Tanaman dalam kenyataannya tidak hanya menyerap nutrisi melalui akar
melainkan melalui daun juga. Pupuk-pupuk daun pun banyak tersedia secara
komersial. Permukaan daun, yang disebut filoplen memiliki daerah yang
dihuni oleh mikroorganisme, yang sering disebut dengan filosfir.
Mikroorganisme yang tinggal di filosfir ternyata ada yang diketahui
menyumbang nutrisi pada tanaman inangnya, yaitu mikroba-mikroba
pemfiksasi nitrogen, yang mengubah nitrogen bebas di udara menjadi
amonia. Diantara mikroba itu ada pula yang selain memfiksasi nitrogen,
juga mampu menghasilkan zat pengatur tumbuh atau fitohormon yang berguna
pada tumbuhan. Contohnya adalah Azotobacter (yang juga banyak
terdapat di tanah). Telah banyak dilakukan penelitian mengenai
pemanfaatan mikroba filosfir ini, dan hasilnya cukup memuaskan, sehingga
dapat menghemat penggunaan pupuk Urea atau NPK yang kerap digunakan
untuk memasok nitrogen pada tanaman.
Bermacam-macam bakteri dari genus Escherichia, Brevibacerium, Bacillus, Diplococcus, Pseudomonas, Flexibacterium, Rhizobium, Beijerinckia, Azotobacter, Xanthomonas dan Micrococcus
telah dipisahkan dari filosfir jagung, kacang buncis, tebu dan beberapa
di antaranya terbukti potensial sebagai pemfiksasi nitrogen. Dalam
tanaman Gandum, sejumlah bakteri yang diteliti aktivitas fiksasi
nitrogennya antara lain Achromobacter iophagus , Pseudomonas atrofaciens , Cellulomonas galba, Pseuomonas seminum, Cellulomonas cellasea.
Mereka sanggup memfiksasi nitrogen dari 7.6 hingga 13.4 mg N per gram
sukrosa yang dimakan. Dalam tanaman kapri, bakteri-bakteri pemfiksasi N2
yang diketahui berperan adalah Achromobacter iophagus, Pseudomonas Calcis, Achromobacter xerosis, Cellulomonas uda dan Bacillus licheniformis.
Namun bagi penulis masih ada sejumlah pertimbangan sebelum menyemproti
daun-daun dengan cairan nutrisi atau inokulum berisi mikroba filosfir
pemfiksasi N. Setidaknya ada hal yang harus dipertimbangkan, yang akan
dipaparkan sebagai berikut.
Pertimbangan yang pertama adalah kebanyakan hasil penelitian menunjukkan
keberhasilan pada skala rumah kaca atau skala kecil. Ini belum tentu
berhasil dalam skala besar, dimana kondisi lingkungannya bisa jauh lebih
kompleks. Namun andaikata kita menanam dalam green house saya kira
sah-sah saja menyemproti daun tanaman kita dengan inokulum mikroba
filosfir pemfiksasi N2.
Pertimbangan yang kedua adalah karena sebagian mikroorganisme filosfir
itu adalah patogen, dikhawatirkan penyemprotan cairan nutrisi seperti
sukrosa, atau cairan carrier (pembawa) mikroba pemfiksasi N yang kita
semprotkan akan dimanfaatkan patogen untuk tumbuh lebih pesat. Karena
itu menurut penulis lebih aman bila selain disemprotkan cairan nutrisi
atau inokulum mikroba, disemprotkan mikroba anti patogen terlebih
dahulu. Atau mikroba anti patogen disemprotkan sebelum mikroba
pemfiksasi N disemprotkan, untuk memberi kesempatan mikroba pemfiksasi N
yang diinginkan tumbuh dan dengan cepat di filosfir. Sebab tentu
percuma apabila tanaman kita meningkat nutrisinya, namun ternyata
digerogoti mikroba patogen atau hama seperti kutu daun sehingga tanaman
kita rusak semua.
Pertimbangan yang ketiga adalah mengenai pemahaman akan mikroorganisme
di filosfir itu sendiri serta interaksi antar mereka dan dengan tanaman
inangnya. Pengetahuan manusia mengenai reaksi-reaksi biokimia dalam
filosfir masih sangat terbatas, seperti proses dihasilkannya
fitoaleksin. Fitoaleksin adalah senyawa penangkal, yang kemungkinan
dihasilkan oleh tumbuhan sebagai respon terhadap luka, rangsang
fisiologis, agen penyebab infeksi dan hasil-hasilnya. Resistensi
terhadap penyakit juga terjadi diantaranya melalui produksi fitoaleksin
tertentu seperti asam malat, fenol dan alpha-hexenol. Harus dipahami
implikasi penyemprotan daun terhadap reaksi-reaksi biokimia ini sebelum
mengaplikasikannya besar-besaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar