ANALISIS USAHATANI JAHE (Zingiber officinale)
DI KECAMATAN PEMATANG SIDAMANIK
Disusun oleh :
Edowart Sitorus
103020020
FAKULTASPERTANIAN UNIVERSITAS SIMALUNGUN
PEMATANGSIANTAR 2012
PEMATANGSIANTAR 2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah yang berjudul “Analisis usaha tani jahe (Zingiber officinale) di kecamatan Pematang Sidamanik”.Penulisan
makalah adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan mata
kuliah Ilmu usaha tani di Fakultas Pertanian Universitas Simalungun
Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1.
Ir.Hotman Tuah,Msi selaku penampung mata kuliah Ilmu
usaha tani yang telah mengarahkan untuk penulisan makalah ini
2.
Timbang Silalahi silaku petani jahe sekaligus objek
pengambilan data primar
3.
Teman-teman kuliah yang ikut serta dalam penyusunan
makalah ini
Dalam Penulisan makalah ini penulis menyadari
masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi,
mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu diharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih
semoga tulisan yang sederhana ini dapat menjadi suatu imformasi kepada seluruh
elemen masyarakat,khususnya dibidang pertanian
Penyusun
Edowart Sitorus
PEMBAHASAN
1.
Sejarah Singkat
J
|
ahe merupakan tanaman obat berupa
tumbuhan rumpun berbatang semu. Jahe berasal dari Asia Pasifik yang tersebar
dari India
sampai Cina. Oleh karena itu kedua bangsa ini disebut-sebut sebagai bangsa yang
pertama kali memanfaatkan jahe terutama sebagai bahan minuman, bumbu masak dan
obat-obatan tradisional. Jahe termasuk dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae),
se-famili dengan temu-temuan lainnya seperti temu lawak (Cucuma xanthorrizha),
temu hitam (Curcuma aeruginosa), kunyit (Curcuma domestica), kencur (Kaempferia
galanga), lengkuas (Languas galanga) dan lain-lain.
2. Uraian Tanaman
2.1 Klasifikasi
Divisi
:
Spermatophyta
Sub-divisi
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledoneae
Ordo
: Zingiberales
Famili
: Zingiberaceae
Genus
: Zingiber
Species
:Zingiber officinale
2.2Jenis Tanaman
Jahe dibedakan menjadi 3 jenis
berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpangnya. Umumnya dikenal 3 varietas
jahe, yaitu :
1)Jahe putih/kuning besar atau
disebut juga jahe gajah atau jahe badak Rimpangnya lebih besar dan gemuk, ruas rimpangnya
lebih menggembung dari kedua varietas lainnya. Jenis jahe ini bias dikonsumsi
baik saat berumur muda maupun berumur tua, baik sebagai jahe segar maupun jahe
olahan.
2)Jahe putih/kuning kecil atau
disebut juga jahe sunti atau jahe emprit Ruasnya kecil, agak rata sampai agak
sedikit menggembung. Jahe ini selalu dipanen setelah berumur tua. Kandungan
minyak atsirinya lebih besar dari pada jahe gajah, sehingga rasanya lebih
pedas, disamping seratnya tinggi. Jahe ini cocok untuk ramuan obat-obatan, atau
untuk diekstrak oleoresin dan minyak atsirinya.
3)Jahe merah. Rimpangnya berwarna
merah dan lebih kecil dari pada jahe putih kecil sama seperti jahe kecil, jahe
merah selalu dipanen setelah tua, dan juga memiliki kandungan minyak atsiri
yang sama dengan jahe kecil, sehingga cocok untuk ramuan obat-obatan.
3. Manfaat Tanaman
Rimpang jahe dapat digunakan
sebagai bumbu masak, pemberi aroma dan rasa pada makanan seperti roti, kue,
biskuit, kembang gula dan berbagai minuman. Jahe juga dapat digunakan pada
industri obat, minyak wangi, industri jamu tradisional, diolah menjadi asinan
jahe, dibuat acar, lalap, bandrek, sekoteng dan sirup. Dewasa ini para petani
cabe menggunakan jahe sebagai pestisida alami. Dalam perdagangan jahe dijual
dalam bentuk segar, kering, jahe bubuk dan awetan jahe. Disamping itu terdapat
hasil olahan jahe seperti: minyak astiri dan koresin yang diperoleh dengan cara
penyulingan yang berguna sebagai bahan pencampur dalam minuman beralkohol, es
krim, campuran sosis dan lain-lain.
Adapun manfaat secara
pharmakologi antara lain adalah sebagai karminatif (peluruh kentut), anti
muntah, pereda kejang, anti pengerasan pembuluh darah, peluruh keringat, anti
inflamasi, anti mikroba dan parasit, anti piretik, anti rematik, serta
merangsang pengeluaran getah lambung dan getah empedu.
4. Sentra Penanaman
Terdapat di seluruh Indonesia,
ditanam di kebun dan di pekarangan. Pada saat ini jahe telah banyak
dibudidayakan di Australia, Srilangka, Cina, Mesir, Yunani, India, Indonesia,
Jamaika, Jepang, Meksiko, Nigeria, Pakistan. Jahe dari Jamaika mempunyai
kualitas tertinggi, sedangkan India merupakan negara produsen jahe terbesar,
yaitu lebih dari 50 % dari total produksi jahe dunia.
5. Syarat Pertumbuhan
5.1. Iklim
1) Tanaman jahe
membutuhkan curah hujan relatif tinggi, yaitu antara 2.500-4.000 mm/tahun.
2) Pada umur 2,5 sampai 7
bulan atau lebih tanaman jahe memerlukan sinar matahari. Dengan kata lain
penanaman jahe dilakukan di tempat yang terbuka sehingga mendapat sinar
matahari sepanjang hari.
3) Suhu udara optimum
untuk budidaya tanaman jahe antara 20-35 oC.
5.2. Media Tanam
1) Tanaman jahe paling
cocok ditanam pada tanah yang subur, gembur dan banyak mengandung humus.
2) Tekstur tanah yang baik
adalah lempung berpasir, liat berpasir dan tanah laterik.
3) Tanaman jahe dapat
tumbuh pada keasaman tanah (pH) sekitar 4,3-7,4. Tetapi keasaman tanah (pH) optimum
untuk jahe gajah adalah 6,8-7,0.
5.3. Ketinggian Tempat
1) Jahe tumbuh baik di
daerah tropis dan subtropis dengan ketinggian 0 - 2.000 m dpl.
2) Di Indonesia pada
umumnya ditanam pada ketinggian 200 - 600 m dpl.
6. Pedoman Budidaya
6.1. Pembibitan
1) Persyaratan Bibit
Bibit berkualitas adalah bibit
yang memenuhi syarat mutu genetik, mutu fisiologik (persentase tumbuh yang
tinggi), dan mutu fisik. Yang dimaksud dengan mutu fisik adalah bibit yang
bebas hama dan
penyakit. Oleh karena itu kriteria yang harus dipenuhi antara lain:
a. Bahan bibit diambil langsung
dari kebun (bukan dari pasar).
b. Dipilih bahan bibit dari
tanaman yang sudah tua (berumur 9-10 bulan).
c. Dipilih pula dari tanaman yang
sehat dan kulit rimpang tidak terluka atau lecet.
2) Teknik Penyemaian Bibit
Untuk pertumbuhan
tanaman yang serentak atau seragam, bibit jangan langsung ditanam sebaiknya
terlebih dahulu dikecambahkan. Penyemaian bibit dapat dilakukan dengan peti
kayu atau dengan bedengan.
a. Penyemaian pada peti kayu
Rimpang jahe yang
baru dipanen dijemur sementara (tidak sampai kering), kemudian disimpan sekitar
1-1,5 bulan. Patahkan rimpang tersebut dengan tangan dimana setiap potongan
memiliki 3-5 mata tunas dan dijemur ulang 1/2-1 hari. Selanjutnya potongan bakal
bibit tersebut dikemas ke dalam karung beranyaman jarang, lalu dicelupkan dalam
larutan fungisida dan zat pengatur tumbuh sekitar 1 menit kemudian keringkan.
Setelah itu dimasukkan kedalam peti kayu. Lakukan cara penyemaian dengan peti
kayu sebagai berikut: pada bagian dasar peti kayu diletakkan bakal bibit
selapis, kemudian di atasnya diberi abu gosok atau sekam padi, demikian
seterusnya sehingga yang paling atas adalah abu gosok atau sekam padi tersebut.
Setelah 2-4 minggu lagi, bibit jahe tersebut sudah disemai.
b. Penyemaian pada bedengan
Buat rumah
penyemaian sederhana ukuran 10 x 8 m untuk menanam bibit 1 ton (kebutuhan jahe
gajah seluas 1 ha). Di dalam rumah penyemaian tersebut dibuat bedengan dari
tumpukan jerami setebal 10 cm. Rimpang bakal bibit disusun pada bedengan jerami
lalu ditutup jerami, dan di atasnya diberi rimpang lalu diberi jerami pula,
demikian seterusnya, sehingga didapatkan 4 susunan lapis rimpang dengan bagian
atas berupa jerami. Perawatan bibit pada bedengan dapat dilakukan dengan
penyiraman setiap hari dan sesekali disemprot dengan fungisida. Setelah 2
minggu, biasanya rimpang sudah bertunas. Bila bibit bertunas dipilih agar tidak
terbawa bibit berkualitas rendah. Bibit hasil seleksi itu dipatah-patahkan
dengan tangan dan setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas dan beratnya 40-60
gram.
3) Penyiapan Bibit
Sebelum ditanam, bibit harus
dibebaskan dari ancaman penyakit dengan cara bibit tersebut dimasukkan ke dalam
karung dan dicelupkan ke dalam larutan fungisida sekitar 8 jam. Kemudian bibit
dijemur 2-4 jam, barulah ditanam.
6.2. Pengolahan Media Tanam
1) Persiapan Lahan
Untuk mendapatkan
hasil panen yang optimal harus diperhatikan syaratsyarat tumbuh yang dibutuhkan
tanaman jahe. Bila keasaman tanah yang ada tidak sesuai dengan keasaman tanah
yang dibutuhkan tanaman jahe, maka harus ditambah atau dikurangi keasaman
dengan kapur.
2) Pembukaan Lahan
Pengolahan tanah
diawali dengan dibajak sedalam kurang lebih dari 30 cm dengan tujuan untuk
mendapatkan kondisi tanah yang gembur atau remah dan membersihkan tanaman
pengganggu. Setelah itu tanah dibiarkan 2-4 minggu agar gas-gas beracun menguap
serta bibit penyakit dan hama
akan mati terkena sinar matahari. Apabila pada pengolahan tanah pertama
dirasakan belum juga gembur, maka dapat dilakukan pengolahan tanah yang kedua
sekitar 2-3 minggu sebelum tanam dan sekaligus diberikan pupuk kandang dengan
dosis 1.500-2.500 kg.
3) Pembentukan Bedengan
Pada daerah-daerah
yang kondisi air tanahnya jelek dan sekaligus untuk mencegah terjadinya
genangan air, sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan engan ukuran
tinggi 20-30 cm, lebar 80-100 cm, sedangkan anjangnya disesuaikan dengan
kondisi lahan.
4) Pengapuran
Pada tanah dengan pH
rendah, sebagian besar unsur-unsur hara didalamnya, Terutama fosfor (p) dan
calcium (Ca) dalam keadaan tidak tersedia atau sulit diserap. Kondisi tanah
yang masam ini dapat menjadi media perkembangan beberapa cendawan penyebab
penyakit fusarium sp dan pythium sp. Pengapuran juga berfungsi menambah unsur
kalium yang sangat diperlukan tanaman untuk mengeraskan bagian tanaman yang
berkayu, merangsang pembentukan bulu-bulu akar, mempertebal dinding sel buah
dan merangsang pembentukan biji.
a. Derajat keasaman < 4
(paling asam): kebutuhan dolomit > 10 ton/ha.
b. Derajat keasaman 5 (asam):
kebutuhan dolomit 5.5 ton/ha.
c. Derajat keasaman 6 (agak
asam): kebutuhan dolomit 0.8 ton/ha.
6.3. Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola Tanaman
Pembudidayaan jahe
secara monokultur pada suatu daerah tertentu memang dinilai cukup rasional,
karena mampu memberikan produksi dan produksi tinggi
2) Pembutan Lubang Tanam
Untuk menghindari
pertumbuhan jahe yang jelek, karena kondisi air tanah yang buruk, maka
sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan. Selanjutnya buat
lubang-lubang kecil atau alur sedalam 3-7,5 cm untuk menanam bibit.
3) Cara Penanaman
Cara penanaman
dilakukan dengan cara melekatkan bibit rimpang secara rebah ke dalam lubang
tanam atau alur yang sudah disiapkan.
4) Periode Tanam
Penanaman jahe
sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan sekitar bulan September dan Oktober.
Hal ini dimungkinkan karena tanaman muda akan membutuhkan air cukup banyak
untuk pertumbuhannya.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
1) Penyulaman
Sekitar 2-3 minggu setelah tanam,
hendaknya diadakan untuk melihat rimpang yang mati. Bila demikian harus segera
dilaksanakan penyulaman gar pertumbuhan bibit sulaman itu tidak jauh tertinggal
dengan tanaman lain, maka sebaiknya dipilih bibit rimpang yang baik serta
pemeliharaan yang benar.
2) Penyiangan
Penyiangan pertama dilakukan
ketika tanaman jahe berumur 2-4 minggu kemudian dilanjutkan 3-6 minggu beberapa kali. Tergantung pada kondisi
tanaman pengganggu yang tumbuh. Namun setelah jahe berumur 6-7 bulan, sebaiknya
tidak perlu dilakukan penyiangan lagi, sebab pada umur tersebut rimpangnya
mulai besar.
3) Pembubunan
Tanaman jahe memerlukan tanah
yang peredaran udara dan air dapat berjalan dengan baik, maka tanah harus
digemburkan. Disamping itu tujuan pembubunan untuk menimbun rimpang jahe yang
kadang-kadang muncul ke atas permukaan tanah. Apabila tanaman jahe masih muda,
cukup tanah dicangkul tipis di sekeliling rumpun dengan jarak kurang lebih 30
cm. Pada bulan berikutnya dapat diperdalam dan diperlebar setiap kali
pembubunan akan berbentuk gubidan dan sekaligus terbentuk sistem pengairan yang
berfungsi untuk menyalurkan kelebihan air.
Pertama kali dilakukan
pembumbunan pada waktu tanaman jahe berbentuk rumpun yang terdiri atas 3-4
batang semu, umumnya pembubunan dilakukan 2-3 kali selama umur tanaman jahe.
Namun tergantung kepada kondisi tanah dan banyaknya hujan.
4) Pemupukan
a. Pemupukan Organik
Pada pertanian
organik yang tidak menggunakan bahan kimia termasuk pupuk buatan dan
obat-obatan, maka pemupukan secara organik yaitu dengan menggunakan pupuk
kompos organik atau pupuk kandang dilakukan lebih sering disbanding kalau kita
menggunakan pupuk buatan. Adapun pemberian pupuk kompos organik ini dilakukan
pada awal pertanaman pada saat pembuatan guludan sebagai pupuk dasar sebanyak 60
– 80 ton per hektar yang ditebar dan dicampur tanah olahan. Untuk menghemat
pemakaian pupuk kompos dapat juga dilakukan dengan jalan mengisi tiap-tiap
lobang tanam di awal pertanaman sebanyak 0.5 – 1kg per tanaman.
b. Pemupukan Konvensional
Selain pupuk dasar (pada awal
penanaman), tanaman jahe perlu diberi pupuk susulan kedua (pada saat tanaman
berumur 2-4 bulan). Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk organik 15-20
ton/ha. Pemupukan tahap kedua digunakan pupuk kandang dan pupuk buatan (urea 20
gram/pohon; TSP 10 gram/pohon; dan ZK 10 gram/pohon), serta K2O (112 kg/ha)
pada tanaman yang berumur 4 bulan. Pemupukan juga dilakukan dengan pupuk
nitrogen (60 kg/ha), P2O5 (50 kg/ha), dan K2O (75 kg/ha). Pupuk P diberikan
pada awal tanam, pupuk N dan K diberikan pada awal tanam (1/3 dosis) dan
sisanya (2/3 dosis) diberikan pada saat tanaman berumur 2 bulan dan 4 bulan.
Pupuk diberikan dengan ditebarkan secara merata di sekitar tanaman atau dalam
bentuk alur dan ditanam di sela-sela tanaman
5) Pengairan dan Penyiraman
Tanaman Jahe tidak memerlukan air
yang terlalu banyak untuk pertumbuhannya, akan tetapi pada awal masa tanam
diusahakan penanaman pada awal musim hujan sekitar bulan September;
6) Waktu Penyemprotan Pestisida
Penyemprotan pestisida sebaiknya
dilakukan mulai dari saat penyimpanan bibit yang untuk disemai dan pada saat
pemeliharaan. Penyemprotan pestisida pada fase pemeliharaan biasanya dicampur
dengan pupuk organik cair atau vitamin-vitamin yang mendorong pertumbuhan jahe.
7. Hama
dan Penyakit
7.1. Hama
Hama yang dijumpai pada tanaman jahe adalah:
1) Kepik, menyerang daun tanaman
hingga berlubang-lubang.
2) Ulat penggesek akar, menyerang
akar tanaman jahe hingga menyebabkan tanaman jahe menjadi kering dan mati.
3) Kumbang.
7.2. Penyakit
1) Penyakit layu bakeri
Gejala:
Mula-mula helaian daun bagian
bawah melipat dan menggulung kemudian terjadi perubahan warna dari hijau
menjadi kuning dan mengering. Kemudian tunas batang menjadi busuk dan akhirnya
tanaman mati rebah. Bila diperhatikan, rimpang yang sakit itu berwarna gelap
dan sedikit membusuk, kalau rimpang dipotong akan keluar lendir berwarna putih
susu sampai kecoklatan. Penyakit ini menyerang tanaman jahe pada umur 3-4 bulan
dan yang paling berpengaruh adalah faktor suhu udara yang dingin, genangan air
dan kondisi tanah yang terlalu lembab.
Pengendalian:
· jaminan kesehatan bibit
jahe;
· karantina tanaman jahe
yang terkena penyakit;
· pengendalian dengan
pengolahan tanah yang baik;
· pengendalian fungisida
dithane M-45 (0,25%), Bavistin (0,25%)
2) Penyakit busuk rimpang
Penyakit ini dapat masuk ke bibit
rimpang jahe melalui lukanya. Ia akan tumbuh dengan baik pada suhu udara 20-25
derajat C dan terus berkembang akhirnya menyebabkan rimpang menjadi busuk.
Gejala :
Daun bagian bawah yang berubah
menjadi kuning lalu layu dan akhirnya tanaman mati.
Pengendalian:
penggunaan bibit yang sehat;
penerapan pola tanam yang baik;
penggunaan fungisida.
3) Penyakit bercak daun
Penyakit ini dapat menular dengan
bantuan angin, akan masuk melalui luka maupun tanpa luka.
Gejala:
Pada daun yang bercak-bercak
berukuran 3-5 mm, selanjutnya bercakbercak itu berwarna abu-abu dan ditengahnya
terdapat bintik-bintik berwarna hitam, sedangkan pinggirnya busuk basah.
Tanaman yang terserang bisa mati.
Pengendalian :
baik tindakan pencegahan maupun
penyemprotan penyakit bercak daun sama halnya dengan cara-cara yang dijelaskan
di atas.
7.3. Gulma
Gulma potensial pada pertanaman
temu lawak adalah gulma kebun antara lain adalah rumput teki, alang-alang,
ageratum, dan gulma berdaun lebar lainnya.
7.4. Pengendalian hama/penyakit
secara organik
Dalam pertanian organik yang
tidak menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya melainkan dengan bahan-bahan yang
ramah lingkungan biasanya dilakukan secara terpadu sejak awal pertanaman untuk
menghindari serangan hama
dan penyakit tersebut yang dikenal dengan PHT (Pengendalian HamaTerpadu) yang
komponennya adalah sbb:
1) Mengusahakan pertumbuhan
tanaman yang sehat yaitu memilih bibit unggul yang sehat bebas dari hama dan penyakit serta tahan terhadap serangan hama dari sejak awal
pertanaman.
2) Memanfaatkan semaksimal
mungkin musuh-musuh alami.
3) Menggunakan varietas-varietas
unggul yang tahan terhadap serangan hama
dan penyakit.
4) Menggunakan pengendalian
fisik/mekanik yaitu dengan tenaga manusia.
5) Menggunakan teknik-teknik
budidaya yang baik misalnya budidaya tumpang sari dengan pemilihan tanaman yang
saling menunjang, serta rotasi tanaman pada setiap masa tanamnya untuk
memutuskan siklus penyebaran hama
dan penyakit potensial.
6) Penggunaan pestisida,
insektisida, herbisida alami yang ramah lingkungan dan tidak menimbulkan residu
toksik baik pada bahan tanaman yang dipanen ma maupun pada tanah. Disamping itu
penggunaan bahan ini hanya dalam keadaan darurat berdasarkan aras kerusakan ekonomi
yang diperoleh dari hasil pengamatan.
Beberapa tanaman yang dapat
dimanfaatkan sebagai pestisida nabati dan digunakan dalam pengendalian hama antara lain adalah:
1) Tembakau (Nicotiana tabacum)
yang mengandung nikotin untuk insektisida kontak sebagai fumigan atau racun
perut. Aplikasi untuk serangga kecil misalnya Aphids.
2) Piretrum (Chrysanthemum
cinerariaefolium) yang mengandung piretrin yang dapat digunakan sebagai
insektisida sistemik yang menyerang urat syaraf pusat yang aplikasinya dengan
semprotan. Aplikasi pada serangga seperti lalat rumah, nyamuk, kutu, hama gudang, dan lalat
buah.
3) Tuba (Derris elliptica dan
Derris malaccensis) yang mengandung rotenone untuk insektisida kontak yang
diformulasikan dalam bentuk hembusan dan semprotan.
8. Panen
8.1. Ciri dan Umur Panen
Pemanenan dilakukan tergantung
dari penggunaan jahe itu sendiri. Bila kebutuhan untuk bumbu penyedap masakan,
maka tanaman jahe sudah bisa ditanam pada umur kurang lebih 4 bulan dengan cara
mematahkan sebagian rimpang dan sisanya dibiarkan sampai tua. Apabila jahe
untuk dipasarkan maka jahe dipanen setelah cukup tua. Umur tanaman jahe yang
sudah bisa dipanen antara 10-12 bulan, dengan ciri-ciri warna daun berubah dari
hijau menjadi kuning dan batang semua mengering. Misal tanaman jahe gajah akan
mengering pada umur 8 bulan dan akan berlangsung selama 15 hari atau lebih.
8.2. Cara Panen
Cara panen yang baik, tanah
dibongkar dengan hati-hati menggunakan alat garpu atau cangkul, diusahakan
jangan sampai rimpang jahe terluka. Selanjutnya tanah dan kotoran lainnya yang
menempel pada rimpang dibersihkan dan bila perlu dicuci. Sesudah itu jahe
dijemur di atas papan atau daun pisang kira-kira selama 1 minggu. Tempat
penyimpanan harus terbuka, tidak lembab dan penumpukannya jangan terlalu tinggi
melainkan agak disebar.
8.3. Periode Panen
Waktu panen sebaiknya dilakukan
sebelum musim hujan, yaitu diantara bulan Juni – Agustus. Saat panen biasanya
ditandai dengan mengeringnya bagian atas tanah. Namun demikian apabila tidak
sempat dipanen pada musim kemarau tahun pertama ini sebaiknya dilakukan pada
musim kemarau tahun berikutnya. Pemanenan pada musim hujan menyebabkan rusaknya
rimpang dan menurunkan kualitas rimpang sehubungan dengan rendahnya bahan aktif
karena lebih banyak kadar airnya.
8.4. Perkiraan Hasil Panen
Produksi rimpang segar untuk klon
jahe gajah berkisar antara 15-25 ton/hektar, sedangkan untuk klon jahe emprit
atau jahe sunti berkisar antara 10-15 ton/hektar.
9.Analisis usaha tani
10.1. Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis usaha budidaya
jahe monokultur seluas 1 ha; yang dilakukan petani
pada tahun 2012 di Desa Marihat
Huluan kecamatan Pematang Sidamanik
No
|
Uraian Kegiatan
|
Volume
|
Satuan
|
Harga Satuan (Rp)
|
Jumlah (Rp)
|
||||||
A.Upah/gaji
|
|||||||||||
1.
|
Pengolahan lahan I
|
1mesin
|
rante
|
60.000
|
1.500.000
|
||||||
2.
|
Pengolahan lahan II + meratakan
|
30
|
HOK HOK
|
30.000
|
900.000
|
||||||
3.
|
Pembuatan bedengan
|
30
|
HOK
|
30.000
|
900.000
|
||||||
4.
|
Pembuatan lubang tanam
|
25
|
HOK
|
30.000
|
750.000
|
||||||
5.
|
Pengangkutan pupuk kompos ke
lokasi tanam
|
15
|
HOK
|
40.000
|
600.000
|
||||||
6.
|
pemberian pupuk kompos
|
20
|
HOK
|
30.000
|
600.000
|
||||||
7.
|
Pembuatan saluran drainase
|
15
|
30.000
|
450.000
|
|||||||
8
|
.pemotongan
bibit,sortasi,pertunasan
|
21
|
30.000
|
630.000
|
|||||||
9.
|
Pengangkutan bibit ke lokasi
tanam
|
15
|
HOK
|
30.000
|
450.000
|
||||||
10.
|
Penanaman
|
25
|
HOK
|
30.000
|
750.000
|
||||||
11.
|
Pemupukan pupuk kimia
a. Urea 1,5-2 bulan setelah
tanam
b.TSP/SP36 saat tanam
c. KCL 50% saat tanam,50%
setelah tanam
|
||||||||||
8
|
HOK
|
30.000
|
240.000
|
||||||||
8
|
HOK
|
30.000
|
240.000
|
||||||||
8
|
HOK
|
30.000
|
240.000
|
||||||||
12.
|
Penyiangan (7 kali )
|
210
|
HOK
|
30.000
|
6.300.000
|
||||||
13
|
Pembumbunan ( 3 kali)
|
35
|
HOK
|
30.000
|
1.050.000
|
||||||
14.
|
Pengendalian Hama dan Penyakit
|
45
|
HOK
|
30.000
|
1.350.000
|
||||||
15.
|
Panen
|
50
|
HOK
|
30.000
|
1.500.000
|
||||||
16.
|
Pengangkutan hasil panen ke
pinggir jalan
|
20
|
HOK
|
40.000
|
800.000
|
||||||
Total
|
11.720.000
|
||||||||||
B.Bahan
|
|||||||||||
1.
|
Bibit jahe
|
2500
|
kg
|
10.000
|
25.000.000
|
||||||
2.
|
Pupuk kandang
|
3000
|
karung
|
5.000
|
15.000.000
|
||||||
3.
|
Pupuk kimia
a.Urea
b. SP36
c.KCL
|
||||||||||
750
|
kg
|
1.700
|
1275.000
|
||||||||
750
|
kg
|
1.800
|
1.350.000
|
||||||||
800
|
kg
|
2.000
|
1.600.000
|
||||||||
4.
|
Pestisida
|
||||||||||
a.dithane
|
2
|
kg
|
84.500
|
169.000
|
|||||||
b.decis
|
20
|
ml
|
100.000
|
2.000.000
|
|||||||
5.
|
Kapur pertanian
|
1000
|
Pak/ 200gr
|
15.000
|
15.000.000
|
||||||
6.
|
Hand Sprayer
|
3
|
buah
|
350.000
|
750.000
|
||||||
Total
|
62.144.000
|
||||||||||
C. Biaya lain
|
|||||||||||
1.
|
Sewa lahan
|
2.500.000
|
|||||||||
2.
|
Pajak
|
400.000
|
|||||||||
Total
|
2.900.000
|
||||||||||
Produksi jahe (kegagalan 10% ) : 25 ton
Harga
jahe : Rp 10.000
Analisis biaya persatuan
produksi
Jumlah seluruh biaya (Rp)
Biaya persatuan
produksi (kg) = jumlah
seluruh produksi (kg)
82.794.000
=
25000
= 3311.76 kg
Analisis pendapatan marjinal
Analisis pendapatan
marjinal = Penerimaan
– biaya variabel
= 250.000.0000 – 76.894.000
= Rp170.106.000
Analisis pendapatan bersih
Analisis pendapatan bersih = Penerimaan
– biaya total
=250.000.0000 - 82.794.000
=
Rp. 167206000
Analisis Rasio
Analisis Rasio = R/C
= 250.000.0000/82.794.000
=3.019542
10.kesimpulan
Dari Analisis diatas maka usaha tani jahe badak dengan pola
tanam monokultur layak dikembangkan dimana sesuai denngan kaidah keputusan yaitu
;R/C≥ menguntungkan dan layak dikembangkan
11 DAFTAR PUSTAKA