Budidaya Belut
sebenarnya tidak sulit dan juga tidak mahal. Masyarakat yang memiliki lahan
sempitpun dapat memelihara belut. Secara Teknis Budidaya dan pemeliharaan belut
(monopterus albus) hanya memerlukan perhatian dalam memilih tempat/lokasi
budidaya, pembuatan kolam, media pemeliharaan, memilih benih, perkembangbiakan
belut, penetasan, makanan dan kebiasaan makan serta hama. Disisi lain kita juga memerlukan tata
cara panen, pasca panen, pemasaran dan pencatatan analisa usaha dalam melakukan
Budidaya belut.
Bibit belut yang
paling bagus untuk di budidayakan adalah bibit yang di hasilkan dari hasil
budidaya (pembenihan sendiri), walau bibit hasil tangkapan masih tetap bisa
hidup dan bisa di besarkan di air besih. Tetapi jika dalam cara penangkapannya
tidak benar, belut bisa lama jika dibesarkan karena mengalami stres sehingga
kita harus mengadaptasinya terlebih dahulu dengan waktu yang cukup lama
(tergantung tehnik perawatannya), kalau tehnik perawatannya salah, belut hasil
tangkapan tersebut bisa mengalami kematian.
Seperti contoh bibit belut yang di hasilkan dengan menggunakan setrum : cara
penangkapannya dengan Voltase terlalu tinggi, untuk pengadaptasianya bisa
mencapai 1 bulan bahkan bisa lebih dan jika dalam Proses pengaptasian salah,
bisa mengakibatkan kematian pada waktu pemeliharaan.
Jika dalam waktu menangkapnya (belut) dengan menggunakan alat setrum, apabila
stik strum mengenai badan belut, belut tidak akan bisa tahan hidup lebih lama.
Belut hasil setruman akan tetap bisa hidup dan bisa dibesar di air bersih jika
cara penangkapannya dengan tehnik yang benar misal: Voltase strum tidak terlalu
besar, stik strum tidak mengenai badan belut, waktu penyetruman, tidak terlalu
lama (belut tidak sampai kaku) dan Belut yang kita ambil dari tanah/lumpur yang
subur itu juga sangat berpengaruh.
Ciri-ciri bibit belut hasil Setruman antara lain: Pada bagian dubur berwarna
kemerahan, pada bagian insang juga berwarna kemerahan. jika stik setrum
mengenai badan belut, pada badan belut tersebut dalam waktu 2 hari atau lebih
akan timbul luka seperti koreng dan lama-lama belut akan mati.
Ciri-ciri Bibit Belut
Tidak semua bibit belut bila kita pelihara akan bisa besar, adapun ciri-ciri
balut yang bisa besar dan tidak bisa besar bila kita budidayakan antara
lain:
Bibit belut yang
warna hitam dari kepala sampai ekor , bibit ini tidak bisa besar.
Bibit belut yang
berwarna kemerah-merahan terang disekujur tubuhnya,bibit ini tidak bisa besar.
Bibit belut yang
berwarna hitam dan panjang, lambat pertumbuhannya atau kemungkinan tidak bisa
besar walau lama dipelihara.
Bibit belut
warna hitam kepala lebih besar (tidak proporsional) tidak baik untuk
dibudidayakan karena tidak bisa besar. Bibit ini kalau dipegang terasa agak keras.
Bibit belut yang
berwarna abu-abu paling besar seukuran jempol tangan namun perkembangannya
sangat lambat.
Bibit yang
berwarna dominan coklat dan kehijau-hijauan seluruh tubuhnya,bibit ini bisa
besar bila di budidaya dan Bibit ini kebanyakan di dapat dari sawah
Bibit belut yang
dominan warna "coklat bening" dan totol-totol hitam sangat bagus
untuk dibudidayakan karena cepat besar dalam waktu singkat.
Bibit yang
paling bagus, warna rata-rata punggung kuning kecoklatan dan ada batikannya di
bagian ekor, Di bagian Kepala ada "coretan-coretan" warna kuning,
dada berwarna kuning / oranye. bibit ini bisa mencapai ukuran sebesar
pergelangan tangan orang dewasa.
Namun bibit
belut yang sudah kita yakini termasuk jenis belut yang bisa besar dan sudah
memiliki ciri-cirinya, khusus untuk bibit belut yang di hasilkan dari tangkapan
alam, bahwa sanya belut tersebut ada yang tetap tidak mau besar bila kita
budidayakan baik di media lumpur ataupun di media air bersih. Akan tetapi
mereka(belut) diperoleh ada dari sawah yang subur dan tidak subur atau kurang
subur , bisa jadi yang berwarna kuning pun,ada yang Kuntet, karena bibit belut
tersebut hidup di areal persawahan yang tidak banyak cacing Lor
sawahnya.Sehingga pertumbuhannya terganggu. Dan ini ditunjukkan dengan banyak
ditemukannya bibit seukuran Finggerling atau jari kelingking sudah matang gonad
(perutnya sudah banyak mengandung butiran telur yang berwarna kuning), Kalau
mereka sudah mengeluarkan telurnya, lalu kita tangkap untuk dipelihara, bisa
jadi Tidak Bisa Membesar walupun sudah dipelihara selama lebih dari 4 bulan,
akan tetapi masih bisa bertelur, karena fa’al tubuhnya sudah mendukung (dewasa)
matang gonad walaupun badannya kecil.Karena lingkungannya kurang Gizi(kurang
asupan makanan cacing lor dll).
Karantina
sepertinya merupakan sebuah kosa kata yang cukup popular di kalangan para
pemelihara atau pembudidaya belut maupun jenis ikan lainnya, sebelum berbicara lebih
jauh tentang ini, mungkin lebih baik kita memahami apa maksud dan tujuan dari
karantina itu sendiri.
Karantina boleh disebut juga sebagai suatu kegiantan untuk mengisolasi atau
memisahkan sesuatu dari lingkungan tertentu dengan maksud dan tujuan tertentu.
Dalam hal pemeliharaan atau pembudidaya, kita melakukan karantina dengan tujuan
untuk menjaga agar belut yang akan kita budidayakan sudah benar-benar sehat
atau tidak terjangkit penyakit tertentu yang dibawa oleh bibit belut yang akan
kita tebar.
Latar Belakang
Yang banyak
terjadi di kalangan pembudidaya belut terutama pembudidaya pemula adalah kurang
paham benar apa yang menjadi maksud dan tujuan karantina untuk memaksimalkan
hasil karantina tersebut.
Sebelum berbicara lebih jauh akan maksud dan tujuan karantina alangkah baiknya
kita untuk terlebih dahulu memahami latar belakang dari kegiatan ini.
Setiap mahluk hidup, hidup di komunitas / lingkungan mereka masing – masing,
dan setiap komunitas hidup antara yang satu dengan yang lain tidaklah sama.
Antara lingkungan yang satu dengan yang lain mempunyai banyak perbedaan,
walaupun juga memiliki kesamaan. Sedangkan mahluk hidup sendiri mempunyai
kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkunngan hidupnya.
Untuk lebih memahami kita ambil contoh manusia. Seorang petani yang menanam
padi disawah tidak merasa gatal walaupun seharian berendam di lumpur yang basah
dan kotor, akan tetapi seorang pekerja kantoran yang mencoba membantu petani
menanam padi di sawah, merasa gatal – gatal pada kulitnya bahkan sampai menderita
iritasi.
Begitu juga anggota keluarga petani keesokan harinya perut mereka merasa kurang
nyaman karena pada malam sebelumnya makan makanan yang dibawa oleh “ si pekerja
kantoran “.
“ Si Petani “ sendiri karena tidak punya makanan tetap makan makanan “Si
Pekerja Kantoran” dan lama – lama terbiasa.
Begitu juga petani yang bermalam di rumah pekerja kantoran, keesokan harinya
sakit demam karena semalaman tidur di kamar yang menggunakan AC ( Air
Conditioning ).
Begitu juga anggota keluarga “ si pekerja kantoran “ tertular penyakit kulit
karena menggunakan handuk mandi yang pernah digunakan petani tersebut.
Kalau kita menyimak ilustasi diatas mungkin kita dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut :
• Setiap mahluk hidup dapat menyesuaikan atau beradaptasi terhadap
lingkungannya.
• Dalam proses adaptasi terhadap lingkungan setiap mahluk hidup bisa mengalami
“ganguan”
• Setiap mahluk hidup dapat menjadi sarana ( carrier ) “penyakit” terhadap
lingkungan barunya.
• Mahluk hidup yang sehat belum tentu tidak mengandung “ bibit penyakit “.
• Apabila mahluk hidup dapat menyesuaikan dengan lingkungannya berarti mahluk
tersebut sudah memiliki kekebalan ( imum ) terhadap “ penyakit di
lingkungannya “.
Jadi meskipun bibit Belut yang baru didatangkan sudah kelihatan sehat belum
tentu bebas dari bibit penyakit. Demikian juga belut yang sudah ada di kolam
kita belum tentu bebas dari bibit penyakit walaupun belut tersebut sehat.
Mungkin dari gambaran diatas kita sedikit bisa memahami langkah – langkah untuk
melakukan kegiatan karantina.
Tujuan
Yang seharusnya
menjadi tujuan dari karantina adalah untuk menjaga agar belut yang telah kita
miliki tidak tertular bibit penyakit yang mungkin dibawa oleh belut yang baru.
Selain itu maksud dan tujuan karantina adalah untuk menyesuaikan lingkungan
hidup belut yang baru dengan lingkungan asal sehingga bila belut yang baru
kurang dapat beradaptasi dan mengalami gangguan tidak menjangkiti belut yang
lainnya atau yang sudah kita miliki.
Kegiatan Karantina.
Apakah setiap
bibit belut baru wajib karantina ???
Karantina/Pengadaptasian
- tidak semua
belut mudah meyesuaikan dengan lingkungan baru (media air bersih) terutama
belut yang dihasilkan dari hasil tangkapan alam.
- Biasanya belut tertentu akan mengalami “gangguan” sebelum dapat beradaptasi
dengan lingkungan barunya.
- Belut mudah stress bila berubah lingkungan hidupnya sehingga mudah terserang
penyakit karena sistim imum tubuhnya menurun.
Janglah karantina yang ideal sebenarnya membutuhkan proses yang cukup detail
yang seolah – olah sangat rumit padahal tidaklah demikian, asal kita dapat
memahami “ tehniknya”.
Langkah karantina yang ideal, dimulai pada saat kedatangan belut
Langkah pertama yang harus kita lakukan adalah meyiapkan tempat karantina yang
memadai baik luas maupun volume tempat karantina tersebut, yang sebelumnya
sudah kita isi dengan air kolam yang rencananya akan kita gunakan untuk
pemeliharaan belut tersebut.
Apakah harus ? tidak , dengan mengisi tempat karantina dengan sumber air yang
sama dengan kolam yang rencananya akan kita gunakan untuk memelihara belut
tersebut sudah cukup memadai bila sumber air yang digunakan bukan air PDAM/PAM,
bila memakai air PDAM/PAM hendaknya ditreatment terlebih dahulu.
Salah satu Tehnik Proses karantina sekaligus adaptasi yang sudah saya
terapkan, bibit belut yang dihasilkan dari tangkapan alam (setrum
atau sedek)
Untuk kolam/tempat karantina , sebaiknya "jangan" ada yang berbentuk
sudut/menyiku, kolam yang kita siapkan harus berbentuk bundar ataupun lonjong,
kolam karantina bibit belut air bersih "tidak" usah terlalu besar dan
untuk bibit yang kita masukan kedalam kolam karantina Volumenya harus
diperpadat, kepadatan dalam proses karantina adalah sangat berpengaruh penting.
Ketinggian air pada kolam karantina 10 sampai dengan 15 dari permukaan belut
yang kita masukan.
Bila tempat karantina sudah siap, belut yang masih berada di wadah
pengangkutan airnya harus di ganti terlebih dahulu untuk menghilangkan
lendir yang berada di dalam wadah pengangkutan, lalu masukkan belut tanpa
lendir/busa.Untuk pemindahan bibit belut dari wadah pengangkutan,
sebaiknya dilakukan dengan sehati-hati mungkin, gunakanlah alat seperti
jaring (serok) usahakan bibit jangan sering dipegang dengan tangan secara
langsung biar belut tidak stress.
Setelah belut tenang, Langkah berikut adalah pada tempat karantina diberi
kocokan telur ditambah dengan madu supaya bibit cukup Vitamin dan energi,
kemudian tambahkan perasan daun pepaya dengan harapan untuk mengembalikan
lendir yang sudah banyak dikeluarkan belut selama dalam pengangkutan.
Setelah satu jam kemudian kuraslah air dan di ganti dengan air yang baru.
1 sampai 2 hari, bibit belut jangan di beri pakan terlebih dahulu,
setelah 2 hari kemudian, pemberian pakan baru dilakukan sampai bibit
belut benar-benar sudah sehat.
Ciri-ciri bibit belut yang sudah siap ditebar di kolam pembesaran (media
air bersih), belut sudah tidak ada yang mendongakan kepalanya keatas (permukaan
air). Apabila masih ada bibit belut yang mendongakan kepalanya keats dan sudah
membalikan badannya segeralah diambil, pisahkan dengan bibit yang sudah sehat.
CATATAN : pada waktu proses
karantina dilakukan, air harus dalam keadaan jernih (bening), tidak boleh
keruh.
biofish fishtamin (vitamin complex)
Namun Bila bibit belut yang kita dapatkan dari hasil budidaya, untuk proses
karantina/adaptasinya tidak membutuhkan waktu yang lama, cukup 1 hari atau 2
hari, bibit sudah siap kita tebarkan di kolam pembesaran media air bersih (air
bening) tanpa lumpur.
Setelah proses
karantina/adaptasi dilakukan dengan benar, masukan bibit kekolam pembesaran
dan kemudian lakukan perawatan.
Pakan dan Pengaturan Air Meskipun sudah banyak ilmuwan-ilmuwan dan peneliti berpendapat
"Waktu pemberian pakan pada belut adalah sore menjelang malam, karena
belut aktif pada malam hari" namun dalam budidaya belut di air bersih
yang sudah kami terapkan pemberian pakan bisa dilakukan dalam sehari
semalam 3 kali (pagi,siang dan sore hari) dengan dosis 5% dari jumlah
benih yang ditebar.
Pemberian pakan bisa dilakukan 3 kali dalam sehari semalam
kalau kita sudah memenuhi unsur KENYAMANAN
bagi belut itu sendiri.
Sedangkan faktor kenyamanan terdiri faktor internal dan eksternal
1. Faktor internal.
Media
harus tersedia yaitu. Substrat ( paralon, atau genteng, roster, eceng gondok
maupun kiambang, dsb)
Faktor
Oksigen. (sangat berpengaruh besar terhadap reaksi dan nafsu makan, sekaligus
kelangsungan hidup) Khusus Untuk budidaya air bersih, faktor oksigen sangat
berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup dan daya nafsu
makan belut). Air menjadi syarat utama kolam pemeliharaan belut, karena itu
lubang sirkulasi air dan lubang pembuangan kelebihan air menjadi syarat utama. Air
harus terus mengalir walau dalam jumlah debit yang sangat kecil dari
sumber air agar oksigen terlarut tetap terjaga persediaannya
2. Faktor
Eksternal.
Faktor
eksternal adalah suasana Gelap dan tenang. ( Gelap berarti tempat harus ditutup
dengan terpal hitam atau coklat, tidak boleh warna terang atau tembus cahaya,
Tenang berarti tidak boleh ada aktifitas lain di lingkungan budidaya)
Pakan,
pemberian pakan bisa di lakukan dalam sehari semalam 3 kali bisa berjalan
apabila Faktor eksternal dan internal terpenuhi.
Untuk menambah
nafsu makan belut dapat diberikan jamu empon-empon, bahan-bahan
bakunya seperti "temulawak (curcuma xanthorhiza), kunyit, kencur
dan temu ireng. untuk perbandingan 1,5 : 0,5 : 0,5 : 0,5 dengan
cara: kesemua bahan tersebut di rebus dan kemudian di saring, setelah dingin
air dari bahan-bahan tersebut di masukan ke kolam secara merata. Pemberian jamu
nafsu makan sebaiknya di berikan pada sore hari kemudian pada pagi hari, air
dikuras dan di ganti dengan air yang baru. Dalam waktu pemberian jamu
nafsu makan tersebut, belut jangan diberi pakan terlebih dahulu sebelum
pengurasan dilakukan.
Air Pemeliharaan
Lendir yang dikeluarkan belut memang menjadi salah satu mekanisme untuk menjaga
agar tubuhnya tetap licin sehingga dapat membantu gerak belut dan menjadi
sarana melepaskan diri dari musuh-musuhnya. Namun, dalam pemeliharaannya,
lendir belut yang terus menerus dikeluarkan dalam jumlah yang banyak akan
membahayakan belut itu sendiri, dari hasil penelitian mengemukakan,
jika dalam air yang di gunakan untuk budidaya belut sudah terlalu banyak
lendir yang dikeluarkan oleh belut itu sendiri maka air harus segera
diganti maka air tersebut akan meracuni belut itu sendiri dan juga bisa
mengakibatkan kematian pada belut. lendir yang sudah banyak di keluarkan juga
akan sangat mempengaruhi kualitas air, terutama akan meningkatkan derajat
keasaman/pH air. untuk itu, kualitas air menjadi sangat penting untuk
diperhatikan. Walau tidak ada persyaratan khusus, tetapi idealnya air yang
digunakan sebagai media pembesaran belut harus jernih, memiliki suhu antara
25-28 derajat C, Tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya, serta kendungan
pH-nya tidak lebih dari 7.
Tekhnik Terbaru,
Budidaya Belut Di Air Bersih. Belut bisa hidup dan bisa dibesarkan di air
Bersih (air bening) tanpa lumpur ini adalah hal yang sangat luar biasa, ini
bener-bener ilmu yang sangat bermanfaat bagi kita khususnya para pembudidaya
belut, sehingga kita bisa lebih effisien dalam melakukan usaha ini. Dengan
adanya tehnik terbaru ini sehingga para pembudidaya belut sudah tidak
pusing-pusing mencari "debog pisang, jerami, lumpur dan lain-lain, kita
sudah tidak repot lagi untuk melakukan bokasi dan menfermentasikan-nya.
Ini bukan penampungan dan bukan hasil rekayasa tetapi bener-bener hasil
budidaya. Tempat hidup alami belut (Monopterus albus) yang tinggal di dalam
lumpur. Banyak orang, baik penelitian atau usaha, yang sudah mencoba membikin
lumpur untuk usaha budidaya. Mungkin beberapa yang berhasil meskipun kebanyakan
yang lainnya masih bergelut dengan ‘teknologi doa’ untuk panen. karena hidup di
dalam lumpur, tidak banyak yang bisa dilakukan untuk memastikan jumlah serta
perkembangan belut selama masa pemeliharaan. sehingga, sangat layak bila
kemudian mencoba berinovasi: "Budidaya Belut Di Air Bersih (air bening) tanpa
lumpur"
Dalam hipotesis: mungkin belut bisa hidup dan dibesarkan pada air bersih
tapi tetap harus menggunakan lumpur untuk reproduksi alami.
Secara teknis: sejauh kebiasaan makan bisa diadaptasikan dan kebutuhan
pakan bisa disuplay secara terkontrol, seharusnya pembesaran belut di air
bersih dapat dilakukan. hanya saja, kontrol terhadap kemungkinan serangan
penyakit akibat proses adaptasi harus benar-benar diamati dan dijaga.
Keuntungan: dengan pembesaran belut pada air bersih, jumlah (yang berkaitan
dengan kelangsungan hidup) dan pertumbuhan (yang berhubungan dengan penambahan
bobot) dapat selalu terkontrol sehingga target produksi bisa lebih
ter-realistis dan untuk jumlah penebaran bibit belut di air bersih bisa lebih
besar (bisa 10 bahkan sampai 30 kali lipat dibanding dengan penebaran benih di
media lumpur).
Walau masih banyak orang yang tidak/belum percaya dengan adanya Ilmu terbaru
ini (belut bisa hidup dan bisa dibesarkan di 100% air bersih (air bening) tanpa
lumpur, mungkin karena mereka belum pernah melihat dan belum pernah
mencobanya karena belum tahu tehnik-tehnik dalam melakukan Budidaya
Belut Di Air Bersih.
Saya (Penulis Blog ini) dan renak-rekan sudah pernah melakukan berbagai uji
coba dan berbagai jenis bibit belut sawah yang dihasilkan dari berbagai cara
penangkapan dari alam (strum,sedek dan bubu), dari berbagai hasil uji coba yang
pernah kita lakukan, sehingga kita dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan dalam
Berbudidaya Belut Di Air Bersih (Air Bening) tanpa lumpu. Sekilas Tentang Belut
Belut adalah sekelompok ikan berbentuk mirip ular memiliki bentuk tubuh
memanjang, tidak bersirip dan tidak bersisik, serta memiliki lapisan lendir di
sekujur tubuhnya yang termasuk dalam suku Synbranchidae. Suku ini terdiri
dari empat genera dengan total 20 jenis. Jenis-jenisnya banyak yang belum
diberikan dengan lengkap sehingga angka-angka itu dapat berubah. Anggotanya
bersifat pantropis (ditemukan di semua daerah tropika).
Belut berbeda dengan sidat, yang sering dipertukarkan. Ikan ini boleh dikatakan
tidak memiliki sirip, kecuali sirip ekor yang juga tereduksi, sementara sidat
masih memiliki sirip yang jelas. Ciri khas belut yang lain adalah tubuh licin
berlendir, tidak bersisik, dapat bernafas dari udara, bukaan insang sempit,
tidak memiliki kantung renang dan tulang rusuk. Belut praktis merupakan hewan
air darat, sementara kebanyakan sidat hidup di laut meski ada pula yang di air
tawar. Mata belut kebanyakan tidak berfungsi baik, bermata kecil.
Ukuran tubuh belut bervariasi. Monopterus indicus hanya berukuran 8,5 cm,
sementara belut marmer Synbranchus marmoratus diketahui dapat
mencapai 1,5m. Belut sawah Monopterus albus sendiri, yang biasa dijumpai di
sawah dan dijual untuk dimakan, dapat mencapai panjang sekitar 1m (dalam bahasa
Betawi disebut moa).
Kebanyakan belut tidak suka berenang dan lebih suka bersembunyi di dalam lumpur
(tempat persembunyian). Semua belut adalah pemangsa. Daftar mangsanya biasanya
hewan-hewan kecil di rawa atau sungai, seperti ikan, katak, serangga, serta
krustasea kecil dan juga ada yang bersifat kanibalisme.
Spesies belut mempunyai nilai pemakan yang tinggi. Khasiatnya dikatakan
setanding dengan ikan tengiri dan selar, mengandungi 18.6 % protein dan 15 %
lemak. Belut juga kaya dengan lemak, kalsium, vitamin B, Vitamin D dan zat
besi. Tidak heranlah banyak yang percaya belut boleh membantu mengubati
penyakit seperti sakit pinggang, lelah, darah tinggi, lemah tenaga batin dan
penyembuhan luka pembedahan. Spesies ikan ini jika dikonsumsi secara rutin
miniman 100 gram/hari dikatakan boleh menguatkan daya tahan tubuh, menormalkan
tekanan darah, menghaluskan kulit, mencegah penyakit mata, menguatkan daya
ingatan dan membantu mencegah hepatitis.
Budidaya belut
di Media Air Bersih tanpa lumpur terbilang lebih effektif dibandingkan dengan
budidaya belut di media lumpur. Khususnya kemudahan dalam melakukan
pengontrolan terhadap belut yang dibesarkan, selain itu jika ada belut yang
terlihat sakit atau mati, akan mudah terlihat sehingga bisa segera diambil dari
kolam budidaya.
Penebaran Benih
Belut Lebih Banyak
Budidaya Belut
dengan media air bersih memungkinkan pembudidaya untuk meningkatkan jumlah
belut yang di besarkan dikolam hingga bisa mencapai 30 kali lipat per m2 di
banding budidaya belut di media lumpur. Hal ini dapat di lakukan karena di
media air bersih, fungsi lumpur sebagai alat perlindungan/persembunyian bagi
belut, sedangkan budidaya belut di air bersih peranan tubuh belut itu sendiri
bisa di jadikan tempat perlindungan/persembunyian bagi belut itu sendiri
(pengganti lumpur). Dalam Budidaya belut di air bersih berdasarkan uji coba,
untuk ukuran 1m2 bisa ditebar benih belut 30kg, sedangkan di media lumpur
penebaran benih untuk ukuran 1 m2 hanya bisa kita tebar 1kg maksimal 1,5kg,
jika penebaran melebihi angka tersebut pertumbuhan belut akan terganggu, bahkan
bisa terjadi saling nyerang menyerang antar belut untuk berebut wilayah
hidupnya. Sehingga tingkat kematian belut di media lumpur akan semakin tinggi.
Meminimalkan Angka Kanibalisme
Seperti
binatang-binatang lainnya, belut yang dibesarkan di dalam air yang berlumpur
terutama belut jantan atau belut yang sudah mencapai umur 6-8 bulan, akan
memperlakukan habitat tempatnya bernaung sebagai daerah kekuasaannya. bila
merasa terusik oleh belut yang lain dan daerah kekuasaannya terancam, belut
tersebut akan saling serang menyerang. Hal itulah yang menyebabkan tingginya
angka kematian pada belut-belut yang kita pelihara di media air berlumpur.
namun, dalam hal ini tidak akan terjadi pada belut yang dipelihara di media air
bersih tanpa lumpur, karena antara belut satu dengan yang lainya justru saling
membutuhkan, dalam metode budidaya belut di air bersih, badan belut adalah
sebagai tempat untuk saling melindungi dan sebagai tempat persembunyian.
Lebih Effisien Dan Effektif
Belut yang sudah
kita kenal dengan gaya
hidupnya yang selalu bersembunyi didalam lumpur yang berair. Namun hal yang
sebenarnya dimana ada lobang belut yang masih ada belutnya disitu
pasti akan terdapat air yang jernih. Dengan adanya hal tersebut
berarti syarat hidup belut adalah di air jernih (air bersih), dan
tanpa lumpurpun masih bisa hidup dan bisa dibesarkan. Budidaya belut di air
bersih (air jernih) tanpa lumpur memungkinkan para pembudidaya tidak akan
kerepotan karena harus mencari jerami, debog pisang ataupun lumpur sebagai
medianya namun dengan budidaya belut di air bersih cukup dengan air yang jernih
saja dan dalam budidaya belut di air bersih juga akan menghemat lahan
karena dalam pembikinan kolam dengan media air bersih, bisa disusun menjadi 3
tingkat atau lebih. dalam pemberian pakan di media air bersih juga tidak
cuma-cuma(mubadzir) karena setiap kita tebar pakannya, belut akan
melihat sehingga belut akan langsung memangsanya.
Beberapa
Fator-faktor Utama Yang Harus Kita perhatikan Dalam Budidaya
Belut Di Air Bersih
antara lain :
Air
Dalam Budidaya
belut di air bersih, air adalah faktor utama yang sangat berpengaruh pada
perkembangan belut. Jika air yang kita gunakan dalam budidaya belut tidak rutin
di kontrol maka akan sangat mempengaruhi pada perkembangan belut kita.
Air yang bagaimana yang layak digunakan Budidaya belut air bersih?
air yang layak digunakan dalam budidaya belut di air bersih adalah air
yang jernih, memiliki suhu antara 25-28 derajat C, air yang
tidak mengandung zat-zat kimia berbahaya.
Air yang kurang layak/tidak bagus untuk budidaya belut di air bersih
air PDAM karena banyak mengandung zat-zat kimia (kaporit), air yang langsung
diambil dari sumur bur karena sangat minim kandungan oksigennya dan air
limbah
Usahakan dalam melakukan budidaya belut di air bersih, kolam harus ada
sirkulasi air walau dengan debit yang sangat kecil (ada yang masuk dan ada yang
keluar). Dengan adanya aliran air kedalam kolam budidaya maka akan menambah
kandungan oksigen didalamnya sehingga sangat berpengaruh dalam untuk
perkembangan serta pertumbuhan belut dan kita juga tidak terlalu repot untuk
penggatian air. Jika kolam budidaya belut tidak ada sirkulasi air dan
pembuangan, air akan cepat kotor/keruh, maka kita harus sering mengganti air
paling tidak selama 2 atau 3 hari sekali, tentunya kita akan sangat kerepotan
bukan? Jika air sudah kotor/keruh (warna kuning kecoklatan) air harus segera
kita ganti. tapi beda dengan kotoran yang mengendap didasar kolam, walau
didasar kolam sudah terdapat endapan tapi airnya masih jernih, air masih layak
kita gunakan, asal endapannya tidak terlalu tebal.
Pakan
Pakan, pakan
juga termasuk salah satu faktor yang sangat penting untuk perkembangan serta
pertumbuhan belut. Berilah pakan secukup mungkin, usahakan jangan sampai
kekurangan atau jangan berlebihan dan berilah pakan yang paling disukai belut,
jika dalam pemberian pakan pada belut terlalu banyak bisa mengakibatkan air
cepat kotor(karena sisa makanan) dan bisa mengakibatkan effek negatif pada
belut, sehingga belut mudah sakit dan lama kelamaan bisa mengakibatkan
kematian. Jika pemberian pakan pada belut kurang, maka bisa menimbulkan sifat
kanibalisme pada belut kita dan kita juga akan rugi karena pertumbuhannya akan
lama. Selama belut masih mau makan dengan pakan tersebut jangan beralih ke
pakan yang lain secara total, kecuali belut mau makan dengan pakan yang kita
berikan, jika belut tidak mau makan dengan pakan yang kita berikan, kembalilah
kepakan yang sebelumnya.
Jenis-jenis pakan belut antara lain:
cacing lor, cacing merah, cacing lumbricus, ikan cere, ikan cithol, ikan guppy,
anakan ikan mas, berudu (kecebong), lambung katak, keong mas/sawah, ulat
hongkong dan masih banyak yang lainnya.
Bibit
Pemilihan
bibit belut berkualitas adalah salah satu faktor penting dalam menentukan
keberhasilan budi daya belut. Umumnya bibit belut yang ada saat ini sebagian
besar masih merupakan hasil tangkapan alam. Karena itu, teknik penangkapan
bibit dari alam menentukan kualitas bibit. Bibit yang ditangkap dengan
cara alami menggunakan perangkap, seperti bubu, merupakan bibit yang cukup baik
karena tidak mengalami perlakuan yang menurunkan kualitasnya. Sebaliknya, bibit
yang diperoleh dengan cara tidak baik seperti disetrum bukan termasuk bibit
berkualitas. Pasalnya, bibit seperti ini pertumbuhannya tidak akan maksimal
(kuntet). Lebih baik lagi jika bibit yang digunakan berasal dari hasil
budidaya. Ukurannya akan lebih seragam dan jarang terserang penyakit seperti
yang mungkin terjadi pada belut hasil tangkapan alam. Sayangnya, bibit belut
hasil budidaya untuk saat ini masih sangat sedikit.
Berikut ini beberapa hal yang harus diperhatikan terkait bibit belut yang
berkualitas.
1. Bibit yang
digunakan sehat dan tidak terdapat bekas luka
Luka pada bibit belut dapat terjadi akibat disetrum, pukulan benda
keras, atau perlakuan saat pengangkutan. Umumnya, bibit yang diperoleh dengan
cara disetrum cirinya tidak dapat langsung terlihat, tetapi baru diketahui 10
hari kemudian. Salah satu ciri-cirinya terdapat bintik putih seperti garis di
permukaan tubuh yang lama-kelamaan akan memerah dan pada bagian dubur berwarna
kemerahan. Bibit yang disetrum akan mengalami kerusakan syaraf sehingga
pertumbuhannya tidak maksimal.
2. Bibit terlihat lincah dan agresif
Bibit yang yang selalu mendongakan kepalanya keatas dan tubuhnya sudah membalik
sebaiknya diambil saja karena belut yang sudah seperti ini sudah tidak
sehat dan lama kelamaan bisa mati. belut yang sehat mempunyai ciri-ciri:
tenang tapi lincah, belut akan mengambil oksigen keatas dengan cepat kamudian
kembali kebawah lagi.
3.
Penampilan sehat yang dicirikan, tubuh yang keras dan tidak lemas pada waktu
dipegang
pada waktu kita memegang belut tentunya kita akan bisa merasakan keadaannya,
bila belut tersebut bila kita pegang tetap diam/lemas atau tidak meronta/tidak
ada perlawanan ingin lepas, sebaiknya belut dipisahkan, karena belut
belut yang seperti ini kurang sehat. Dan sekaliknya jika kita pegang
badannya terasa keras dan selalu meronta ingin lepas dari genggaman tangan
kita, belut yang mempunyai ciri seperti ini layak kita budidayakan.
4. Ukuran bibit seragam dan dikarantina terlebih dahulu
Bibit yang dimasukkan ke dalam wadah pembesaran ukurannya harus seragam. Hal
ini dilakukan untuk menghindari sifat kanibalisme pada belut. Bibit yang
berasal dari tangkapan alam harus disortir dan dikarantina.
Tujuannya untuk menghindari serangan bibit penyakit yang mungkin terbawa dari
tempat hidup atau kolam pemeliharaan belut sebelumnya dan untuk pemilihan belut
yang sehat dan tidak sehat. Caranya adalah dengan memasukkan bibit belut ke
dalam kolam atau bak yang diberi air bersih biarkan belut tenang dulu (kurang
lebih 1 jam) kemudian berilah kocokan telur dicampur dengan madu 1 jam kemudian
penggantian air dilakukan dan biarkan belut sampai bener-bener tenang diamkan
kurang lebih 1 hari 1 malam kemudaian masuk bibit kekolam pembesaraan.
Kepadatan
(Volume)
Kepadatan
penebaran bibit dalam pembesaran jenis-jenis ikan sangatlah mempengaruhi pada
perkembangan pertumbuhan dan tingkat kematian, misal, dalam pembesaran
jenis-jenis ikan seperti lele,gurame, nila dll, kalau penebarannya terlalu
padat, waktu pembesaran bisa terhambat walau pemberian pakan sudah sesuai
dengan ukurannya dan juga bisa mengakibatkan tingkat kematian yang
tinggi.
Namun metode
pembesaran Belut di media air bersih ini sangatlah berbeda dengan penebaran
bibit jenis-jenis ikan yang lainnya, Kepadatan penebaran bibit
belut sangat berperan penting pada pertumbuhan dan tingkat kematian.
Kepadatan penebaran bibit belut untuk pertumbuhan, tergantung dalam proses
pemberian pakan dan untuk tingkat kematian justru bisa meminimalkannya.
Langkah awal
untuk melakukan usaha budidaya belut di air bersih adalah memelihara pakan,
dalam melakukan usaha budidaya belut,jika kita tidak ingin mengalami kendala
terutama masalah pakan dan kita juga akan bisa mengurangi biaya operasional
usaha ini, lakukanlah langkah awal ini yaitu 3 atau 4 bulan memelihara pakannya
terlebih dahulu sebelum kita menebar bibit belut. Karena selama ini kendala
dari para pembudidaya belut baik yang menggunakan media lumpur maupun media air
bersih adalah pada pemberian pakan yang tidak menentu karena mereka sebelumnya
tidak mempersiapkan pakannya terlebih dahuludan hingga kini pakan yang paling
disukai belut adalah pakan dari alam, walaupun sudah ada pembudidaya
belut dalam pemberian pakannya menggunakan jenis
pelet, namun setelah dihitung-hitung hasil analisa usahanya
masih sangat minim,padahal dalam setiap usaha tentunya untuk
mendapatkan keuntungan yang lebih, bukan malah membuang-buang duit atau tenaga
kita kan???
Banyak pembudidaya belut yang masih meremehkan hal ini dan akhirnya mereka
yang akan kerepotan sendiri karena setiap hari harus mencari pakan buat belut
kalau tidak, mereka harus membeli pakannya, sehingga untuk biaya
operasionalnya akan semakin membengkak untuk pembelian pakan. Dengan kita
memelihara pakan terlebih dahulu insyaALLOH akan mudah menghitung jumlah panen
dan analisa usahanya.
Secara
klimatologis belut tidak membutuhkan kondisi iklim dan geografis yang spesifik.
Ketinggian tempat budidaya ikan belut dapat berada di dataran rendah sampai
dataran tinggi. Begitu pula dengan kelembaban dan curah hujan tidak ada batasan
yang spesifik.
Kualitas air untuk pemeliharaan belut harus bersih, tidak terlalu keruh dan
tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.
Kondisi kolam tidak beracun.
Suhu udara/temperatur optimal untuk pertumbuhan belut yaitu berkisar antara
25-28 derajat C.
Pada prinsipnya kondisi perairan adalah air yang harus bersih dan kaya akan
osigen terutama untuk bibit/benih yang masih kecil.
Belut adalah binatang air yang selalu mengeluarkan lendir dari tubuhnya sebagai
mekanisme perlindungan tubuhnya yang sensitif. Lendir yang keluar dari tubuh
belut cukup banyak sehingga lama kelamaan bisa mempengaruhi derajad keasaman
(pH) air tempat hidupnya. pH air yang dapat diterima oleh belut rata-rata
maksimal 7. Jika pH dalam air tempat pembesaran telah melebihi ambang batas
toleransi, air harus dinetralkan, dengan cara menggati ataupun mensirkulasikan
airnya. Dengan demikian, kolam/tempat pembesaran harus dilengkapi dengan peralatan
yang memungkinkan untuk penggantian atau sirkulasi air.
Ada beberapa
macam tempat yang dapat digunakan untuk untuk budidaya belut di air bersih (air
bening) tanpa lumpur di antaranya: kolam permanen (bak semen), bak plastik,
tong (drum).
Dalam Budidaya Belut dengan menggunakan media lumpur dalam wadah/tempat dan
ruangan 5X5 meter, hanya bisa dibuat untuk 1 kolam saja berbeda dengan Budidaya
belut diair bersih dengan wadah dan Ruangan 5X5 meter, bisa
dikembangkanya 3 Kali lipat dari wadah budidaya itu sendiri, karena dalam
budidaya air bersih kita hanya memerlukan ketinggian air 30 Cm, maka tempat budiaya
kita bisa tingkat menjadi 3 susun atau 3 apartemen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar