MENUJU PERTANIAN ORGANIK

SELAMAT DATANG

Selasa, 21 Februari 2012

EFEKTIVITAS BEBERAPA KONSENTRASI Trichoderma TERHADAP SERANGAN PENYAKIT BUSUK BUAH KAKAO





Baso Aliem Lologau
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan


ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas konsentrasi Trichoderma sp. dalam mengendalikan penyakit busuk buah kakao dilaksanakan di Desa Baji Minasa, Kecamatan Gantarang Keke, Kabupaten Bantaeng, dari bulan Juli hingga Desember 2009. Pengkajian menggunakan Rancangan acak kelompok yang terdiri dari empat perlakuan yaitu penyemprotan Trichoderma harzianum konsentrasi 20, 30, 40 g media padat/l air, dan Kontrol.  Setiap perlakuan diulang 5 kali.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa: jumlah tanaman sakit pada perlakuan T. harzianum konsentrasi 20 dan 30 g/l air masing-masing 70,67 dan 72,67% sama dengan perlakuan kontrol sebesar 92%, sedangkan jumlah tanaman sakit pada perlakuan T. harzianum konsentrasi 40 g/l air (62,67%) lebih rendah daripada kontrol. Persentase jumlah buah terserang penyakit pada perlakuan T. harzianum 20 g/l air sebesar 23,70%, T. harzianum 30 g/l air sebesar 22,31%, dan T. harzianum 40 g/l air sebesar 20,86% nyata lebih rendah dari pada jumlah buah sakit pada perlakuan Kontrol yaitu 45,25%. Intensitas serangan penyakit pada buah setelah aplikasi T. harzianum konsentrasi 20, 30, dan 40 g/l air dengan intensitas serangan masing-masing 7,68; 6,90; dan 6,60% mempunyai pengaruh yang sama dalam menekan intensitas serangan dan ketiga perlakuan ini efektif menekan penyakit busuk buah kakao bila dibandingkan dengan perlakuan Kontrol (17,51%). Perlakuan-perlakuan konsentrasi T. harzianum tidak mempengaruhi jumlah buah kakao yang terbentuk.

Kata kunci : kakao, pengendalian, penyakit busuk buah, Trichoderma



PENDAHULUAN
Produktivitas kakao di Sulawesi Selatan cenderung menurun dari tahun ke tahun. Luas lahan yang ditanami kakao sebesar 262.562 ha, dengan tingkat produktivitas 427 kg/ha (Anonim, 2009).  Rendahnya produktivitas ini dipengaruhi beberapa faktor antara lain banyaknya tanaman tua tidak produktif, bahan tanam berkualitas rendah, sistem pemeliharaan yang belum optimal, serta gangguan hama dan penyakit tanaman. Penyakit busuk buah yang disebabkan oleh Phytophthora palmivora merupakan penyakit utama tanaman kakao saat ini di seluruh dunia termasuk Indonesia.  Gejala serangan penyakit ini adalah buah kakao mempunyai bercak coklat kehitaman, biasanya dimulai dari pangkal buah. Intensitas serangan patogen ini dapat mencapai 85% pada daerah-daerah yang mempunyai curah hujan tinggi, dan dapat menyebabkan kerugian hasil lebih dari 20-40%, dan kematian pohon lebih dari 10% per tahun (Beding at. al., 2002; Flood et. al., 2004; Pawirosumardjo dan Purwantara, 1992 dalam Sulistyowati et. al., 2003; Sukamto, 2003). Demikian pula di Sulawesi Selatan, intensitas penyakit ini berkisar 25-50% pada musim kemarau dan dapat mencapai 60% pada musim hujan, dengan kerugian hasil mencapai 40% (Anonim, 2006).
Pengendalian penyakit busuk buah kakao dapat dilakukan dengan cara memadukan komponen-komponen pengendalian yaitu memetik semua buah busuk kemudian dibenamkan ke dalam tanah (sanitasi kebun), pengaturan pohon pelindung dan pemangkasan tanaman (kultur teknis), penyemprotan buah dengan fungisida berbahan aktif tembaga (kimiawi), dan penanaman klon unggul seperti DRC 16, Sca 6, Sca 12, dan klon hibrida (Sukamto, 1998).  Namun demikian, pengendalian secara terpadu di perkebunan rakyat belum berkembang. Oleh karena itu petani lebih menyukai menggunakan fungisida untuk mengendalikan penyakit busuk buah kakao karena aplikasinya praktis dan hasilnya dapat dilihat dengan cepat.  Penggunaan fungisida secara intensif dalam waktu yang lama menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan fisik dan biotik.  Untuk mengurangi efek samping yang merugikan ini, maka pengendalian dengan fungisida dapat disubtitusi dengan pestisida hayati (agensia antagonis).  Penggunaan agensia antagonis tidak mempunyai efek samping yang merusak lingkungan hidup dan dapat efektif mengendalikan patogen penyakit dalam periode yang cukup lama. Salah satu mikroorganisme antagonis yang berpotensi dalam pengendalian hayati adalah jamur Trichoderma spp.  Jamur ini dapat digunakan untuk mengendalikan potogen tular tanah dan udara (Papavizas, 1985).  Sukamto at al. (1999) melaporkan bahwa aplikasi T. harzianum konsentrasi 108 spora/ml efektif menekan penyakit rebah batang pada bibit kopi yang disebabkan oleh Rhizoctonia solani.  Penelitian bertujuan untuk mengetahui efektivitas konsentrasi Trichoderma sp. dalam mengendalikan penyakit busuk buah kakao.

BAHAN DAN METODE
Penelitian dilaksanakan pada lahan kakao milik petani di Desa Baji Minasa, Kecamatan Gantarang Keke, Kabupaten Bantaeng, dari bulan Juli hingga Desember 2009.
Spesies Trichoderma yang digunakan adalah Trichoderma harzianum isolat Bantaeng yang diisolasi dari hasil eksplorasi lapang pada pertanaman kakao. Kemudian biakan murni yang diperoleh diperbanyak dengan menggunakan media padat. Cara pembiakan T. harzianum dalam media padat menggunakan metode yang telah dilakukan oleh Sukamto et. al. (1999), yaitu inokulum biakan murni T. harzianum dipindahkan ke dalam media agar kentang dalam cawan petri. Biakan ini didiamkan selama tiga hari, sampai koloni jamur memenuhi cawan petri.  Kemudian biakan murni T. harzianum tersebut diperbanyak lagi dengan menggunakan media beras yang telah dimasak setengah matang, lalu dimasukkan ke dalam nampan plastik, kemudian ditutup dengan kaca dan disimpan dalam suhu kamar.  Biakan dalam media beras diinkubasi selama dua hari sampai nampan dipenuhi koloni T. harzianum.
Perlakuan pengendalian busuk buah kakao yang digunakan adalah: penyemprotan T. harzianum konsentrasi 20 g media padat/l air, T. harzianum konsentrasi 30 g media padat/l air, T. harzianum konsentrasi 40 g media padat/l air, dan Kontrol.  Setiap perlakuan diulang 5 kali. Pengkajian ini disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok.  Setiap petak perlakuan terdiri atas 20 tanaman kakao dengan umur dan pertumbuhannya yang seragam.
Parameter yang diamati adalah luas serangan, persentase buah sakit, intensitas penyakit pada buah kakao, dan jumlah buah.  Luas serangan, jumlah buah sakit dan intensitas penyakit diamati pada lima tanaman sampel pada setiap perlakuan. Pada setiap tanaman sampel ditetapkan 10 buah kakao sebagai sampel tetap. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan sidik ragam dan Uji Jarak Berganda Duncan 5%.
Pengamatan luas serangan (LS) dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
∑ tanaman yang terserang
LS = —– —————–   x 100 %
∑ tanaman yang diamati
Perhitungan persentase buah sakit juga menggunakan rumus:
∑ tanaman yang terserang
% BS = ———————- x  100 %
∑ tanaman yang diamati

Cara menghitung intensitas serangan penyakit busuk buah kakao adalah memberi skoring pada buah yang diamati, dengan menggunakan nilai skala sebagai berikut:
Nilai skala Tingkat kerusakan buah (%)
0 1
2
3
4
Tidak ada gejala serangan > 0 – 25
> 25 – 50
> 50 – 75
> 75

Untuk menghitung intensitas serangan penyakit busuk buah menggunakan dalam rumus:
∑ (U x V)
I    =  —– —-  x  100 %
ZN

Keterangan: I = intensitas serangan, U = jumlah tanaman yang terserang untuk setiap tingkat kerusakan daun, V = Nilai skala dari setiap tingkat kerusakan daun, Z = nilai skala tertinggi, dan N = jumlah tanaman yang diamati.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkembangan Serangan Penyakit Busuk Buah Kakao
Pertanaman kakao di Desa Baji Minasa merupakan wilayah yang endemik serangan penyakit busuk buah kakao karena itu serangan penyakit ini selalu hadir fluktuatif sepanjang tahun.  Pada musim kering serangannya sangat ringan dan meningkat pada musim hujan. Jumlah tanaman kakao yang terserang sebelum dilakukan penyemprotan T. harzianum berkisar 20-36%.  Luas serangan meningkat seiring dengan tingginya curah hujan hal ini terlihat pada umur 15, 30, dan 45 hari setelah penyemprotan pertama dilakukan. Curah hujan yang tinggi yang disertai dengan hembusan angin mempercepat penyebaran sporangium dan klamidospora ke pertanaman lain dan selanjutnya melakukan infeksi pada tanaman tersebut (Sukamto, 1998).  Pada umur 45 hari setelah aplikasi pertama, luas serangan P. palmivora mencapai 80% pada perlakuan T. harzianum 20 dan 40 gr/l air, sedang jumlah tanaman sakit pada perlakuan T. harzianum 30 g/l air dan perlakuan Kontrol masing-masing 84 dan 96% (Gambar 1).

Gambar 1. Perkembangan luas serangan penyakit busuk buah kakao

Tabel 4.  Rata-rata luas serangan penyakit busuk buah kakao setiap perlakuan
Perlakuan Jumlah tanaman sakit
Sebelum aplikasi (%) Setelah aplikasi  (%)
Kontrol 36,00 a 92,00 a
T. harzianum 20 g/l air 24,00 a 70,67 ab
T. harzianum 30 g/l air 24,00 a 72,67 ab
T. harzianum 40 g/l air 20,00 a 62,67 b
Angka yang diikuti huruf sama dalam satu kolom, tidak  berbeda nyata
berdasarkan  uji jarak berganda Duncan (a = 0,05).

Uji statistik tehadap luas serangan penyakit busuk buah menunjukkan bahwa jumlah tanaman yang terserang sebelum diberikan perlakuan tidak berbeda nyata, sedangkan rata-rata luas serangan setelah aplikasi T. harzianum menunjukkan perbedaan yang nyata. Jumlah tanaman sakit antara perlakuan-perlakuan T. harzianum konsentrasi 20, 30 g/l air dan kontrol tidak berbeda nyata, dan hanya perlakuan T. harzianum 40 g/l air saja yang berbeda nyata dengan perlakuan kontrol (Tabel 4). Hal ini menunjukkan bahwa T. harzianum dapat menghambat penularan penyakit karena menghambat perkembangan pathogen P. palmivora sebagai patogen penyebabpenyakitini.
Persentase Buah sakit
Persentase  buah kakao yang terserang penyakit busuk buah sebelum dilakukan aplikasi T. harzianum (pengamatan pertama) pada petak perlakuan T. harzianum 40 g/l air adalah 3,7%, dan yang tertinggi pada petak perlakuan Kontrol yaitu 8,26%. Selanjutnya jumlah buah terserang meningkat terus seiring dengan bertambahnya pembentukan buah pada semua perlakuan karena menurut Sukamto (1998) bahwa penularan patogen P. palmivora melalui sporangiumnya yang terpercik oleh air hujan atau terbawa angin dari buah sakit ke buah yang belum terserang. Namun demikian laju peningkatan buah terserang penyakit pada perlakuan T. harzianum konsentrasi 20, 30, dan 40 g/l air lebih rendah dari pada perlakuan Kontrol (Gambar 2).
Berdasarkan uji statistik persentase buah sakit pada setiap perlakuan sebelum aplikasi T. harzianum tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.  Tetapi setelah dilakukan penyemprotan T. harzianum maka terdapat perbedaan yang nyata antara perlakuan dalam menekan penyakit busuk buah kakao (Tabel 5).  Pada tabel tersebut tampak bahwa pengaruh antara perlakuan T. harzianum konsentrasi 20, 30, dan 40 g/l air terhadap jumlah buah sakit tidak berbeda nyata, tetapi jumlah buah sakit pada perlakuan-perlakuan ini nyata lebih rendah daripada perlakuan Kontrol.



Gambar 2.  Laju perkembangan jumlah buah sakit pada setiap perlakuan.
Tabel 5.  Persentase buah sakit pada setiap perlakuan.
Perlakuan Persentase Buah Sakit
Sebelum aplikasi (%) Setelah aplikasi (%)
Kontrol 8,26 a 45,25 a
T. harzianum 20 g/l air 6,81 a 23,70 b
T. harzianum 30 g/l air 5,10 a 22,31 b
T. harzianum 40 g/l air 3,77 a 20,86 b
Angka yang diikuti huruf sama dalam satu kolom, tidak  berbeda nyata
berdasarkan uji jarak berganda Duncan (a = 0,05).

Intensitas Serangan penyakit Busuk Buah Kakao
Perkembangan intensitas serangan penyakit busuk buah kakao pada perlakuan T. harzianum konsentrasi 20, 30, dan 40 g/l air lebih rendah dari pada perlakuan Kontrol (Gambar 3).  Hasil pengamatan intensitas serangan penyakit busuk buah kakao sebelum penyemprotan T. harzianum pada perlakuan Kontrol, T. harzianum konsentrasi 20, 30, dan 40 g/l air masing-masing 2,00; 1,70; 1,22 ; dan 1,42%.  Pada saat umur 45 hari setelah aplikasi T. harzianum yang pertama, peningkatan intensitas serangan pada tanaman yang disemprot dengan T. harzianum dengan konsentarasi 20, 30, dan 40 g/l air yang berkisar 9,58-10,03% lebih rendah dari tanaman Kontrol dengan tingkat intensitas serangan 17,15%.



Gambar 3.   Perkembangan intensitas serangan penyakit busuk buah kakao pada setiap perlakuan.

Analisis sidik ragam dari rata-rata intensitas serangan setelah aplikasi T. harzianum menunjukkan bahwa penyemprotan T. harzianum konsentrasi 20 , 30, dan 40 g/l air mempunyai pengaruh yang sama dalam menekan intensitas serangan penyakit busuk buah kakao.  Intensitas serangan dari perlakuan-perlakuan tersebut nyata lebih rendah daripada intensitas serangan penyakit pada perlakuan Kontrol (Tabel 6).  Hal ini disebabkan senyawa antibiotik sebagai anti jamur, lytic, viridin dan trichomidin yang dihasilkan oleh Trichoderma spp. menghambat dan bahkan mematikan jamur lain (Papavizas, 1985 ; Kucuk dan Kivanc, 2003).
Jumlah Buah
Pengaruh perlakuan T. harzianum konsentrasi 20, 30, dan 40 g/l air terhadap jumlah buah tidak berbeda nyata dengan jumlah buah pada perlakuan kontrol (Tabel 4) karena penyakit ini mungkin tidak menghambat proses pembentukan buah tetapi hanya menyerang buah yang sudah terbentuk.  Pada Tabel 4 terlihat rata-rata jumlah buah pada petak perlakuan T. harzianum konsentrasi 20, 30, dan 40 g/l air, serta petak Kontrol adalah secara berturut-turut masing-masing 27,60; 27,00; 30,20; dan 21,40 buah

T abel 6.  Intensitas serangan penyakit busuk buah kakao pada setiap
perlakuan
Perlakuan Intensitas serangan (%)
Sebelum aplikasi Setelah aplikasi
Kontrol 2,00 a 17,15 a
T. harzianum 20 g/l air 1,70 a 7,68 b
T. harzianum 30 g/l air 1,22 a 6,90 b
T. harzianum 40 g/l air 1,42 a 6,64 b
Angka yang diikuti huruf sama dalam satu kolom, tidak berbeda nyata
berdasarkan  uji jarak berganda Duncan (a = 0,05).

Tabel 4.  Rata-rata jumlah buah pada setiap perlakuan
Perlakuan Jumlah Buah
Kontrol 21,40 a
T. harzianum 20 g/l air 27,60 a
T. harzianum 30 g/l air 27,00 a
T. harzianum 40 g/l air 30,20 a
Angka yang diikuti huruf sama dalam satu kolom, tidak berbeda nyata
berdasarkan  uji jarak berganda Duncan (a = 0,05).

KESIMPULAN
Aplikasi T. harzianum dengan konsentrasi biakan padat 40 g/l air mampu mengurangi jumlah tanaman yang terserang penyakit busuk buah kakao. T. harzianum konsentrasi 20, 30, dan 40 g/l air efektif mengurangi jumlah buah yang terserang penyakit dan menekan intensitas serangan P. palmivora. Semua perlakuan mempunyai pengaruh yang sama terhadap jumlah buah yang terbentuk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar