MENUJU PERTANIAN ORGANIK

SELAMAT DATANG

Selasa, 23 Agustus 2011

KIAT SUKSES BERTANI CABAI BEBAS ANTRAKNOSA, LAYU BAKTERI, DAN KERITING DAUN


cabe_budi
Seakan kita merasa ditampar dengan kasus impor cabai, karena sungguh ironis jika negara besar seperti Indonesia yang memiliki multi potensi alam maupun manusia petaninya masih juga impor cabai. Tetapi kita tidak bisa hanya tinggal diam atau justru saling menyalahkan, di Jawa Tengah di akhir tahun 2010 petani berusaha tanam cabai seluas ratusan hektar, namun gagal akibat serangan antraknosa (patek) dan penyakit lainnya yang selama ini belum bisa terkendalikan dengan baik.

Cabai sebagai salah satu komoditas utama hortikultura yang memiliki nilai eknomi tinggi. Harga cabai sangat fluktuatif, tergantung ketersediaan barang, kondisi iklim saat tanam dan panen, dan lain-lain. Cuaca ekstrim seringkali menjadi kendala karena diikuti oleh hama dan penyakit seperti antraknosa, layu bakteri dan keriting daun. Pengalaman Bpk. Budi Maryanto (Hp. 081383096777), petani cabai yang sebenarnya bukanlah Sarjana Pertanian melainkan Sarjana Ekonomi yang beralamat di Desa Ciseeng, Parung, Bogor, sempat hampir gagal panen karena cabainya terserang keriting daun dan antraknosa (busuk buah), berakhir dengan sukses setelah menggunakan ramuan Wayan Supadno seperti yang diuraikan dalam Dialog Interaktif Pertanian di TVRI yang menayangkan pestisida hayati dan nabati.
Maka Budi mencoba tips yang diberikan Wayan Supadno, selaku Formulator Organik juga Praktisi Pertanian, yang langsung dipandu melalui HPnya (0811763161). “Caranya cukup mudah, dengan menggunakan fermentasi dengan kebutuhan per hektar : 10 bonggol pisang yang telah dicacah halus/dijus, 10 liter susu, air kelapa muda 10 butir, 5 liter Pupuk Hayati Majemuk Merk Bio-EXTRIM dan 5 liter Pupuk Bio Organik Cair Merk ORGANOX. Bahan-bahan tersebut difermentasikan selama 3-5 hari dalam kondisi anaerob (tertutup rapat). Kebetulan di kebun saya banyak pohon pisang yang bonggolnya tidak termanfaatkan,” kata Budi. Setelah proses fermentasi, 10 ml cairan tersebut dilarutkan dalam 1 liter air kemudian disemprotkan ke perakaran setiap 1 minggu sekali.
Alasan-alasan penggunaan bahan-bahan tersebut kata Wayan selaku formulatornya sebagai berikut, “Bonggol pisang merupakan media ideal untuk berbiaknya Pseudomonas sp., bakteri ini berfungsi sebagai pelarut fosfat dan kalium (Rodriquezz dan Fraga, 1999) yang biangnya berasal dari Bio-EXTRIM dan ORGANOX.” Pseudomonas sp. dan Bacillus sp. mampu mengendalikan Colletotrichum capsici penyebab penyakit patek/antraknosa/busuk buah pada cabai (Triharsono, 2004), serta layu bakteri pada pisang (Hatta, 2009).
“Susu yang dikenal minuman paling sempurna yang mengandung multi mineral merupakan media biak ideal flora fauna dalam tanah juga bakteri Bacillus sp., bakteri ini berfungsi selain sebagai pelarut fosfat juga untuk meningkatkan imunitas tanaman agar tahan penyakit maupun yang dibawa vektor seperti kutu dan trips”. Bacillus sp. juga mampu bertindak sebagai imunomodulator (Isolauri et.al., 2001). Terlihat bahwa tanaman cabai milik Budi tumbuh lebih sehat karena telah mengalami proses imunisasi, setelah menggunakan ramuan tersebut.
“Air kelapa muda merupakan sumber hormon Auksin dan makanan multi mikroba, sehingga semua bakteri penambat Nitrogen seperti Azospirillum sp., Azotobacter sp., Rhizobium sp., dan bakteri-bakteri pelarut fosfat kalium seperti Pseudomonas sp., dan Bacillus sp., yang biangnya berasal dari Bio-EXTRIM dan ORGANOX dapat berbiak secara maksimal.
Perawatan selanjutnya Wayan Supadno menyarankan dipacu pertumbuhan dan produktifnya dengan menyemprotkan ZPT Organik Merk HORMAX secara kabut pada pagi/sore hari ketika stomata (mulut daun) membuka setiap 5 hari sekali dengan dosis 3 tutup botol per tangki 14 liter, agar tanaman terbentuk kanopi yang besar dan vigor sehingga peluang untuk berbuah lebih banyak lagi karena dalam HORMAX mengandung hormon Auksin, Sitokinin, dan Giberelin. Disamping itu, penyemprotan HORMAX diutamakan setiap selesai panen, tujuannya untuk mempercepat proses penyembuhan luka petik karena dalam HORMAX mengandung hormon Asam Traumalin, serta merangsang tumbuhnya bunga dan buah baru karena dalam HORMAX juga mengandung hormon Etilen. Jauh lebih penting lagi, keriting daun dapat diminimalkan karena kerja sinergisnya multi hormon yang terkandung dalam HORMAX. “Apapun alasannya, tindakan preventif jauh lebih bijak daripada kuratif,” kata Wayan Supadno, yang juga rajin menulis dan memberi motivasi seputar pertanian di media massa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar