ABSTRAK
Penyakit Busuk Batang Jagung (Fusarium sp.)
dan Pengendaliannya. Produksi jagung nasional belum dapat mengimbangi
permintaan dalam negeri, sehingga Indonesia setiap tahunnya harus
mengimpor jagung. Peningkatan produksi jagung Nasional masih mengalami
beberapa hambatan diantaranya rendahnya penggunaan varietas hibrida dan
varietas unggul nasional, serta masalah biotis seperti hama dan
penyakit. Penyakit utama jagung adalah bulai, kemudian penyakit busuk
batang jagung yang disebabkan oleh Fusarium sp. Gejala umum
dijumpai pada tanaman jagung yang terserang penyakit ini adalah pada
bagian bawah batang jagung berwarna hijau kekuningan, kemudian warna
menjadi coklat kekuningan. Ruas paling bawah empelurnya membusuk dan
terlepas dari kulit luar batang, sehingga batang menjadi lembek.
Cendawan Fusarium sp. melakukan infeksi melalui kutikula, dan suhu optimum untuk perkembangannya adalah 20 – 220C.
Pola sebaran cendawan ini luas, mulai dari daerah dingin sampai daerah
kering. Upaya pengendalian penyakit busuk batang jagung diantaranya
adalah penggunaan varietas tahan seperti Varietas Gumarrang, Surya,
Bisi-1, Bisi-4, Pionir-12 dan Pionir-13, pergiliran tanaman yang bukan
tanaman serealia, dan terakhir gunakan fungisida seperti Mancozeb dan
Carbendazim.
Kata kunci: Busuk batang jagung, Fusarium sp., Pengendalian, Cendawan.
PENDAHULUAN
Jagung merupakan komoditas penting di
Indonesia, oleh karena pemanfaatannya sangat banyak yaitu bahan makanan
pokok sebagian penduduk Indonesia, dan pakan ternak serta bahan baku
industri. Hal ini menyebabkan kebutuhan akan jagung meningkat dengan
pesat, sementara produksi nasional jagung belum dapat mengimbangi
kebutuhan dalam negeri, sehingga impor jagung tidak dapat dihindari
yaitu sekitar 1,5 juta ton/tahun. Khusus untuk kebutuhan pakan ternak
tahun 2004 mencapai import 900 ribu ton (Deptan, 2006).
Ada beberapa faktor yang menyebabkan
permintaan jagung dalam negeri belum terpenuhi yaitu factor biotis dan
abiotis. Faktor biotis yang sering menjadi gangguan pertanaman jagung
adalah hama dan penyakit. Jenis-jenis hama penting yang menyerang
tanaman jagung baik pada fase vegetatif maupun generatif adalah lalat
bibit (Atherigona sp.), penggerek batang (Ostrinia furnacalis), dan penggerek tongkol (Helicoverpa armigera). Menurut Dobie et al. (1987) di daerah tropis terutama negara-negara berkembang kehilangan hasil jagung dapat mencapai 30%.
Salah satu penyakit yang dapat menyerang tanaman jagung pada musim hujan adalah penyakit busuk batang jagung oleh Fusarium sp. Cendawan Fusarium sp.
merupakan salah satu cendawan yang sering dijumpai di seluruh dunia,
baik berfungsi sebagai saprofit maupun parasit pada tanaman. Selain itu
juga dapat menyerang hampir semua tanaman, bahkan sampai di penyimpanan
(Booth, 1971).
Cendawan Fusarium sp. sangat penting karena selain keragaman dan tingginya populasi, juga
karena banyaknya komponen yang dapat berinteraksi dengannya seperti
stress lingkungan dan serangga hama (Walfer dan Brayford, 1990). Wakman et al., (1998)
melaporkan bahwa penyakit busuk batang telah menyerang pertanaman
jagung di Bontobili dan Bajeng, Sul-Sel. dengan persentase kerusakan
masing-masing 20% dan 65%.
GEJALA SERANGAN
Munculnya gejala penyakit pada tanaman
merupakan akibat dari tidak terjadinya keseimbangan hayati, sehingga
penyakit berkembang bilamana 1) patogen sangat virulen dan kepadatan
sangat tinggi, 2) lingkungan abiotik sangat sesuai bagi pathogen, tetapi
tidak bagi tanaman inang dan organisme antagonis, 3) populasi jasad
organisme antagonis rendah karena dihambat oleh organisme lain dan
factor abiotik tidak menunjang untuk perkembangannya (Baker dan Cook,
1982 dalam Rosmana dan Wakman, 2004).
Gejala umum yang dijumpai pada tanaman jagung terserang penyakit busuk batang Fusarium sp.
adalah pada bagian bawah batang jagung berwarna hijau kekuningan,
sehingga kemudian berubah warna menjadi coklat kekuningan. Ruas paling
bawah empelurnya membusuk dan terlepas dari kulit luar batang, sehingga
batang menjadi lembek, kemudian struktur batang berubah menjadi silinder
rapat menjadi tabung (Dodd, 1980).
Selanjutnya dikemukakan bahwa terjadinya
kelayuan akan menghentikan semua transportasi hara ke biji, sehingga
mempengaruhi berat biji. Pada bagian akar akan menjadi busuk, mudah
dicabut, dan mudah rebah apabila ada angin. Kalau ini terjadi, maka
dalam waktu satu hari semua daun berubah warna menjadi kelabu dan
terkulai, termasuk tongkolnya.
Apabila cendawan Fusarium sp.
menyerang pada batang jagung disebut penyakit busuk batang, dan bila
menyerang tongkol, disebut busuk tongkol. Gejala busuk tongkol jagung
bervariasi, tergantung cendawan dan berat ringannya serangan. F. graminearum
bila menyerang tongkol jagung menyebabkan pembusukan yang berwarna
merah jambu dan berkembang dari ujung ke pangkal tongkol. Pada F. moniliforme
juga menyebabkan pembusukan pada biji jagung. Warna biji yang busuk
bervariasi dari merah jambu sampai kecoklat kemerah-merahan atau coklat
kelabu. Gejala ini baru muncul bila dikupas kelobot jagung.
Hasil identifikasi Wakman et al., (2002) pada tanaman jagung yang terserang penyakit busuk batang di Maros dan Bajeng, Sul-Sel. Menunjukkan F. moniliforme. Hal ini berdasarkanpada warna koloni yang agak merah jambu. Ada beberapa jenis spesis Fusarium yang sering didapatkan bila dilakukan isolasi dari tanah pada bagian akar tanaman jagung adalah F. moniliforme, F. oxysporium, F. proliferatum, F. solani, F. aqusiti, dan F. graminearum.
Ocamb dan Kommedahl, (1999a dan 1999b)
melaporkan keempat pertama diatas yang banyak diisolasi dari tanah di
sekitar akar tanaman jagung. Hal ini disebabkan karena kuatnya
berkompetisi (bersaing). Selanjutnya Kadera et al. (1994) mengemukakan ada tiga spesies Fusarium yang selalu ada bila dilakukan isolasi pada jaringan tanaman jagung yaitu F. moniliforme, F. proliferatum, dan F. subglatinaus.
Bentuk morfologi cendawan Fusarium
sp. yaitu spora dalam bentuk konidia dibentuk diujung tangkai konidia
atau klamidospora. Konidia ada yang bersekat satu dan tidak bersekat,
sedangkan makrokonidia ada yang bersekat sampai 10 walaupun ada yang
tidak bersekat.
FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERKEMBANGANNYA
Cendawan Fusarium sp. biasanya melakukan infeksi melalui kutikula atau lubang alamiah. Cendawan ini berkembang pada suhu 20 - 220 C., dengan PH netral dengan kandungan N tanah tinggi. Pola sebaran cendawan Fusarium sp. mulai dari daerah dingin (suhu < 50 C) smpai daerah tropika (suhu diatas 250 C), dari daerah kering (curah hujan tahunan < 250 mm) sampai daerah basah (curah hujan tahunan > 1000 mm).
Cendawan Fusarium sp. dapat
bertahan hidup pada sisa-sisa tanaman terinfeksi, sedangkan konidianya
tidak dapat bertahan lama dalam tanah tanpa adanya sisa-sisa tanaman
inang.
PENGENDALIAN
Pengendalian penyakit busuk batang jagung yang disebabkan oleh Fusarium sp.
Sebagao akibat dari; 1) penggunaan varietas tahan, 2) pemupukan
berimbang dengan tidak memberi nitrogen dosis tinggi, dan Kalium dosis
rendah.
Hal lain yang perlu diperhatikan untuk
pengendalian penyakit ini adalah jangan membiarkan tongkol jagung
terlalu lama mengering di pertanaman, dan pada bagian bawah batang
jagung dipatahkan agar ujung tongkol jagung tidak mengarah ke atas,
lakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan tanaman serealia.
Varietas jagung yang tahan penyakit
busuk batng jagung menurut Wakman dan Kontong, (2002) adalah Surya,
Bisi-1, Bisi-4, Bisi-5, Gumarang, Pioneer-8, Pioneer-10, Pioneer-12,
Pioneer-13, Pioneer-14, Exp.9572, Exp.9702, Exp.9703, dan FPC9923.
Penyakit ini dapat pula dikendalikan secara hayati dengan pemberian
cendawan antagonis Trichoderma sp.satu sampai dua minggu setelah adanya pathogen Fusarium sp. pada tanaman jagung.
Apabila cara-cara diatas belum
memberikan hasil yang memuaskan, maka cara terakhir adalah penggunaan
fungisida dengan bahan aktif Mancozeb dan Carbendazim dengan nama
perdagangannya adalah Delsene MX-200. Hal ini dibuktikan oleh Wakman
dan Kontong, (2002) secara in-vitro dengan dosis 0,1 g/ml media PDA
dapat mematikan cendawan Fusarium sp.
PENUTUP
Penyakit busuk batang jagung yang disebabkan oleh cendawan Fusarium sp.
merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman jagung, terutama
jagung yang ditanam pada awal musim hujan. Penyakit ini apabila
menyerang pertanaman jagung dengan infeksi berat, maka dapat menurunkan
produksi yang berarti.
Gejala umum penyakit ini adalah pada
bagian bawah batang jagung akan lembek dan membusuk, sehingga
transportasi air dan hara pada bagian-bagian tanaman terhenti, akibatnya
seluruh tanaman akan layu (mati).
Suhu optimum untuk perkembangan cendawan ini adalah 20 0 C- 220C dengan kelembaban 90%. Cendawan ini dapat pula bertahan lama dalam tanah bila bersama inangnya.
Pengendalian penyakit ini dapat
dilakukan dengan menggunakan varietas tahan seperti Varietas Surya,
Bisi, Pioneer, Gumarang. Pergiliran tanaman dengan menanam tanaman yang
bukan tanaman serealia, agar terputus siklus hidup cendawan Fusarium sp.
Lakukan pemupukan berimbang dan hindari penggunaan pupuk nitrogen (N)
yang tinggi. Penyakit ini dapat pula dikendalikan dengan cendawan
antagonis yaitu Trichoderma sp. Apabila cara-cara di atas belum
dapat menekan tingkat infeksi cendawan ini, maka dapat digunakan
fungisida Mancozeb dan Carbendazim.
terimakasih atas tulisannya, sangat berarti bgi perkembangan dunia pertanian dan membantu petani jagung dalam menyelesaikan masalah busuk batang tanaman jagung yang selalu muncul pada musim hujan, dan dtunggul artikel berikutnya mengenai penyakit jagung yang lain
BalasHapusGimana cara pengendaliannya apa bs dgn di cabut yg SDH terserang pembusukan pak
BalasHapusGimana cara pengendaliannya bila SDH terlanjur d serang pembusukan mohon solusinya master
BalasHapusObat apa yang ampuh buat jagung umur 20 hari daun layu dan busuk di atas akar
BalasHapus