BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap individu ataupun rumah tangga pasti mempunyai perkiraan tentang
berapa pendapatanya dalam suatu periode tertentu, misalkan satu tahun.
Dan mereka juga pasti mempunyai suatu gambaran tentang barang - barang
atau jasa - jasa apa saja yang akan mereka beli. Tugas setiap rumah
tangga adalah bagaimana mereka bisa memaksimalkan pendapatan mereka yang
terbatas untuk mendapatkan dan memenuhi semua kebutuhan sehingga bisa
mencapai kesejahteraan. Tapi ternyata hampir tidak satupun individu atau
rumah tangga yang berhasil dalam tugasnya tersebut. Sampai pada tingkat
tertentu, kegagalan tersebut disebabkan oleh adanya keterangan -
keterangan yang tidak tepat dan ada juga alasan - alasan lain seperti
pembelian - pembelian secara impulsif.
Segala usaha yang dilakukan untuk mencapai kepuasan maksimum dengan
pendapatan yang terbatas inilah yang mempengaruhi permintaan konsumen
terhadap barang dan jasa di pasar. Untuk menganalisa pembentukan
permintaan konsumen secara lebih akurat, maka akan digunakan beberapa
asumsi yang akan menyederhanakan realitas ekonomi. Disini kita akan
mempelajari tentang teori nilai guna ( utility ).
Secara historis, teori nilai guna (utility) merupakan teori yang
terlebih dahulu dikembangkan untuk menerangkan kelakuan individu dalam
memilih barang-barang yang akan dibeli dan dikonsumsinya. Dapat dilihat
bahwa analisis tersebut telah memberi gambaran yang cukup jelas tentang
prinsip-prinsip pemaksimuman kepuasan yang dilakukan oleh orang-orang
yang berfikir secara rasional dalam memilih berbagai barang
keperluannya. Disini kita mempelajari bagaimana suatu barang bisa
memmberikan kenikmatan terhadap individu dan bagaimana barang itu
akhirnya sama sekali tidak bisa memberikan kenikmatan terhadap
seseorang.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai, adalah :
1. Untuk mengetahui apakah perilaku konsumen itu dalam ilmu ekonomi
Mikro
2. Untuk mengetahi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku
konsumen
3. Untuk mengetahui teori dari perilaku konsumen khususnya teori
kardinal
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Pengertian Konsumen, Konsumsi dan Perilaku Konsumen
Dalam Ilmu Ekonomi Mikro yang dimaksud dengan konsumen kegiatan konsumen
adalah seseorang atau kelompok yang melakukan serangkaian kegiatan
konsumsi barang atau jasa. Pengertian lain tentang konsumen adalah orang
atau sesuatu yang membutuhkan, menggunakan dan memanfaatkan barang atau
jasa. Konsumen biasa memiliki kebiasaan dan tikah laku yang
berbeda-beda. Di desa berbeda dengan kebiasaan yang ada di kota,
tergantug pada jumlah pendapatan mereka. Konsumen adalah seseorang yang
mengkonsumsi suatu barang atau jasa. Maka konsumsi seseorang itu
tergantung pada : pendapatan, pendidikan kebiasaan dan kebutuhan.
Adapun pengetrian perilaku konsumen, yaitu tingkah laku dari konsumen,
dimana mereka dapat mengilustrasikan untuk membeli, menggunakan,
mengevaluasi dan memperbaiki dan memperbaiki sutu peroduk dan jasa
mereka. Fokus dari perilaku konsumen adalah bagai mana individu membuat
keputusan untuk mengkonsumsi suatau barang.
1. James F Engel
Perilaku konsumen di definisikan tindak-tindakan individu secara
langsung terlibata dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang-barang
jasa ekonomi termasuk proses pengambilan kepustusan yang mendahuli dan
menentukan tindakan-tindakan tersebut (1988:8)
2. David L Loundon
Perilaku konsumen dapat diDefinisikan sebagai proses pengambilan
keputusan dan aktivitas individu secara fisik yang dilibatkan dalam
mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau dapat mempergunakan
barang-barang atau jasa (1984:6)
3. Gerald Zaltman
Perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan, proses dan hubungan sosial
yang di lakukan oleh individu, kelompok dan organisasi dan mendapatkan,
menggunakan suatu produk atau lainnya sebagai sutu akibat dari
pengalaman dengan produk, pelayanan dan dumber-sumber lainya. (1979:6)
Dari beberapa Definisi tersebut di atas maka dapat di tarik suatu
kesimpulan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh individum, kelompok, atau organisasi yang berhubungan
dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapakan, menggunakan
barang-barang atau jasa ekonimi yang dafat di pengaruhi linkungan.
2.2. Faktor yang mempengaruhi Perilaku Konsumen
Perilaku permintaan konsumen terhadap barang dan jasa akan dipengaruhi
oleh beberapa faktor, diantaranya: pendapatan, selera konsumen, dan
harga barang, disaat kondisi yang lain tidak berubah (ceteris paribus).
Perilaku konsumen ini didasarkan pada Teori Perilaku Konsumen yang
menjelaskan bagaimana seseorang dengan pendapatan yang diperolehnya,
dapat membeli berbagai barang dan jasa sehingga tercapai kepuasan
tertentu sesuai dengan apa yang diharapkannya.
2.3. Pendekatan Perilaku Konsumen
Pendekatan untuk mempelajari perilaku konsumen dalam mengkonsumsi suatu
barang:
1.Pendekatan Kardinal
2.Pendekatan Ordinal
*) dengan asumsi bahwa : Konsumen bersikap rasionalDengan anggaran yang
tersedia, konsumen berusaha memaksimalkan kepuasan totalnya dari barang
yang dikonsumsinya.
Pendekatan Kardinal
a. Kepuasan konsumsi dapat diukur dengan satuan ukur.
b. Makin banyak barang dikonsumsi makin besar kepuasan
c. Terjadi hukum The law of deminishing Marginal Utility pada tambahan
kepuasan setiap satu satuan.Setiap tambahan kepuasan yang diperoleh dari
setiap unit tambahan konsumsi semakin kecil.( Mula – mula kepuasan akan
naik sampai dengan titik tertentu atau saturation point tambahan
kepuasan akan semakin turun ).Hukum ini menyebabkan terjadinya Downward
sloping MU curva. Tingkat kepuasan yang semakin menurun ini dikenal
dengan hukum Gossen.
d. Tambahan kepuasan untuk tambahan konsumsi 1 unit barang bisa dihargai
dengan uang, sehingga makin besar kepuasan makin mahal harganya. Jika
konsumen memperoleh tingkat kepuasan yang besar maka dia akan mau
membayar mahal, sebaliknya jika kepuasan yang dirasakan konsumen redah
maka dia hanya akan mau membayar dengan harga murah.
Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal atau sering disebut dengan
teori nilai subyektif : dianggap manfaat atau kenikmatan yang diperoleh
seorang konsumen dapat dinyatakan secara kuantitif / dapat diukur,
dimana keseimbangan konsumen dalam memaksimumkan kepuasan atas konsumsi
berbagai macam barang, dilihat dari seberapa besar uang yang dikeluarkan
untuk membeli unit tambahan dari berbagai jenis barang akan memberikan
nilai guna marginal yang sama besarnya. Oleh karena itu keseimbangan
konsumen dapat dicari dengan pendekatan kuantitatif.
- Kepuasan seorang konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang dapat
diukur dengan satuan kepuasan. Misalnya: mata uang.
- Setiap tambahan satu unit barang yang dikonsumsi akan menambah
kepuasan yang diperoleh konsumen tersebut dalam jumlah tertentu.
Kepuasan marginal (marginal utility)
Tambahan kepuasan yang diperoleh dari penambahan jumlah barang yang
dikonsumsi
Hukum tambahan kepuasan yang semakin menurun (The Law of Diminishing
Marginal Utility). Besarnya kepuasan marginal akan selalu menurun dengan
bertambahnya jumlah barang yang dikonsumsi secara terus menerus.
Berikut fungsinya:
U = f ( X1, X2, X3………, Xn )
U : besar kecilnya kepuasan.
X : jenis dan jumlah barang yang dikonsumsi.
BAB III
PEMBAHASAN
Teori perilaku konsumen yaitu teori yang menjelaskan tindakan konsumen
dalam mengkonsumsi barang-barang,dengan pendapatan tertentu dan harga
barang tertentu pula sedemikian rupa agar konsumen mencapai
tujuannya.Tujuan konsumen untuk memperoleh manfaat atau kepuasan
sebesar-besarnya dari barang-barang yang dikonsumsi (maximum
satisfaction). Dan,teori ekonomi menganggap bahwa maximum satisfaction
itu adalah tujuan akhir konsumen.
Teori tingkah laku konsumen dapat dibedakan dalam dua macam pendekatan
yaitu:
1. Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal
2. Pendekatan nilai guna ordinal
Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal
Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal atau sering disebut dengan
teori nilai subyektif : dianggap manfaat atau kenikmatan yang diperoleh
seorang konsumen dapat dinyatakan secara kuantitif / dapat diukur,
dimana keseimbangan konsumen dalam memaksimumkan kepuasan atas konsumsi
berbagai macam barang, dilihat dari seberapa besar uang yang dikeluarkan
untuk membeli unit tambahan dari berbagai jenis barang akan memberikan
nilai guna marginal yang sama besarnya. Oleh karena itu keseimbangan
konsumen dapat dicari dengan pendekatan kuantitatif.
Para ahli ekonomi mempercayai bahwa utility merupakan ukuran kebahagian.
Utility dianggap bahwa ukuraan kemampauan barang / jasa untuk memuaskan
kabutuhan. Besar kecilnya utility yang dicapai konsumen tergantung dari
jenis barang atau jasa dan jumlah barang atau jasa yang dikonsumsi.
Sehingga dapat ditunjukan oleh fungsi sebagai berikut :
U = f ( X1, X2, X3………, Xn )
U : besar kecilnya kepuasan:
X : jenis dan jumlah barang yang dikonsumsi.
Besar kecilnya kepuasan yang diperoleh konsumen tergantung pada jenis
dan jumlah barang atau jasa yang dikonsumsi.
Prinsip teori Utilitas:
1. Barang (goods) yang di konsumsi mempunyai sifat semakin banyak akan
semakin besar manfaatnya. Dengan demikian, jika sesuatu yang bila
dikonsumsi semakin banyak justru mengurangi kenikmatan hidup (bad) tidak
dapat didefinisikan sebagai barang, misalnya penyakit.
2. Utilitas (utility) adalah manfaat yang diperoleh seseorang karena ia
mengkonsumsi barang, Dengan demikian Utilitas merupakan ukuran manfaat
(kepuasan) bg seseorang karena mengkonsumsi barang. Keseluruhan manfaat
yang diperoleh konsumen karena mengkonsumsi sejumlah barang disebut
dengan Utilitas total (Total Utility) Utilitas marjinal (marginal
utility) adalah tambahan manfaat yang diperoleh karena menambah satu
unit konsumsi barang tertentu.
3. Pada teori Utilitas berlaku Hukum Pertambahan Manfaat yang Makin
Menurun (The law of Diminishing marginal utility) yaitu bahwa awalnya
sesorang konsumen mengkonsumsi satu unit barang tertentu akan memperoleh
atambahan Utilitas (manfaat) yang besar, akan tetapi tambahan unit
konsumsi barang tersebut akan memberikan tambahan Utilitas (manfaat yang
semakin menurun, dan bahkan dapat memberikan manfaat negatif. Dengan
kata lain, Utilitas marjinal (MU) mula-mula adalah besar, dan semakin
menurun dengan meningkatnya unit barang yang dikonsumsi.
4. Pada teori Utilitas berlaku konsistensi preferensi, yaitu bahwa
konsumen dapat secara tuntas (complete) menentukan rangking dan ordering
pilihan (preference, choice) diantara berbagai paket barang yang
tersedia. Konsep ini disebut dengan Transitivity dan rasionalitas.
Misalnya, jika A lebih disuka dari B atau A>B, dan B lebih disukai
dari C atau B>C, maka harus berlaku A lebih disuka dari C, atau
A>C.
5. Pada teori Utilitas diasumsikan bahwa konsumen mempunyai pengetahuan
yang sempurna berkaitan dengan keputusan konsumsinya. Mereka dianggap
(diasumsikan) mengetahui persis kualitas barang, kapasitas produksi,
teknologi yang digunakan dsb.
Teori Utilitas disebut dengan teori kardinal (pendekatan dengan
menggunakan nilai absolut) karena unit kegunaan (unit Utilitas = util)
dihitung dalam skala interval, sehingga tingkat kegunaan dapat
dijumlahkan menjadi total Utilitas (TU), dan marginal utility (MU)
Secara sederhana MU dapat diartikan atau diartikan perubahan total
Utilitas karena perubahan 1 unit Q (barang yang dikonsumsi).
Keseimbangan Konsumen
Keseimbangan konsumen tercapai jika konsumen memperoleh kepuasan
maksimum dari mengkonsumsi suatu barang.Syarat Keseimbangan:
1.MUx/Px = MUy/Py = ….= MUn/Pn
2.Px Qx + Py QY + ……+ Pn Qn = M
MU = marginal utility
P = harga
M = pendapatan konsumen
Q 1 2 3 4 5 6 7 8
MUx 16 14 12 10 8 6 4 2
MUy 11 10 9 8 7 6 5 4
Diketahui : Px = 2 Py = 1 M = 12
Syarat Equilibrium:
1. MUx / Px = MUy / Py
12 / 2 = 6 / 1
2. Px Qx + Py QY = MPx Qx + Py QY = M
(2) (3) + (1) (6) = 12
Total Utility = MUx QX + MUy QY
= (12) (3) + (6) (6)
= 72
Teori kegunaan kardinal ini telah banyak digunakan para ekonom,
mengingat sangat sulit untuk mengukur Utilitas (kegunaan) dari konsumsi
suatu paket barang secara kardinal. Teori Utilitas ini diperbaiki oleh
Vilvredo Pareto (1906) yaitu dengan skala kardinal menjadi Ordinal.
Pendekatan nilai guna ordinal
Pendekatan nilai guna ordinal atau sering juga disebut analisis Kurva
indeference : manfaat yang diperoleh masyarakat dari mengkonsumsikan
barang-barang tidak kuantitif / tidak dapat diukur.
Pendakatan ini muncul karena adanya keterbatasan - keterbatasan yang ada
pada pendekatan cardinal, meskipun bukan berarti pendekatan cardinal
tidak memiliki kelebihan.
Persamaan kardinal dan ordinal
Persamaan cardinal dan ordinal yaitu sama-sama menjelaskan tindakan
konsumen dalam mengkonsumsi barang-barang yang harganya tertentu dengan
pendapatan konsumen yang tertentu pula agar konsumen mencapai tujuannya
(maximum utility) .
Perbedaan kardinal dan ordinal
• nilai guna (Utility) Kardinal menganggap bahwa besarnya utility dapat
dinyatakan dalam bilangan/angka. Sedangkan analisis ordinal besarnya
utility dapat dinyatakan dalam bilangan / angka.
• Analisis cardinal mengunakan alat analisis yang dinamakan marginal
utiliy(pendekatan marginal). Sedangkan analisis ordinal menggunakan
analisis indifferent curve atau kurva kepuasan sama .
• Kelemahan pendekatan kardinal terletak pada anggapan yang digunakan
bahwa kepuasan konsumen dari mengkonsumsi barang dapat diukur dengan
satuan kepuasan. Pada kenyataannya pengukuran semacam ini sulit
dilakukan.Pendekatan ordinal mengukur kepuasan konsumen dengan angka
ordinal (relatif).Tingkat kepuasan konsumen dengan menggunakan kurva
indiferens(kurva yg menunjukkan tingkat kombinasi jumlah barang yang
dikonsumsi yang menghasilkan tingkat kepuasan yang sama).
BAB IV
PENUTUP
Teori perilaku konsumen yaitu teori yang menjelaskan tindakan konsumen
dalam mengkonsumsi barang-barang,dengan pendapatan tertentu dan harga
barang tertentu pula sedemikian rupa agar konsumen mencapai
tujuannya.Tujuan konsumen untuk memperoleh manfaat atau kepuasan
sebesar-besarnya dari barang-barang yang dikonsumsi (maximum
satisfaction). Dan,teori ekonomi menganggap bahwa maximum satisfaction
itu adalah tujuan akhir konsumen.
Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal atau sering disebut dengan
teori nilai subyektif : dianggap manfaat atau kenikmatan yang diperoleh
seorang konsumen dapat dinyatakan secara kuantitif / dapat diukur,
dimana keseimbangan konsumen dalam memaksimumkan kepuasan atas konsumsi
berbagai macam barang, dilihat dari seberapa besar uang yang dikeluarkan
untuk membeli unit tambahan dari berbagai jenis barang akan memberikan
nilai guna marginal yang sama besarnya. Oleh karena itu keseimbangan
konsumen dapat dicari dengan pendekatan kuantitatif.
Tinggi rendahnya utility suatu barang tergantung dari subjek yang
memberikan penilaian. Jadi suatu barang akan mempunyai arti atau nilai
bagi seseorang apabila barang tersebut mempunyai nilai guna baginya.
Adapun besar kecilnya nilai guna suatu barang terhadap seseorang akan
tergantung dari preferensi konsumen yang bersangkutan.
Hal seperti diuraikan diatas adalah kejadian-kejadian yang sudah umum
atau biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari, kerena itu pada teori
cardinal berlaku hipotesa sebagai berikut : “Tambahan nilai guna yang
akan diperoleh seseorang dari mengkonsumsi barang atau jasa akan semakin
sedikit apabila orang tersebut terus menerus menambah konsumsinya ke
atas barang tersebut. Pada akhirnya tambahan nilai guna akanmenjadi
negative yaitu apabila konsumsi ke atas barang tersebut ditambah satu
unit lagi, dan nilai guna total akan menjadi bertambah sedikit.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar