Preferensi dan Utilitas
Tingkat kemampuan barang dan jasa dalam memenuhi
kebutuhan manusia dinamakan dengan utilitas. Apabila konsumen
mengonsumsi barang dalam jumlah yang semakin banyak maka kepuasan
totalnya (TU) semakin meningkat namun tambahan kepuasannya (MU) semakin
menurun. Masing-masing unit tambahan output yang dikonsumsi akan
menambah kepuasan dengan jumlah yang semakin rendah.
Dengan asumsi kesukaan (tastes) dan preferensi tertentu maka dapat
dilukiskan dalam kurva indeferen (IC). Kurva indeferen menunjukkan
berbagai kombinasi barang X dan Y yang memberikan kepuasan total yang
sama. Kurva IC yang terletak semakin jauh dari titik 0 menunjukkan
tingkat kepuasan yang semakin tinggi.
Slope kurva IC menunjukkan laju substitusi marjinal (Marginal Rate of
Substitution, MRS), yang menunjukkan berapa banyak seseorang bersedia
mengurangi konsumsi suatu barang untuk ditukar dengan barang lain supaya
tingkat kepuasannya tetap (masih berada dalam kurva indeferen yang
sama).
Garis anggaran menunjukkan batas jumlah
barang-barang yang dapat dibeli konsumen dalam periode waktu tertentu
dan ditentukan oleh tingkat harga dan tingkat pendapatan yang dimiliki.
Biasa disebut kendala anggaran (budget constraint).
Kenaikan pendapatan menyebabkan garis anggaran bergeser ke kanan,
sejajar dengan garis anggaran semula (karena harga barang X dan Y tidak
berubah). Penurunan pendapatan menyebabkan garis anggaran bergeser ke
kiri. Kenaikan pendapatan tidak membuat slope garis anggaran berubah.
Apabila harga salah satu barang berubah maka garis anggaran akan
berotasi, sedangkan slope-nya berubah.
Permintaan Individual
Kepuasan maksimum tercapai pada titik
persinggungan antara kurva indiferen dengan garis anggaran. Pada saat
itu slope garis anggaran sama dengan slope kurva indiferen. Syarat ini
merupakan syarat tercapainya kepuasan maksimum.
Syarat maksimisasi kepuasan adalah , sedangkan slope kurva indiferen,
maka . Jadi, untuk maksimisasi dengan kendala anggaran, nilai kepuasan
marginal setiap rupiah yang dibelanjakan pada masing-masing barang harus
sama.
Apabila pendapatan berubah maka garis anggaran
akan bergeser. Pergeseran ini juga akan menghasilkan titik persinggungan
antara kurva indiferen dengan garis anggaran. Dengan mengubah tingkat
pendapatan berkali-kali dan menemukan keseimbangan konsumen maka kita
memperoleh kurva konsumsi pendapatan (income consumption curve, ICC).
Kurva ICC merupakan titik-titik persinggungan antara IC dengan garis
anggaran atau juga merupakan titik-titik keseimbangan konsumen pada
berbagai tingkat pendapatan. Dari kurva ICC ini kita dapat menurunkan
kurva Engel.
Kurva Engel menunjukkan pengaruh perubahan
pendapatan terhadap pembelian suatu barang. Slope kurva Engel positif
menunjukkan bahwa kenaikan pendapatan diikuti kenaikan jumlah barang
yang dibeli. Fenomena ini merupakan gambaran barang normal. Kurva Engel
yang tegak menggambarkan bahwa perubahan pendapatan relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan kenaikan jumlah barang yang dibeli. Hal ini
menunjukkan bahwa barang tersebut termasuk kelompok barang kebutuhan
pokok. Kurva Engel yang semakin landai, menunjukkan kenaikan pendapatan
lebih rendah dibandingkan kenaikan
jumlah barang yang dibeli. Kurva seperti ini, menunjukkan bahwa barang
yang dibicarakan merupakan barang lux. Kurva Engel mungkin ber-slope
negatif, menunjukkan bahwa kenaikan pendapatan diikuti penurunan jumlah
barang yang dibeli. Kasus ini terjadi untuk barang inferior.
Apabila kita mengubah harga barang X, namun harga barang Y tetap,
pendapatan dan preferensi konsumen tetap, kita dapat menggambar kurva
konsumsi harga (price consumption curve, PCC). Kita menganggap bahwa
harga barang X berubah berkali-kali, kemudian kita catat titik
persinggungan antara kurva IC dengan garis anggaran yang berotasi. Kurva
PCC diperoleh dari titik-titik keseimbangan konsumen apabila kita
mengubah tingkat harga barang X, sedangkan harga barang Y, pendapatan
dan preferensi konsumen tetap. Dari kurva PCC ini kita dapat menurunkan
kurva permintaan barang X.
Permintaan Pasar
Permintaan pasar merupakan penjumlahan
horizontal dari permintaan individu dari semua konsumen yang ada di
pasar. Kurva permintaan pasar menunjukkan berbagai jumlah barang yang
diminta di pasar pada suatu waktu tertentu pada berbagai tingkat harga,
ceteris paribus.
Elastisitas adalah persentase perubahan jumlah yang diminta akibat
perubahan harga atau %DQ/%DP. Elastisitas harga permintaan dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu banyaknya barang pengganti (substitusi), dan
waktu yang diberikan kepada konsumen untuk melakukan penyesuaian.
Apabila konsumen diberi waktu untuk melakukan penyesuaian maka fungsi
permintaan akan semakin elastis.
Elastisitas pendapatan permintaan (income elasticity of demand)
menunjukkan persentase perubahan jumlah yang diminta akibat perubahan
pendapatan sebesar 1 persen atau (DQ/Q)/(DI/I), di mana I adalah
pendapatan. Suatu barang termasuk barang normal apabila memiliki
elastisitas pendapatan positif (elastis), dan inferior bila elastisitas
pendapatannya negatif. Jika elastisitas pendapatannya positif dan kurang
dari 1 maka barang tersebut termasuk kebutuhan pokok, sedangkan apabila
elastisitas pendapatan lebih dari 1 termasuk barang lux.
Dua buah barang bisa saling menggantikan (substitusi) maupun saling
melengkapi (komplementer). Hubungan ini ditentukan oleh nilai
elastisitas silang, yang mengukur persentase perubahan jumlah barang X
yang diminta akibat perubahan harga barang Y sebesar I persen atau
(DQx/Qx)/(DPy/Py).
Permintaan berpengaruh terhadap penerimaan produsen karena pengeluaran
konsumen merupakan penerimaan produsen. Penerimaan total perusahaan
(produsen) adalah TR (Total Revenue) = P.Q, di mana P adalah harga per
unit produk dan Q adalah banyaknya produk. Penerimaan Marjinal (Marginal
Revenue, MR) adalah perubahan penerimaan total karena perubahan jumlah
yang dijual (DTR/DQ).
Efek Substitusi dan Efek Pendapatan
Apabila harga suatu barang turun, ada dua kekuatan yang menyebabkan
jumlah barang yang diminta berubah, yaitu efek substitusi dan efek
pendapatan.
Untuk barang normal, efek pendapatan dan efek substitusi akan mendorong
konsumen untuk menambah jumlah barang yang turun harganya.
Untuk barang inferior, efek substitusi akan mendorong konsumen menambah
jumlah barang tersebut karena sekarang harganya relatif lebih murah
disanding harga barang lain. Efek pendapatan akan berakibat negatif,
adanya pendapatan ekstra mendorong konsumen mengurangi pembelian barang
yang turun harganya dan berusaha menggantikannya dengan barang yang
lebih baik kualitasnya
Apabila harga suatu barang turun, ada dua kekuatan yang menyebabkan
jumlah barang yang diminta berubah, yaitu efek substitusi dan efek
pendapatan.
Untuk barang normal, efek pendapatan dan efek substitusi akan mendorong
konsumen untuk menambah jumlah barang yang turun harganya.
Untuk barang inferior, efek substitusi akan mendorong konsumen menambah
jumlah barang tersebut karena sekarang harganya relatif lebih murah
disanding harga barang lain. Efek pendapatan akan berakibat negatif,
adanya pendapatan ekstra mendorong konsumen mengurangi pembelian barang
yang turun harganya dan berusaha menggantikannya dengan barang yang
lebih baik kualitasnya.
Teori revealed Preference
Jika sebuah bundel dipilih ketika bundel lain
dapat dipilih maka dikatakan bahwa bundel pertama adalah revealed
preference terhadap bundel kedua. Jika pilihan konsumen selalu pada
sebuah bundel yang paling dipilih dari bundel yang dapat dipilihnya maka
berarti pilihan bundel tersebut harus dipilih daripada bundel lainnya
yang dapat dipilih (tetapi tidak dipilih). The Weak Axiom of Revealed
Preference (WARP) dan the Strong Axiom of Revealed Preference (SARP)
adalah kondisi yang harus ditaati konsumen jika konsumen tersebut
konsisten terhadap model ekonomi mengoptimalkan pilihan
Tingkat kemampuan barang dan jasa dalam memenuhi kebutuhan manusia
dinamakan dengan utilitas. Apabila konsumen mengonsumsi barang dalam
jumlah yang semakin banyak maka kepuasan totalnya (TU) semakin meningkat
namun tambahan kepuasannya (MU) semakin menurun. Masing-masing unit
tambahan output yang dikonsumsi akan menambah kepuasan dengan jumlah
yang semakin rendah.
Dengan asumsi kesukaan (tastes) dan preferensi tertentu maka dapat
dilukiskan dalam kurva indeferen (IC). Kurva indeferen menunjukkan
berbagai kombinasi barang X dan Y yang memberikan kepuasan total yang
sama. Kurva IC yang terletak semakin jauh dari titik 0 menunjukkan
tingkat kepuasan yang semakin tinggi.
Slope kurva IC menunjukkan laju substitusi marjinal (Marginal Rate of
Substitution, MRS), yang menunjukkan berapa banyak seseorang bersedia
mengurangi konsumsi suatu barang untuk ditukar dengan barang lain supaya
tingkat kepuasannya tetap (masih berada dalam kurva indeferen yang
sama).
Garis anggaran menunjukkan batas jumlah barang-barang yang dapat dibeli
konsumen dalam periode waktu tertentu dan ditentukan oleh tingkat harga
dan tingkat pendapatan yang dimiliki. Biasa disebut kendala anggaran
(budget constraint).
Kenaikan pendapatan menyebabkan garis anggaran bergeser ke kanan,
sejajar dengan garis anggaran semula (karena harga barang X dan Y tidak
berubah). Penurunan pendapatan menyebabkan garis anggaran bergeser ke
kiri. Kenaikan pendapatan tidak membuat slope garis anggaran berubah.
Apabila harga salah satu barang berubah maka garis anggaran akan berotasi, sedangkan slope-nya berubah.
Produksi dalam Jangka Pendek
Perusahaan memiliki input tetap dalam jangka pendek dan menentukan
berapa banyaknya input variabel yang harus dipergunakan. untuk membuat
keputusan, pengusaha akan memperhitungkan seberapa besar dampak
penambahan input variabel terhadap produksi total.
Produksi Marginal (MP), yaitu tambahan output karena tambahan input
sebanyak satu satuan. Produksi rata-rata (AP) adalah rasio antara total
produksi dengan input atau produksi per tenaga kerja. Total Produksi
(TP) yaitu jumlah seluruh produk yang dihasilkan.
Law of Diminishing Return, LDR adalah hukum pertambahan hasil yang
semakin menurun. Apabila input variabel dipergunakan (ditambahkan) pada
input tetap terus-menerus maka hasil yang diperoleh akan semakin rendah
dengan semakin banyaknya input variabel yang dipergunakan
Produksi dalam Jangka Panjang
Jangka panjang suatu proses produksi adalah
jangka waktu, di mana semua input atau faktor produksi bersifat
variabel. Dalam jangka panjang tidak ada input tetap.Berbagai kombinasi
input yang menghasilkan tingkat output yang sama digambarkan dengan
kurva isokuan (isoquant curve). Bentuk kurva isokuan serupa dengan
bentuk kurva indiferen. Semakin ke kanan atas kurva isokuan menunjukkan
tingkat output yang semakin tinggi. Demikian sebaliknya, semakin ke kiri
bawah semakin rendah tingkat outputnya. Apabila isokuan produsen
bergerak ke kanan atas, berarti produsen menaikkan skala produksinya
atau melakukan perluasan usaha (ekspansi).
MRTSL for K = Marginal Rate of Technical Substitution L for K adalah
laju substitusi marginal L terhadap K secara teknis. MRTS ini
menunjukkan apabila produsen menambah satu unit L, berapa unit K dapat,
dikurangi (digantikan) tanpa mengurangi tingkat produksi. Secara grafis
MRTS ini menunjukkan kemiringan (slope) kurva isokuan.
Return to Scale (RTS) adalah suatu ciri dari fungsi produksi yang
menunjukkan hubungan antara perbandingan perubahan semua input (dengan
skala perubahan yang sama) dan perubahan output yang diakibatkannya.
IRTS: Increasing Return to Scale: tambahan output lebih tinggi
dibandingkan dengan tambahan input. DRTS: Decreasing Return to Scale:
tambahan output lebih rendah dibandingkan dengan tambahan input. CRTS:
Constant Return to Scale: tambahan output sama dengan tambahan input .
Teori Biaya
Produksi merupakan kegiatan mengombinasikan
input untuk menghasilkan output secara efisien. Biaya produksi
perusahaan diperoleh dari penggunaan input dalam proses produksi dan
informasi mengenai harga input. Fungsi biaya menunjukkan biaya minimum
yang harus ditanggung oleh pengusaha untuk memproduksi berbagai tingkat
output. Fungsi biaya tersebut minimum mengingat bahwa pengusaha bekerja
secara efisien.
Biaya eksplisit adalah biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh
perusahaan untuk membeli atau menyewa input yang dipergunakan dalam
proses produksi, termasuk gaji pegawai, sewa tanah atau bangunan,
pembelian bahan dan lain-lain. Biaya implisit adalah biaya yang
dicerminkan oleh nilai input yang dimiliki dan digunakan sendiri oleh
perusahaan di dalam proses produksinya. Perbedaannya adalah perusahaan
tidak perlu membayar atas penggunaan input tersebut karena sudah milik
sendiri. Meskipun demikian, nilainya perlu diperhitungkan dalam
penghitungan biaya. Biaya privat adalah biaya yang ditanggung oleh
individu atau perusahaan di dalam proses produksi barang dan jasa. Biaya
sosial adalah biaya yang harus ditanggung oleh masyarakat secara
keseluruhan, termasuk misalnya biaya polusi akibat kegiatan perusahaan.
Biaya sosial ini dapat menjadi biaya privat melalui peraturan
pemerintah, misalnya pemerintah mengatur supaya perusahaan memiliki
instalasi pengolah limbah.
Berbagai kombinasi input yang membebani perusahaan dengan biaya dalam
jumlah yang sama dinamakan isokos (isocost). Untuk meminimumkan biaya
produksi sejumlah output tertentu, perusahaan harus memilih kombinasi
input yang membebani biaya minimum (Least Cost Combination). Kombinasi
ini terjadi pada saat garis isokos menyinggung kurva isokuan.
Dalam jangka pendek karena minimal terdapat satu input yang bersifat
tetap maka akan terdapat biaya yang bersifat tetap. Biaya ini dina makan
biaya tetap total (Total Fixed Cost, TFC). Biaya-biaya untuk penggunaan
input yang bersifat variabel dinamakan biaya variabel total (Total
Variable Cost, TVQ). Biaya total, TC = TFC + TVC.
Biaya jangka panjang
Hukum penambahan hasil yang semakin berkurang
(Law of Diminishing Return, LDR), yaitu apabila semakin banyak input
variabel dipergunakan pada input tetap maka tambahan output semakin lama
semakin rendah.
Biaya tetap rata-rata (Average Fixed Cost, AFC) = TFC/Q. Biaya variabel
rata-rata (Average Variable Cost, AVC) adalah biaya variabel total
dibagi dengan output total, AVC = TVC/Q. Biaya marginal (Marginal Cost,
MC) adalah perubahan biaya total dibagi dengan perubahan output yang
diproduksi, MC = DTC/DQ. Biaya rata-rata (Average Cost, AC) adalah biaya
total dibagi tingkat output yang dihasilkan, AC = TC/Q.
Kenaikan hasil (increasing returns to scale) berarti output meningkat
dengan proporsi yang lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi kenaikan
penggunaan input sehingga biaya per unit output menurun (dengan anggapan
harga input tetap). Penurunan hasil (decreasing returns to scale)
berarti output meningkat dengan proporsi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan proporsi kenaikan penggunaan input sehingga biaya per unit output
menurun (dengan anggapan harga input tetap). Increasing returns to
scale ditunjukkan oleh LAC yang menurun, sedangkan decreasing returns to
scale ditunjukkan oleh kurva LAC yang menaik.
Penerimaan total produsen adalah TR (Total Revenue) = P.Q. Kurva biaya
total jangka panjang merupakan kumpulan titik-titik minimum biaya jangka
pendek. Keseimbangan produsen tercapai apabila kemampuan teknis dan
kemampuan ekonomis sama. Isokuan menggambarkan kemampuan (kendala)
produsen secara teknis dan isokos menggambarkan kemampuan (kendala)
produsen secara ekonomis maka keseimbangan produsen dicapai dengan
menggabungkan kemampuan teknis dengan kemampuan ekonomis. Keseimbangan
produsen tercapai jika isokuan bersinggungan dengan isokos.
Persinggungan isokuan dengan isokos terjadi pada saat slope isokuan sama
dengan slope isokos
Perilaku Menghadapi Ketidakpastian
Ketidakpastian merupakan kenyataan yang harus
dihadapi oleh pelaku ekonomi, baik itu konsumen maupun produsen.
Perilaku konsumen menghadapi ketidakpastian digambarkan oleh hubungan
antara pendapatan dan utilitas konsumen. Pendapatan merupakan unsur
pokok yang membuat permintaan konsumen menjadi bersifat efektif.
Pembelian yang dilaksanakan memungkinkan konsumen menguasai barang yang
dapat dikonsumsikannya. Tindakan konsumen ini memberikan utilitas pada
konsumen. Dengan demikian, ada hubungan yang khas antara pendapatan dan
utilitas. Perilaku konsumen dalam ketidakpastian bisa diamati dengan
menggunakan teori probabilitas. Ilmu statistik dapat membantu untuk
menghitung besarnya probabilitas.
Dalam menghadapi ketidakpastian perilaku produsen mirip dengan perilaku
konsumen. Hal yang membedakan antara keduanya adalah pada pay off dari
perilakunya. Apabila konsumen menginginkan utilitas maka produsen
menginginkan pay off dalam bentuk pendapatan (revenue).
Ketidakpastian harga
Teori ekonomi mikro mengasumsikan bahwa dalam
kepastian dan dengan mengabaikan struktur pasar, tujuan suatu perusahaan
adalah untuk memaksimalkan laba (profit) dengan batasan tertentu.
Output optimal diperoleh pada saat marjinal cost perusahaan sama dengan
marjinal revenue-nya. Jika ketidakpastian terjadi, tidak ada alasan yang
dapat dipercayai bahwa prinsip maksimasi dapat dipertahankan.
Dari model Sandmo dan Leland dapat diambil beberapa kesimpulan utama
dari teori perusahaan yang beroperasi di bawah ketidakpastian.
1. Jika suatu perusahaan adalah “penghindar/penolak risiko” output
optimalnya lebih kecil dari output nyatanya/pada kondisi kepastian
(certainty output).
2. Jika suatu perusahaan memperlihatkan penurunan penghindaran risiko
absolut, output optimalnya bervariasi berbanding terbalik dengan biaya
tetapnya.
3. Jika suatu perusahaan kompetitif memperlihatkan penurunan
penghindaran risiko absolut, hal tersebut mempunyai suatu kurva
penawaran miring ke atas.
4. Jika suatu perusahaan adalah penghindar/penolak risiko, suatu
ekulibrium akan terjadi, bahkan dalam biaya marjinal yang konstan atau
menurun.
5. Jika suatu perusahaan adalah penghindar/penolak risiko, ekuilibrium memerlukan adanya profit yang positif.
6. Jika suatu perusahaan memperlihatkan penurunan penghindaran risiko
absolut, output optimalnya bervariasi berbanding terbalik dengan tingkat
risiko yang dirasakannya;
7. Jika suatu perusahaan memperlihatkan penurunan penghindaran risiko
absolut, output optimalnya bervariasi berbanding terbalik dengan biaya
variabelnya.
8. Dalam ketidakpastian perusahaan yang kompetitif akan memproduksi
output yang lebih tinggi daripada perusahaan non- kompetitif, yang
dijual pada tingkat harga yang sama.
oligopoly
Salah satu hal membedakan bentuk oligopoli
dengan bentuk organisasi pasar lainnya adalah ketergantungan atau
tingginya persaingan di antara perusahaan anggota yang disebabkan oleh
sedikitnya anggota. Dalam menentukan kebijakan harga, iklan,
diferensiasi produk, dan lain-lain, perusahaan harus memperhitungkan
kemungkinan adanya reaksi perusahaan pesaingnya. Perusahaan pesaing
dapat menentukan kebijakan balasan dalam bentuk apa pun maka tidak ada
model oligopoli yang standar (unik). Masing-masing kemungkinan reaksi
dari pesaing merupakan model oligopoli tersendiri.
Model-model oligopoli, yaitu oligopoli model Cournot, oligopoli model
Bertrand, oligopoli model Edgeworth, oligopoli model Chamberlain,
oligopoli model Sweezy (kinked demand), oligopoli Berkolusi: model
Kartel, oligopoli berkolusi, yaitu kepemimpinan harga (price
leadership).
Teori oligopoly
Pasar oligopoli bercirikan jumlah penjual
sedikit yang membuat persaingan di antara oligopolis menjadi sangat
intensif. Oligopoli adalah bentuk struktur pasar yang relatif banyak
dalam sektor manufaktur atau industri suatu perekonomian. Beberapa
industri oligopoli adalah mobil, rokok, semen, pupuk, penerbangan, dan
lainnya. Berdasar jenis barang yang dijual oligopoli dibedakan 2 macam.
Jika produknya homogen disebut oligopoli murni (pure oligopoly). Jika
produknya berbeda corak disebut oligopoli beda corak (differentiated
oligopoly).
Asumsi yang mendasari kondisi di pasar oligopoli adalah pertama, penjual
sebagai price maker. Penjual bukan hanya sebagai price maker, tetapi
setiap perusahaan juga mengakui bahwa aksinya akan mempengaruhi harga
dan output perusahaan lain, dan sebaliknya. Kedua, penjual bertindak
secara strategik. Asumsi ketiga, kemungkinan masuk pasar bervariasi dari
mudah (free entry) sampai tidak mungkin masuk pasar (blockade), dan
asumsi keempat pembeli sebagai price taker. Setiap pembeli tidak bisa
mempengaruhi harga pasar.
Menurut Sweezy (1939), salah satu ciri reaksi oligopolis jika terjadi perubahan harga adalah
(1) jika suatu oligopolis menurunkan harga maka oligopolis cenderung
juga akan menurunkan harga karena tidak mau kehilangan konsumen dan
(2) jika oligopolis menaikkan harga maka akan kehilangan konsumen karena
oligopolis lain tidak menaikkan harga dan akan mendapat tambahan
konsumen dengan tanpa melakukan reaksi apapun. Hal ini menyebabkan kurva
permintaan yang dihadapi oligopolis merupakan kurva yang patah (kinked
demand curve).
Teori Persaingan Monopolistik
Pasar persaingan monopolistik memiliki karakteristik yang sama dengan
yang ada dalam persaingan sempurna, kecuali perusahaan menjual produk
diferensiasi dan bukannya produk yang homogen.
Teori persaingan monopolistik didasarkan pada 3 asumsi pokok, yang
pertama adalah setiap perusahaan memproduksi satu jenis atau satu merek
khas dari produk diferensiasi dalam industri. Asumsi yang kedua, dalam
pasar industri monopolistik berisi begitu banyak perusa¬haan yang
masing-masing saling bersaing secara ketat sehingga masing-masing
mengabaikan reaksi yang mungkin timbul dari para pesaingnya bila ia
membuat keputusan terhadap harga output-nya. Asumsi ketiga adalah adanya
kebebasan untuk masuk dan keluar dari industri.
Perusahaan dalam persaingan monopolistik menghadapi kurva permintaan
yang kemiringannya menurun dan dapat menghasilkan keuntungan monopolis
dalam jangka pendek. Dalam jangka panjang, perusahaan baru memasuki
industri bila keuntungan bisa diperoleh dan titik keseimbangan
mensyaratkan setiap perusahaan memperoleh laba sebesar nol. Kurva
permintaan setiap perusahaan menyinggung kurva biaya rata-ratanya. Hal
ini berarti bahwa setiap perusahaan berproduksi kurang dari tingkat
output yang biayanya minimum.
Ada tiga alternatif penting bagi perusahaan
persaingan monopolistik dalam melakukan kegiatan usahanya. Jika biaya
total sama dengan pendapatan total maka keuntungan ekonomi perusahaan
adalah nol. Perusahaan hanya memperoleh keuntungan normal. Apabila harga
lebih kecil dibandingkan dengan biaya total rata-rata namun lebih besar
dibandingkan biaya variabel rata-rata maka perusahaan mengalami
kerugian namun masih mampu meneruskan produksi karena perusahaan akan
mengalami kerugian yang lebih besar apabila menghentikan produksi.
Sementara jika harga lebih kecil dibandingkan biaya variabel rata-rata
maka lebih baik perusahaan memutuskan untuk gulung tikar atau menutup
usahannya.
Persaingan monopolistik tidak harus mengakibatkan terjadinya
inefisiensi. Meskipun setiap perusahaan berproduksi dengan biaya yang
lebih mahal daripada biaya seminimum mungkin, produknya akhirnya akan
dinilai oleh konsumen sehingga perlu dipikirkan untuk menambah biaya.
Persaingan Monopolistik
Persaingan monopolistik merupakan gabungan antara persaingan sempurna
dan monopoli. Seperti persaingan sempurna, dalam persaingan monopolistik
terdapat beberapa penjual, masing-masing penjual terlalu kecil sehingga
tidak bisa mempengaruhi penjual lainnya. Perusahaan juga bisa masuk dan
keluar dari pasar dengan agak mudah. Namun, seperti dalam monopoli,
perusahaan mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi harga produknya.
Kemampuan ini muncul karena adanya diferensiasi produk.
Dalam jangka pendek, perusahaan dalam persaingan monopolistik mungkin
memperoleh laba ekonomis, break even atau merugi. Dalam jangka panjang
perusahaan bisa mengubah skala produksinya dan ke luar atau masuk
industri. Dalam persaingan monopolistik, perusahaan dapat mengubah
karakteristik produk untuk mempengaruhi selera konsumen.
Teori Permainan (Game Theory)
Teori permainan merupakan metode analisis ekonomi mikro pada tingkat
menengah mengenai pengambilan keputusan. Dalam pengambilan keputusan
terdapat strategi yang bersifat interaktif di antara pelaku-pelaku
ekonomi. Proses tersebut dapat dianalisis dalam berbagai model
permainan.
Model-model dalam teori permainan, antara lain berikut ini.
1. Model permainan statis dengan informasi lengkap (static games of
complete information). Bentuk normal permainan bisa berupa matriks atau
tabel. Metode lain untuk melukiskan permainan adalah bentuk ekstensif,
yaitu diagram pohon. Setiap strategi dilukiskan sebagai cabang,
sedangkan posisi masing-masing pemain dilukiskan sebagai titik simpul.
2. Model permainan dinamis dengan informasi lengkap (dynamic games of
complete information). Dalam model ini, diasumsikan kedua pemain
mengambil strategi secara bergantian, masing-masing mempunyai informasi
yang lengkap, dan hasil yang diperoleh kedua pemain merupakan kombinasi
dari strategi yang diambil kedua pemain.
3. Model dynamic games of complete but imperfect information. Dalam
model ini, para pemain bergerak dalam satu sequence, semua gerakan
diketahui secara umum sebelum gerakan berikutnya dipilih, dan pay-off
dari para pemain, dari semua kombinasi gerakan yang feasible telah
diketahui secara umum.
3. Dynamic games of incomplete information. Kasus permainan ini sering
dijumpai dalam dunia nyata. Dalam model ini terdapat informasi yang
tidak simetris di antara para pelaku.
4. Mixed Strategy. Dalam model ini pemain menghadapi dua macam
ketidakpastian yaitu ketidakpastian apa strategi yang akan diambil oleh
lawan (pesaing) dan ketidakpastian oleh dirinya sendiri dalam arti
strategi apa yang akan diambil oleh dirinya sendiri.
5. Two-stages game of complete but imperfect information. dalam model
ini perlu dibedakan antara imperfect information dengan incomplete
information. Imperfect information digunakan untuk kasus static atau
permainan simultan sedangkan incomplete information dipergunakan pada
kasus, di mana pemain tidak yakin mengenai pay-off.
Keseimbangan Umum
Suatu perekonomian dikatakan dalam keadaan
keseimbangan umum, apabila ada suatu himpunan harga yang dapat
menyamakan permintaan dan penawaran sehingga terjadi keseimbangan dalam
tiap produk dan faktor pasar serta saling konsisten.
Yang pertama kali mempersoalkan ada atau tidaknya keseimbangan umum itu ialah Leon Walras, akhir abad ke-19.
Secara matematika dapat dibuktikan bahwa titik keseimbangan umum itu memang ada dengan syarat pasar harus kompetitif sempurna.
Ekonomi Kesejahteraan
Kriteria Pareto tak dapat mengevaluasi suatu
perubahan yang membuat seseorang sejahtera dan yang lainnya menderita.
Oleh karena banyak kebijaksanaan mengenai perubahan cenderung membuat
seseorang sejahtera dan lain menderita maka kegunaan criteria Pareto
amat terbatas. Keterbatasan ini dicoba untuk dikoreksi oleh Kaldor
dengan menggunakan kriteria kompensasi. Oleh yang sejahtera kepada yang
menderita.
DAFTAR PUSTAKA
Awh. R.Y. (1976). Microeconomic: Theory and Applications. Santa Barbara: John Wiley & Sons Inc.
Arrow and Debreu. (1954). Econometrica. July 1954.
Catur Sugiyanto. (1995). Ekonomika Mikro, Ringkasan Teori, Soal, Trik, dan Jawaban. Ed. ke-1. Yogyakarta: BPFE.
Quirk and Sapoonik. (1954). Econometrica. July 1954.
Kaldor N. (1939). Welfare Propositions of Economics and Interpersonal Comparisons of Utility. Economic Journal. Vol. 49.
Hicks J.R. (1939). The Foundation of Welfare Economics. Economic Journal Vol. 49.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar