MENUJU PERTANIAN ORGANIK

SELAMAT DATANG

Selasa, 21 Februari 2012

PERLINDUNGAN TANAMAN PENYAKIT BUSUK BATANG JAGUNG (Fusarium sp.) DAN PENGENDALIANNYA


ABSTRAK
Penyakit Busuk Batang Jagung (Fusarium sp.) dan Pengendaliannya. Produksi jagung nasional belum dapat mengimbangi permintaan dalam negeri, sehingga Indonesia setiap tahunnya harus mengimpor jagung. Peningkatan produksi jagung Nasional masih mengalami beberapa hambatan diantaranya rendahnya penggunaan varietas hibrida dan varietas unggul nasional, serta masalah biotis seperti hama dan penyakit. Penyakit  utama jagung adalah bulai, kemudian penyakit busuk batang jagung yang disebabkan oleh Fusarium sp. Gejala umum dijumpai pada tanaman jagung yang terserang penyakit ini adalah pada bagian bawah batang jagung berwarna hijau kekuningan, kemudian warna menjadi coklat kekuningan. Ruas paling bawah empelurnya membusuk dan terlepas dari kulit luar batang, sehingga batang menjadi lembek. Cendawan Fusarium sp. melakukan infeksi melalui kutikula, dan suhu optimum untuk perkembangannya adalah 20 – 220C. Pola sebaran cendawan ini luas, mulai dari daerah dingin sampai daerah kering. Upaya pengendalian penyakit busuk batang jagung diantaranya adalah penggunaan varietas tahan seperti Varietas Gumarrang, Surya, Bisi-1, Bisi-4, Pionir-12 dan Pionir-13, pergiliran tanaman yang bukan tanaman serealia, dan terakhir gunakan fungisida seperti Mancozeb dan Carbendazim.
Kata kunci: Busuk batang jagung, Fusarium sp., Pengendalian, Cendawan.

PENDAHULUAN
Jagung merupakan komoditas penting di Indonesia, oleh karena pemanfaatannya sangat banyak yaitu bahan makanan pokok sebagian penduduk Indonesia, dan pakan ternak  serta bahan baku industri. Hal ini menyebabkan kebutuhan akan jagung meningkat dengan pesat, sementara produksi nasional jagung belum dapat mengimbangi kebutuhan dalam negeri, sehingga impor jagung tidak dapat dihindari yaitu sekitar 1,5 juta ton/tahun.  Khusus untuk kebutuhan pakan ternak tahun 2004 mencapai import 900 ribu ton (Deptan, 2006).
Ada beberapa faktor yang menyebabkan permintaan jagung dalam negeri belum terpenuhi yaitu factor biotis dan abiotis. Faktor biotis yang sering menjadi gangguan  pertanaman jagung adalah hama dan penyakit. Jenis-jenis hama penting yang menyerang tanaman jagung baik pada fase vegetatif maupun generatif adalah lalat bibit (Atherigona sp.), penggerek batang (Ostrinia furnacalis), dan penggerek tongkol (Helicoverpa armigera). Menurut Dobie et al. (1987) di daerah tropis terutama negara-negara berkembang kehilangan hasil jagung dapat mencapai 30%.
Salah satu penyakit yang dapat menyerang tanaman jagung pada musim hujan adalah penyakit busuk batang jagung oleh Fusarium sp. Cendawan Fusarium sp. merupakan salah satu cendawan yang sering dijumpai di seluruh dunia, baik berfungsi sebagai saprofit maupun parasit pada tanaman. Selain itu juga dapat menyerang hampir semua tanaman, bahkan sampai di penyimpanan (Booth, 1971).
Cendawan Fusarium sp.  sangat penting karena selain keragaman dan tingginya populasi, juga karena banyaknya komponen yang dapat berinteraksi dengannya seperti stress lingkungan dan serangga hama (Walfer dan Brayford, 1990).  Wakman et al., (1998) melaporkan bahwa penyakit busuk batang telah menyerang pertanaman jagung di Bontobili dan Bajeng, Sul-Sel. dengan persentase kerusakan masing-masing 20% dan 65%.


GEJALA SERANGAN
Munculnya gejala penyakit pada tanaman merupakan akibat dari tidak terjadinya keseimbangan hayati, sehingga penyakit berkembang bilamana 1) patogen sangat virulen dan kepadatan sangat tinggi, 2) lingkungan abiotik sangat sesuai bagi pathogen, tetapi tidak bagi tanaman inang dan organisme antagonis, 3) populasi jasad organisme antagonis rendah karena dihambat oleh organisme lain  dan factor abiotik tidak menunjang untuk perkembangannya (Baker dan Cook, 1982 dalam Rosmana dan Wakman, 2004).
Gejala umum yang dijumpai pada tanaman jagung terserang penyakit busuk batang Fusarium sp. adalah pada bagian bawah batang jagung berwarna hijau kekuningan, sehingga kemudian berubah warna menjadi coklat kekuningan. Ruas paling bawah empelurnya membusuk dan terlepas dari kulit luar batang, sehingga batang menjadi lembek, kemudian struktur batang berubah menjadi silinder rapat menjadi tabung (Dodd, 1980).
Selanjutnya dikemukakan bahwa terjadinya kelayuan akan menghentikan semua transportasi hara ke biji, sehingga mempengaruhi berat biji. Pada bagian akar akan menjadi busuk, mudah dicabut, dan mudah rebah apabila ada angin. Kalau ini terjadi, maka dalam waktu satu hari semua daun berubah warna menjadi kelabu dan terkulai, termasuk tongkolnya.
Apabila cendawan Fusarium sp. menyerang pada batang jagung disebut penyakit busuk batang, dan bila menyerang tongkol, disebut busuk tongkol. Gejala busuk tongkol jagung bervariasi, tergantung cendawan dan berat ringannya serangan. F. graminearum bila menyerang tongkol jagung menyebabkan pembusukan yang berwarna merah jambu dan berkembang dari ujung ke pangkal tongkol. Pada F. moniliforme juga menyebabkan pembusukan pada biji jagung. Warna biji yang busuk bervariasi dari merah jambu sampai kecoklat kemerah-merahan atau coklat kelabu. Gejala ini baru muncul bila dikupas kelobot jagung.
Hasil identifikasi Wakman et al., (2002) pada tanaman jagung yang terserang penyakit busuk batang di Maros dan Bajeng, Sul-Sel. Menunjukkan F. moniliforme. Hal ini berdasarkanpada warna koloni yang agak merah jambu. Ada beberapa jenis spesis Fusarium yang sering didapatkan bila dilakukan isolasi dari tanah pada bagian akar tanaman jagung adalah F. moniliforme, F. oxysporium, F. proliferatum, F. solani, F. aqusiti, dan F. graminearum.
Ocamb dan Kommedahl, (1999a dan 1999b) melaporkan keempat pertama diatas yang banyak diisolasi dari tanah di sekitar akar tanaman jagung. Hal ini disebabkan karena kuatnya berkompetisi (bersaing). Selanjutnya Kadera et al. (1994) mengemukakan ada tiga spesies Fusarium yang selalu ada bila dilakukan isolasi pada jaringan tanaman jagung yaitu F. moniliforme, F. proliferatum, dan F. subglatinaus.
Bentuk morfologi cendawan Fusarium sp. yaitu spora dalam bentuk konidia dibentuk diujung tangkai konidia atau klamidospora. Konidia ada yang bersekat satu dan tidak bersekat, sedangkan makrokonidia ada yang bersekat sampai 10 walaupun ada yang tidak bersekat.


FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERKEMBANGANNYA
Cendawan Fusarium sp. biasanya melakukan infeksi melalui kutikula atau lubang alamiah. Cendawan ini berkembang pada suhu 20 -  220 C., dengan PH netral dengan kandungan N tanah tinggi. Pola sebaran cendawan Fusarium sp. mulai dari daerah dingin (suhu < 50 C) smpai daerah tropika (suhu diatas 250 C), dari daerah kering (curah hujan tahunan < 250 mm) sampai daerah basah (curah hujan tahunan > 1000 mm).
Cendawan Fusarium sp. dapat bertahan hidup pada sisa-sisa tanaman terinfeksi, sedangkan konidianya tidak dapat bertahan lama dalam tanah tanpa adanya sisa-sisa tanaman inang.


PENGENDALIAN
Pengendalian penyakit busuk batang jagung yang disebabkan oleh Fusarium sp. Sebagao akibat dari; 1) penggunaan varietas tahan, 2) pemupukan berimbang dengan tidak memberi nitrogen dosis tinggi, dan Kalium dosis rendah.
Hal lain yang perlu diperhatikan untuk pengendalian penyakit ini adalah jangan membiarkan tongkol jagung terlalu lama mengering di pertanaman, dan pada bagian bawah batang jagung dipatahkan agar ujung tongkol jagung tidak mengarah ke atas, lakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan tanaman serealia.
Varietas jagung yang tahan penyakit busuk batng jagung menurut Wakman dan Kontong, (2002) adalah Surya, Bisi-1, Bisi-4, Bisi-5, Gumarang, Pioneer-8, Pioneer-10, Pioneer-12, Pioneer-13, Pioneer-14, Exp.9572, Exp.9702, Exp.9703, dan FPC9923. Penyakit ini dapat pula dikendalikan secara hayati dengan pemberian cendawan antagonis Trichoderma sp.satu sampai dua minggu setelah adanya pathogen Fusarium sp. pada tanaman jagung.
Apabila cara-cara diatas belum memberikan hasil yang memuaskan, maka cara terakhir adalah penggunaan fungisida dengan bahan aktif Mancozeb dan Carbendazim dengan nama perdagangannya adalah Delsene MX-200. Hal ini dibuktikan oleh  Wakman dan Kontong, (2002) secara in-vitro dengan dosis 0,1 g/ml media PDA dapat mematikan cendawan Fusarium sp.


PENUTUP
Penyakit busuk batang jagung yang disebabkan oleh cendawan Fusarium sp. merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman jagung, terutama jagung yang ditanam pada awal musim hujan. Penyakit ini apabila menyerang pertanaman jagung dengan infeksi berat, maka dapat menurunkan produksi yang berarti.
Gejala umum penyakit ini adalah pada bagian bawah batang jagung akan lembek dan membusuk, sehingga transportasi air dan hara pada bagian-bagian tanaman terhenti, akibatnya seluruh tanaman akan layu (mati).
Suhu optimum untuk perkembangan cendawan ini adalah 20 0 C- 220C dengan kelembaban 90%. Cendawan ini dapat pula bertahan lama dalam tanah bila bersama inangnya.
Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan menggunakan varietas tahan seperti Varietas Surya, Bisi, Pioneer, Gumarang. Pergiliran tanaman dengan menanam tanaman yang bukan tanaman serealia, agar terputus siklus hidup cendawan Fusarium sp. Lakukan pemupukan berimbang dan hindari penggunaan pupuk nitrogen (N) yang tinggi. Penyakit ini dapat pula dikendalikan dengan cendawan antagonis yaitu Trichoderma sp. Apabila cara-cara di atas belum dapat menekan tingkat infeksi cendawan ini, maka dapat digunakan fungisida Mancozeb dan Carbendazim.

4 komentar:

  1. terimakasih atas tulisannya, sangat berarti bgi perkembangan dunia pertanian dan membantu petani jagung dalam menyelesaikan masalah busuk batang tanaman jagung yang selalu muncul pada musim hujan, dan dtunggul artikel berikutnya mengenai penyakit jagung yang lain

    BalasHapus
  2. Gimana cara pengendaliannya apa bs dgn di cabut yg SDH terserang pembusukan pak

    BalasHapus
  3. Gimana cara pengendaliannya bila SDH terlanjur d serang pembusukan mohon solusinya master

    BalasHapus
  4. Obat apa yang ampuh buat jagung umur 20 hari daun layu dan busuk di atas akar

    BalasHapus