Upaya Petani Prima Tani Subang untuk Mengobati Tanah yang Sakit
Era revolusi hijau menyebabkan penggunaan pupuk anorganik yang terus
menerus bahkan dosisnya sudah melebihi ambang batas ekonomi. Petani
terpacu untuk terus meningkatkan hasil pertaniannya tanpa mempedulikan
akibatnya pada lahan pertanian miliknya. Tanpa disadari unsur-unsur
hara di dalam tanah terus diambil oleh tanaman tanpa ada upaya untuk
menggantinya kembali. Unsur-unsur yang terambil dari dalam tanah dan
tidak tergantikan itu adalah unsur-unsur mikro, yang jarang
terperhatikan oleh petani, padahal meskipun mikro (kecil) namun
manfaatnya tidak bisa dikesampingkan. Petani hanya memenuhi unsur-unsur
makro berupa N, P dan K yang tersedia di pupuk anorganik.
Seperti yang sering diucapkan Profesor Baehaki, seorang peneliti senior
dari BB Padi yang juga sebagai Pemandu teknologi prima tani Kab. Subang
bahwa tanah kita sudah sakit karena kita lupa memberi makan tanah kita.
sekarang setalah sakit maka kita harus menyembuhkannya. Salah satu cara
untuk menyembuhkan tanah yang sakit yaitu dengan mengembalikan jerami
ke dalam tanah. Begitulah yang selalu beliau katakan kepada para petani
di Desa Sindanglaya untuk mengingatkan betapa pentingnya jerami.
Jerami merupakan sumber kalium yang sangat murah dan dapat dimanfaatkan
kembali sebagai pupuk organik untuk penanaman padi pada musim
berikutnya. Pengembalian jerami ke dalam tanah adalah salah satu cara
untuk mengembalikan unsur-unsur mikro di dalam tanah. Pupuk organik
mengandung unsur-unsur makro dan mikro meskipun dalam jumlah yang
sedikit namun lengkap. Pengembalian jerami ke dalam tanah akan lebih
baik setelah dilakukan proses fermentasi atau pengomposan pada jerami
padi tersebut, agar ketika dibenamkan ke dalam tanah, tanah langsung
dapat menyerapnya, meskipun pupuk dari jerami termasuk pupuk yang lambat
penyerapannya (slow released).
Selama ini banyak petani yang lupa untuk mengembalikan jerami ke dalam
tanah, apalagi bila musim panen di musim kemarau, petani lebih mencari
jalan singkat untuk menyingkirkan jerami dengan cara dibakar. Atau
karena faktor lain seperti banyak jerami yang diangkut oleh peternak
sapi dari daerah lain yang mengalami kelangkaan pakan karena musim
kemarau atau diambil oleh petani jamur dari daerah lain untuk dijadikan
media tanam jamur seperti yang terjadi di Desa Sindanglaya.
Untuk mengingatkan petani akan pentingnya pengembalian jerami ke dalam
tanah, maka diadakan pelatihan praktek fermentasi jerami oleh tim prima
tani Kab. Subang bekerja sama dengan PPL setempat dan para petani.
Sumber mikroba pengompos (dekomposer) yang digunakan adalah super farm
yang banyak tersedia di pasaran di sekitar Subang, agar petani mudah
untuk mendapatkannya.
Cara pembuatan kompos jerami adalah sebagi berikut:
-
Jerami ditumpuk dengan ketinggian mencapai 15-20 cm, tumpukan dapat diulang sampai mencapai ketinggian + 1 meter.
-
Pada setiap lapisan jerami dicipratkan larutan dekomposer.
-
Kondisi optimum jerami yang akan dikomposkan berada pada kadar air 50-65%
-
Bagian atas tumpukan jerami ditutup dengan plastik berwarna gelap untuk mempertahankan kelembaban dan untuk menghindari tumpukan terguyur hujan atau terkena panas matahari yang berlebihan
-
Dilakukan pembalikan seminggu sekali.
-
Kompos akan matang pada umur 6-7 minggu. Kompos yang matang berwarna kecoklatan dan tumpukan jerami terlihat mengempis hampir setengahnya
Kompos dibongkar dan diangin-anginkan untuk menstabilkan kondisi kompos.
Era revolusi hijau menyebabkan penggunaan pupuk anorganik yang terus
menerus bahkan dosisnya sudah melebihi ambang batas ekonomi. Petani
terpacu untuk terus meningkatkan hasil pertaniannya tanpa mempedulikan
akibatnya pada lahan pertanian miliknya. Tanpa disadari unsur-unsur
hara di dalam tanah terus diambil oleh tanaman tanpa ada upaya untuk
menggantinya kembali. Unsur-unsur yang terambil dari dalam tanah dan
tidak tergantikan itu adalah unsur-unsur mikro, yang jarang
terperhatikan oleh petani, padahal meskipun mikro (kecil) namun
manfaatnya tidak bisa dikesampingkan. Petani hanya memenuhi unsur-unsur
makro berupa N, P dan K yang tersedia di pupuk anorganik.
Seperti yang sering diucapkan Profesor Baehaki, seorang peneliti senior
dari BB Padi yang juga sebagai Pemandu teknologi prima tani Kab. Subang
bahwa tanah kita sudah sakit karena kita lupa memberi makan tanah kita.
sekarang setalah sakit maka kita harus menyembuhkannya. Salah satu cara
untuk menyembuhkan tanah yang sakit yaitu dengan mengembalikan jerami
ke dalam tanah. Begitulah yang selalu beliau katakan kepada para petani
di Desa Sindanglaya untuk mengingatkan betapa pentingnya jerami.
Jerami merupakan sumber kalium yang sangat murah dan dapat dimanfaatkan
kembali sebagai pupuk organik untuk penanaman padi pada musim
berikutnya. Pengembalian jerami ke dalam tanah adalah salah satu cara
untuk mengembalikan unsur-unsur mikro di dalam tanah. Pupuk organik
mengandung unsur-unsur makro dan mikro meskipun dalam jumlah yang
sedikit namun lengkap. Pengembalian jerami ke dalam tanah akan lebih
baik setelah dilakukan proses fermentasi atau pengomposan pada jerami
padi tersebut, agar ketika dibenamkan ke dalam tanah, tanah langsung
dapat menyerapnya, meskipun pupuk dari jerami termasuk pupuk yang lambat
penyerapannya (slow released).
Selama ini banyak petani yang lupa untuk mengembalikan jerami ke dalam
tanah, apalagi bila musim panen di musim kemarau, petani lebih mencari
jalan singkat untuk menyingkirkan jerami dengan cara dibakar. Atau
karena faktor lain seperti banyak jerami yang diangkut oleh peternak
sapi dari daerah lain yang mengalami kelangkaan pakan karena musim
kemarau atau diambil oleh petani jamur dari daerah lain untuk dijadikan
media tanam jamur seperti yang terjadi di Desa Sindanglaya.
Untuk mengingatkan petani akan pentingnya pengembalian jerami ke dalam
tanah, maka diadakan pelatihan praktek fermentasi jerami oleh tim prima
tani Kab. Subang bekerja sama dengan PPL setempat dan para petani.
Sumber mikroba pengompos (dekomposer) yang digunakan adalah super farm
yang banyak tersedia di pasaran di sekitar Subang, agar petani mudah
untuk mendapatkannya.
Cara pembuatan kompos jerami adalah sebagi berikut:
-
Jerami ditumpuk dengan ketinggian mencapai 15-20 cm, tumpukan dapat diulang sampai mencapai ketinggian + 1 meter.
-
Pada setiap lapisan jerami dicipratkan larutan dekomposer.
-
Kondisi optimum jerami yang akan dikomposkan berada pada kadar air 50-65%
-
Bagian atas tumpukan jerami ditutup dengan plastik berwarna gelap untuk mempertahankan kelembaban dan untuk menghindari tumpukan terguyur hujan atau terkena panas matahari yang berlebihan
-
Dilakukan pembalikan seminggu sekali.
-
Kompos akan matang pada umur 6-7 minggu. Kompos yang matang berwarna kecoklatan dan tumpukan jerami terlihat mengempis hampir setengahnya
-
Kompos dibongkar dan diangin-anginkan untuk menstabilkan kondisi kompos
Tidak ada komentar:
Posting Komentar