd bersama   Team Penyuluh Kecamatan Besuki dan Mlandingan BPP Demung
fotografi disajikan  oleh :
Khairdin Pramana Jaya, S. P., M. Pd.  (menggunakan Kamera SonyAlpha300K + Samyang 500mm)
bersama team Penyuluh Pertanian Kecamatan Besuki di BPP Demung Situbondo.
 
 
support by :
http ://herdinbisnis.com