Klimatologi
merupakan ilmu tentang atmosfer. Mirip dengan meteorologi, tapi berbeda dalam
kajiannya, meteorologi lebih mengkaji proses di atmosfer sedangkan klimatologi
pada hasil akhir dari proses-proses atmosfer.
Klimatologi berasal dari bahasa Yunani Klima dan Logos yang masing2 berarti kemiringan (slope) yg di arahkan ke Lintang tempat sedangkan Logos sendiri berarti Ilmu. Jadi definisi Klimatologi adalah ilmu yang mencari gambaran dan penjelasan sifat iklim, mengapa iklim di berbagai tempat di bumi berbeda , dan bagaimana kaitan antara iklim dan dengan aktivitas manusia. Karena klimatologi memerlukan interpretasi dari data2 yang banyak dehingga memerlukan statistik dalam pengerjaannya, orang2 sering juga mengatakan klimatologi sebagai meteorologi statistik (Tjasyono, 2004)
Iklim merupakan salah satu faktor pembatas dalam proses pertumbuhan dan produksi tanaman. Jenis2 dan sifat2 iklim bisa menentukkan jenis2 tanaman yg tumbuh pada suatu daerah serta produksinya. Oleh karena itu kajian klimatologi dalam bidang pertanian sangat diperlukan. Seiring dengan dengan semakin berkembangnya isu pemanasan global dan akibatnya pada perubahan iklim, membuat sektor pertanian begitu terpukul. Tidak teraturnya perilaku iklim dan perubahan awal musim dan akhir musim seperti musim kemarau dan musim hujan membuat para petani begitu susah untuk merencanakan masa tanam dan masa panen. Untuk daerah tropis sepertiindonesia ,
hujan merupakan faktor pembatas penting dalam pertumbuhan dan produksi tanaman
pertanian.Selain hujan, unsur iklim lain yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman
adalah suhu, angin, kelembaban dan sinar matahari.
Setiap tanaman pasti memerlukan air dalam siklus hidupnya, sedangkan hujan merupakan sumber air utama bagi tanaman. Berubahnya pasokan air bagi tanaman yg disebabkan oleh berubahnya kondisi hujan tentu saja akan mempengaruhi siklus pertumbuhan tanaman. Itu merupakan contoh global pengaruh ikliim terhadap tanaman. Diindonesia
sendiri akibat dari perubahan iklim, yaitu timbulnya fenomena El Nino dan La
Nina. Fenomena perubahan iklim ini menyebabkan menurunnya produksi kelapa
sawit. Tanaman kelapa sawit bila tidak mendapatkan hujan dalam 3 bulan
berturut-turut akan menyebabkan terhambatnya proses pembungaan sehingga
produksi kelapa sawit untuk jangka 6 sampai 18 bulan kemudian menurun. Selain
itu produksi padi juga menurun akibat dari kekeringan yang berkepanjangan atau
terendam banjir. Akan tetapi pada saat fenomea La Nina produksi padi malah
meningkat untuk masa tanam musim ke dua.
Selain hujan, ternyata suhu juga bisa menentukkan jenis2 tanaman yg hidup di daerah2 tertentu. Misalnya perbedaan tanaman yang tumbuh di daerah tropis, gurun dan kutub.Indonesia
merupakan daerah tropis, perbedaan suhu antara musim hujan dan musim kemarau
tidaklah seekstrim perbedaan suhu musim panas dan musim kemarau di daerah2 sub
tropis dan kutub. Oleh karena itu untuk daerah tropis, klasifikasi suhu lebih
di arahkan pada perbedaan suhu menurut ketinggian tempat. Perbedaan suhu akibat
dari ketinggian tempat (elevasi) berpengaruh pada pertumbuhan dan produksi
tanaman. Sebagai contoh, tanaman strowbery akan berproduksi baik pada
ketinggian di atas 1000 meter, karena pada ketinggian 1000 meter pebedaan suhu
antara siang dan malam sangat kontras dan keadaan seperti inilah yg dibutuhkan
oleh tanaman strowbery
Klimatologi berasal dari bahasa Yunani Klima dan Logos yang masing2 berarti kemiringan (slope) yg di arahkan ke Lintang tempat sedangkan Logos sendiri berarti Ilmu. Jadi definisi Klimatologi adalah ilmu yang mencari gambaran dan penjelasan sifat iklim, mengapa iklim di berbagai tempat di bumi berbeda , dan bagaimana kaitan antara iklim dan dengan aktivitas manusia. Karena klimatologi memerlukan interpretasi dari data2 yang banyak dehingga memerlukan statistik dalam pengerjaannya, orang2 sering juga mengatakan klimatologi sebagai meteorologi statistik (Tjasyono, 2004)
Iklim merupakan salah satu faktor pembatas dalam proses pertumbuhan dan produksi tanaman. Jenis2 dan sifat2 iklim bisa menentukkan jenis2 tanaman yg tumbuh pada suatu daerah serta produksinya. Oleh karena itu kajian klimatologi dalam bidang pertanian sangat diperlukan. Seiring dengan dengan semakin berkembangnya isu pemanasan global dan akibatnya pada perubahan iklim, membuat sektor pertanian begitu terpukul. Tidak teraturnya perilaku iklim dan perubahan awal musim dan akhir musim seperti musim kemarau dan musim hujan membuat para petani begitu susah untuk merencanakan masa tanam dan masa panen. Untuk daerah tropis seperti
Setiap tanaman pasti memerlukan air dalam siklus hidupnya, sedangkan hujan merupakan sumber air utama bagi tanaman. Berubahnya pasokan air bagi tanaman yg disebabkan oleh berubahnya kondisi hujan tentu saja akan mempengaruhi siklus pertumbuhan tanaman. Itu merupakan contoh global pengaruh ikliim terhadap tanaman. Di
Selain hujan, ternyata suhu juga bisa menentukkan jenis2 tanaman yg hidup di daerah2 tertentu. Misalnya perbedaan tanaman yang tumbuh di daerah tropis, gurun dan kutub.
Pemanasan Global (catatan mengenai sebabnya)
Pemanasan global
adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut dan daratan
Bumi (wikipedia) .
Gas rumah kaca (CO, CO2, CFCs, O3, NOx) dituduh sebagai penyebab dari
pemanasan global. Akan tetapi seandai bumi ini tidak mempunyai gas2 rumah kaca
maka bumi ini akan mempunyai suhu 33 derajat celesius dibawah 0. konsetrasi
gas2 rumah kaca mengalami peningkatan pada tahun2 belakangan ini. Ada yang
bilang karena ulah manusia, ada yang bilang karena aktifitas geologi, ada yang
bilang karena siklus carbon di laut terhambat. Entah si CO2 datang dari mana,
yg jelas peningkatan konsentrasi gas rumah kaca ini menyebabkan jumlah energi
matahari yang dipantulkan kembali kebumi menjadi lebih besar atau dengan kata
lain ada hubungan antara peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer
dengan pemanasan global. Gas CO2 menyumbang 50% dari pemanasan global,
sedangkan gas CFCs, CH4, O3, dan NOx masing-masing menyumbang lebih kurang 20%,
15%, 8% dan 7% bagi pemanasan global.
kelompok studi lingkungan Federal Climate Change Science Program pada
tanggal 2 mei 2006 mengeluarkan statement bahwa manusia mempegaruhi terjadinya
perubahan iklim global. Salah satu akibat dari pemanasan global itu adalah
perubahan iklim. Waowww… Ternyata salah satu yang dituduh itu manusia yg
menyebabkan kandungan CO2 di bumi meningkat. Menurut pendukung teori ini, CO2
di bumi telah meningkat secara drastis akibat dari aktivitas manusia dan
aktivitas manusia pula yang menyebabkan terhambatnya penyerapan CO2 kembali
oleh tanaman. Manusia berperan ganda deh dalam peningkatkan CO2 di atmosfer, Udah
meningkatkan, trus menghambat lagi penyerapannya… wedew…kacau…… Tanaman yg
dalam tulisan ini saya konotasikan dengan hutan yg merupakan penyerap utama CO2
di atmosfer yang berhubungan langsung dengan aktivitas manusia. makanya
indonesia dianggap sebagai paru2 dunia. Bayangin aja tuh kalo paru2 kita ilang,
gimana bisa idup…..??? akan tetapi beberapa penelitian lain menyatakan bahwa ternyata
manusia (antrhopogenic) hanya menyumbangkan 5% dari produksi CO2 di dunia ini.
Seperti yg ditulis diatas, aktifitas manusia yg menggunakan bahan bakar
fosil itu dituduh sebagai biang keladi peningkatan CO2 diatmosfer, tapi ada
yang bilang kalo bukan itu penyebabnya. pendukung teori ini mencoba menjelaskan
kalo ternyata pemanfaatan bahan bakar fosil (selain batu bara) tidak selalu
menyebabkan peningkatan kadar CO2 di atmosfer. pada saat produksi migas menurun
akibat embargo, ternyata konsentrasi CO2 tetap meningkat, lho kok…..??????
tetapi ada contoh kasus, untuk menghasilkan energi sebesar 1 kWh, pembangkit listrik yang
menggunakan batubara mengemisikan sekitar 940 gram CO2. Sementara pembangkit
listrik yang menggunakan minyak bumi dan gas alam menghasilkan emisi gas rumah
kaca sekitar 798 dan 581 gram C02. jadi???
aktifitas gunung api merupakan salah satu penyumbang gas CO2 di udara. Pada
tanggal 14-15 Juni 1991 Gunung Pinatubo di Filipina. dari gambar yg posting disini
terlihat bahwa temperatur bumi setelah tahun 1990, meningkat drastis. Nah para
ahli geologi menganggap bahawa pemanasan global lebih disebabkan oleh aktivitas
alam seperti ini.
Sementara
sebagian ahli lain berpendapat bahwa sebenarnya jumlah CO2 di atmosfer tidak
cukup signifikan untuk dijadikan “kambing hitam” pemanasan global karena
jumlahnya yang hanya 0.04%. Selain itu, para ahli ini juga menyatakan bahwa
seluruh gas yang ada di atmosfer adalah gas rumah kaca, tanpa terkecuali dimana
komposisi terbesar adalah nitrogen (78%), oksigen (21%) dan uap air (hingga
3%).
laut mempunyai peranan penting dalam siklus karbon itu karena siklus karbon
sebagian besar terjadi dilaut. Menurut ahli biologi hanya 10 persen siklus
carbon terjadi di darat sedangkan sisanya terjadi di laut. Jadi terganggunya
siklus carbon dilautlah yang menyebabkan terjadinya pemanasan global. Banar
begitu??? Coba perhatikan teori ini, nanti teman2 sendiri yang menyimpulkan
“semakin tinggi suhu permukaan laut maka akan semakin rendah proses penyerapan
karbon di udara oleh laut atau dengan kata lain siklus karbon terganggu”,
“pemanasan global menyebabkan temperatur permukaan laut meningkat, salah satu
akibatnya adalah fenonema Iklim El Nino dan La Nina”. Sekarang mana yg pertama
pemanasan permukaan laut atau terganggunya siklus karbon????
pendapat
lain mengatakan bahwa pemanasan global disebabkan oleh
sinar kosmik. berdasarkan peneltian pakar2 ini. sinar kosmik yg berasal dari
luar angksa mempengaruhi terciptanya awan2 di atmosfer bagian bawah.
berdasarkan peneltian mereka, sinar kosmik tenyata mampu meningkatkan
terjadinya pembentukkan awan di atmosfer bagian bawah, dimana semakin tinggi
sinar kosmik yg masuk ke bumi, maka semain tinggi jumlah awan yg tercipta. awan
memantulkan sekita 20% energi matahari kembali keluar angkasa. dengan semakin
bnyaknya awan, maka energi matahari yg masuk kebumi akan semakin kecil dan bumi
semakin dingin. menurut mereka pada abad 20 ini sinar kosmik yg masuk kebumi
semakin sedikit, sehingga roses terciptanya awan juga semakin kecil dan
akhirnya bumi semakin panas
bumi semakin panas akibat dari matahari yg semakin bergejolak. matahari
dalam seabad ini sering bangat muncul bintik2 matahari akibat ledakan energi
hidrogen. berdasarkan penelitian, ternyata semakin banyak jumlah bintik2 itu,
maka energi panas yg dipancarkan oleh matahari juga semakin tinggi yang akan
mempengaruhi juga panas di bumi.
Ternyata banyak juga penyebab dari pemanasan global. Seandainya proses2 ini
terjadi bersamaan dan berkesinambungan, maka proses bencana alam akbat efek
pemanasan global akan sering terjadi…
Contoh akibat pemanasan global
Pemanasan Global (catatan mengenai akibatnya)
”Selama ini kita
berdialektika dengan aksiom2, dikotomi, dan segala tetek bengek pembahasan
ke-kini-an. Kita bicara tentang Agama, Ateisme atau Metafisika, kemudian
mempertentangkannya satu sama lain dengan nyaris tanpa mendapatkan sintesis
apapun dan lalu memandang sebelah mata, atau bahkan menutup mata sama sekali
dengan masa depan kita atau anak cucu kita nantinya, dalam rumah besar ini;
Planet Bumi. Bayangkanlah kita sedang minum teh di sebuah villa di Puncak yang
hijau, atau memancing di danau Subtropis yang dikelilingi gunung bersalju. Dan
bayangkan pula betapa itu mungkin hanya akan tinggal impian anak cucu kita
kelak, seratus tahun atau malah lebih cepat lagi, jika kita tidak ramah pada
rumah besar kita sendiri” (Vicenzo)
Mau ga mau kita harus bisa menirima dengan lapang dada klo
pemanasan global itu telah terjadi. Suhu permukaan bumi telah meningkat dan
kita harus waspada pada akibat2 yang akan terjadi pada masa2 yg akan datang.
Seperti yg telah
ditulis diatas ternyata pemanasan global disebabkan oleh banyak hal, dan sampai
saat ini faktor2 dominan penyebab pemanasan global masih diperdebatkan. Tapi
yang jelas bumi lebih hangat 0.5 – 0.6 0C dari rata-rata suhu bumi
100 tahun terakhir.
Bulan januari
tahun 2007 menjadi bulan januari terhangat sepanjang 100 tahun ini, dimana suhu
rata2 bulan januari 2007 0.85 0C lebih tinggi dari suhu rata2 bumi
bulan januari yaitu 12 0C. Dan diperkirakan tahun 2007 ini akan
menjadi tahun terpanas sepanjang 100 terakhir diamana akan meningkat 0.54 0C
dari suhu rata2 tahunan sebesar 14 0C. Tahun terpanas selama ini
jatuh pada tahun 1998 yaitu 0.52 0C lebih panas dari suhu rata2
tahunan. dibelahan bumi bagian utara yaitu eropa timur dan rusia kenaikan suhu
bulan januari adalah 4 0C dan Kanada 2.5 0C dari suhu
rata2 tahunan.
Tahun 2006
sendiri merupakan tahun terpanas ke-6 selama 100 tahun ini, yaitu naik 0.42 0C
dari suhu rata2 tahunan. Sedangkan kantor meteorologi Inggris menyebutkan bahwa
tahun 2006 merupakan tahun terpanas di Inggris. 10 tahun terhangat pada abad 20
ini terjadi setelah tahun 1980 dan 3 tahun terhangat terjadi setelah tahun 1990.
Peningkatan suhu
bumi ini sudah sangat mengkhawatirkan. Menurut sebuah konfrensi tentang
perubahan iklim di inggris bila suhu bumi meningkat lebih dari 2 0C maka
sebagian spesies akan punah dan bahkan ekosistem bisa hancur, kelaparan akan
terjadi dimana khususnya di negara berkembang dan air bersih aka menjadi barang
yang sangat langka.
Para ilmuwan
memperkirakan pada tahun 2100 suhu bumi akan meningkat 1.4 – 5.8 0C.
Kenaikan temperatur ini akan menyebabkan mencairnya es dikutub utara dan
mnghangatkan lautan sehingga mengakibatkan meningkatnya voleme lautan serta
menaikkan permukaannya sekitar 9 – 100 cm, menimbulkan banjir di daerah pantai,
bahkan dapat menenggelamkan pulau-pulau. Beberapa daerah dengan iklim yang
hangat akan menerima curah hujan yang lebih tinggi, tetapi tanah juga akan
lebih cepat kering. Kekeringan tanah ini akan merusak tanaman bahkan
menghancurkan suplai makanan di beberapa tempat di dunia. Hewan dan tanaman
akan bermigrasi ke arah kutub yang lebih dingin dan spesies yang tidak mampu
berpindah akan musnah. Penelitian lain mengungkapkan bahwa dalam waktu 1000
tahun yang akan datang permukaan laut akan meningkat setinggi 7 meter dari
keadaan sekarang.
Berdasarkan
simulasi model iklim, juga dapat diperkiarakan pada musim panas tahun 2040 es-
es dikutub utara seluruhnya akan mencair bila kadar pelepasan emisi gas-gas
rumah kaca tetap setinggi saat ini. Berdasarkan pemgamatan dengan menggunakan
satelit pengindraan jauh, pada bulan september 2006 luas daratan es di kutub
utara hanya 1.9 juta Km2 atau seluas daratan Alaska menurun sekitar 4 juta Km2
dalam kurun waktu 10 tahun.
Pemanasan global
yg berhubungan langsung dengan perubahan iklim berdampak sangat luas terhadap
kehidupan di bumi ini. Menurut ahli geologi sejak 1 juta tahun yg lalu sudah 10
kali suhu bumi meningkat dan selalu berkorelasi dengan peningkatan CO2 di bumi.
Akan tetapi yang paling menghawatirkan adalan pemanasan yg terjadi dalam 20
tahun terakhir ini, pemanasan yg terjadi sudah melebihi pemanasan yg terjadi
pada jaman medieval (1000 tahun yg lalu). pada jaman itu bumi juga mengalami
pemanasan.
Saat
ini, atmosfir berisi komponen utama gas rumah kaca, yaitu CO2, sebanyak 380 ppm
(380 molekul per satu juta molekul). Sebelum revolusi industri terjadi, jumlah
CO2 adalah 275 ppm. Agar suhu bumi tidak naik sampai 2 0C, maka kadar CO2 di atmosfer harus berada di
bawah 450 ppm.
IPCC panel
memperingatkan, bahwa meskipun konsentrasi gas di atmosfer tidak bertambah lagi
sejak tahun 2100, iklim tetap terus menghangat selama periode tertentu akibat
emisi yang telah dilepaskan sebelumnya. CO2 akan tetap berada di atmosfer
selama seratus tahun atau lebih sebelum alam mampu menyerapnya kembali. Jika
emisi gas rumah kaca terus meningkat, para ahli memprediksi, konsentrasi CO2 di
atmosfer dapat meningkat hingga tiga kali lipat pada awal abad ke-22 bila
dibandingkan masa sebelum era industri. Akibatnya, akan terjadi perubahan iklim
secara dramatis. Walaupun sebenarnya peristiwa perubahan iklim ini telah
terjadi beberapa kali sepanjang sejarah Bumi, manusia akan menghadapi masalah
ini dengan resiko populasi yang sangat besar.
Bukti dampak
dari pemanasan global akhir2 ini sudah sering ditemui. Selain menyusutnya es di
kutub utara, iklim yg tidak menentu dan seringnya terjadi badai merupakan efek
lain dari pemanasan global. Menurut penelitian di Belanda, anak burung koolmees
yaitu burung pemakan serangga menetas jauh sebelum waktu yang seharusnya. Mereka
kekurangan pangan karena belum musim ulat, sebagai akibat dari perubahan siklus
iklim.
Kekeringan,
kebakaran, munculnya berbagai macam penyakit tropis (malaria dan DB), banjir
dan tanah longsor yang sering terjadi di indonesia merupakan salah satu efek
dari pemanasan global, walaupun tanpa harus memungkiri ada pengaruh2 lain dari
peristiwa-peristiwa itu. Pada tahun 2002 puso melanda pantura seluas 12.985 ha
sehingga menurunkan produksi padi di daerah tersebut. Tahun 2003 luas sawah
yang mengalami kekeringan adalah 450.000 ha dimana 100.000 ha sawah tersebut
mengalami puso. Daerah Jawa -Bali terjadi peningkatan kasus malaria, dari 18
kasus per 100 ribu penduduk jadi 48 kasus per 100 ribu penduduk, tahun 1998,
naik hampir tiga kali lipat. Sementara di luar Jawa Bali, terjadi peningkatan
sebesar 60% dari 1998 sampai tahun 2000. banjir yang terjadi di jakatra tahun
2002 merupakan akibat dari curah yang di atas rata2, dimana curah hujan saat
itu adalah 107 mm sedangkan normalnya adalah 50 mm. Tahun 2007 kemarin curah
hujan juga mencapai 250 mm.
Cuaca dan Iklim
15 April 2007 — La An
Cuaca dan iklim merupakan dua
kondisi yang hampir sama tetapi berbeda pengertian khususnya terhadap kurun
waktu. Cuaca merupakan bentuk awal yang dihubungkan dengan penafsiran dan
pengertian akan kondisi fisik udara sesaat pada suatu lokasi dan suatu waktu,
sedangkan iklim merupakan kondisi lanjutan dan merupakan kumpulan dari kondisi
cuaca yang kemudian disusun dan dihitung dalam bentuk rata-rata kondisi cuaca
dalam kurun waktu tertentu (Winarso, 2003). Menurut Rafi’i (1995) Ilmu cuaca
atau meteorologi adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji peristiwa-peristiwa
cuaca dalam jangka waktu dan ruang terbatas, sedangkan ilmu iklim atau
klimatologi adalah ilmu pengetahuan yang juga mengkaji tentang gejala-gejala
cuaca tetapi sifat-sifat dan gejala-gejala tersebut mempunyai sifat umum dalam
jangka waktu dan daerah yang luas di atmosfer permukaan bumi.
Trewartha and Horn
(1995) mengatakan bahwa iklim merupakan suatu konsep yang abstrak, dimana iklim
merupakan komposit dari keadaan cuaca hari ke hari dan elemen-elemen atmosfer
di dalam suatu kawasan tertentu dalam jangka waktu yang panjang. Iklim bukan
hanya sekedar cuaca rata-rata, karena tidak ada konsep iklim yang cukup memadai
tanpa ada apresiasi atas perubahan cuaca harian dan perubahan cuaca musiman
serta suksesi episode cuaca yang ditimbulkan oleh gangguan atmosfer yang
bersifat selalu berubah, meski dalam studi tentang iklim penekanan diberikan
pada nilai rata-rata, namun penyimpangan, variasi dan keadaan atau nilai-nilai
yang ekstrim juga mempunyai arti penting.
Trenberth, Houghton and
Filho (1995) dalam Hidayati (2001) mendefinisikan perubahan iklim
sebagai perubahan pada iklim yang dipengaruhi langsung atau tidak langsung oleh
aktivitas manusia yang merubah komposisi atmosfer yang akan memperbesar
keragaman iklim teramati pada periode yang cukup panjang. Menurut Effendy
(2001) salah satu akibat dari penyimpangan iklim adalah terjadinya fenomena
El-Nino dan La-Nina. Fenomena El-Nino akan menyebabkan penurunan jumlah curah
hujan jauh di bawah normal untuk beberapa daerah di Indonesia. Kondisi
sebaliknya terjadi pada saat fenomena La-nina berlangsung.
Proses terjadinya cuaca dan
iklim merupakan kombinasi dari variabel-variabel atmosfer yang sama yang
disebut unsur-unsur iklim. Unsur-unsur iklim ini terdiri dari radiasi surya,
suhu udara, kelembaban udara, awan, presipitasi, evaporasi, tekanan udara dan
angin. Unsur-unsur ini berbeda dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat
yang disebabkan oleh adanya pengendali-pengendali iklim (Anon, ? ). Pengendali
iklim atau faktor yang dominan menentukan perbedaan iklim antara wilayah yang
satu dengan wilayah yang lain menurut Lakitan (2002) adalah (1) posisi relatif
terhadap garis edar matahari (posisi lintang), (2) keberadaan lautan atau
permukaan airnya, (3) pola arah angin, (4) rupa permukaan daratan bumi, dan (5)
kerapatan dan jenis vegetasi. Gambar dibawah adalah gambar dari sistem iklim
secara umum
Cuaca dan iklim muncul
setelah berlangsung suatu proses fisik dan dinamis yang kompleks yang terjadi
di atmosfer bumi. Kompleksitas proses fisik dan dinamis di atmosfer bumi ini
berawal dari perputaran planet bumi mengelilingi matahari dan perputaran bumi
pada porosnya. Pergerakan planet bumi ini menyebabkan besarnya energi matahari
yang diterima oleh bumi tidak merata, sehingga secara alamiah ada usaha
pemerataan energi yang berbentuk suatu sistem peredaran udara, selain itu
matahari dalam memancarkan energi juga bervariasi atau berfluktuasi dari waktu
ke waktu (Winarso, 2003). Perpaduan antara proses-proses tersebut dengan
unsur-unsur iklim dan faktor pengendali iklim menghantarkan kita pada kenyataan
bahwa kondisi cuaca dan iklim bervariasi dalam hal jumlah, intensitas dan
distribusinya. Eksploitasi lingkungan yang menyebabkan terjadinya perubahan
lingkungan serta pertambahan jumlah penduduk bumi yang berhubungan secara
langsung dengan penambahan gas rumah kaca secara global akan meningkatkan
variasi tersebut. Keadaan seperti ini mempercepat terjadinya perubahan iklim
yang mengakibatkan penyimpangan iklim dari kondisi normal.
Menurut Winarso (2003)
berdasarkan kajian dan pantauan dibidang iklim siklus cuaca dan iklim
terpanjang adalah 30 tahun dan terpendek adalah10 tahun dimana kondisi ini
dapat menunjukkan kondisi baku
yang umumnya akan berguna untuk menentukan kondisi iklim per dekade.
Penyimpangan iklim mungkin akan, sedang atau telah terjadi bila dilihat lebih
jauh dari kondisi cuaca dan iklim yang terjadi saat ini.
Susahnya Memprediksi Hujan
Hari ini cuaca di denpasar dingin bangat. Hujan
mulai tadi subuh dan berhenti siangnya. Sekarang bulan Juni, berdasarkan teori
pada bulan Juni adalah masa2 musim kemarau. JJA atau Juni, Juli dan Agustus adalah
musim kemarau dengan curah hujan yg rendah pada daerah2 berpola hujan munsoon
apalagi untuk daerah bali dan nusa tenggara. Bali dan nusa tenggara merupakan
daerah yang curah hujannya sangat di pengaruhi oleh keberadaan benua australia
(Oledman, 1981) dimana pada saat periode JJA pola angin yg terjadi adalah pola
angin munsoon tenggara. Angin munsoon tenggara sangat sedikit membawa uap air,
sehingga wilayah yg dilewatinya mengalami musim kemarau.
Saat ini banyak sekali terjadi petani salah memulai
awal musim tanam karena salah memprediksi awal musim hujan dam akhir musim
kemarau. Kompas menceritakan bahwa produksi tanaman tembakau menurun akibat
dari berubahnya polah hujan pada saat musim petik daun pertama.
Menurut beberapa ahli telah terjadi perubahan iklim
yang salah satu indikasinya adalah perubahan pola hujan, tapi ada beberapa ahli
yang menyatakan belum terjadi perubahan iklim karena, kerana perubahan pola
hujan ini masih dalam taraf perubahan variabilitas saja akibat adanya anomali2
iklim seperti siklon2 tropis dan dan kejadian El Nino dan La Nina.
Hujan merupakan unsur fisik lingkungan yang paling
bervariasi, terutama di daerah tropis. Boer (2003) mengatakan bahwa hujan
merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena keragamannya sangat
tinggi baik menurut waktu maupun tempat, oleh karena itu kajian tentang iklim
lebih banyak diarahkan pada faktor hujan.
Menurut Ana Turyanti (2006) Hujan dipandang sebagai
salah satu variabel peramalan cuaca dan iklim yang sangat penting karena
mempengaruhi aktivitas kehidupan manusia di berbagai sektor seperti pertanian,
perhubungan, perdagangan, kesehatan, lingkungan hidup dan sebagainya. Namun
demikian, hujan merupakan salah satu variabel atmosfer yang paling sulit
diprediksi, dan pada saat ini masih merupakan tantangan yang besar bagi para
peneliti meteorologi. Dari sejumlah model yang digunakan di dunia pada saat
ini, belum satupun yang dapat memberi prediksi hujan yang cukup baik, terutama
untuk wilayah katulistiwa. Wilayah ini memang memiliki tingkat non-liearitas
yang tinggi, sehingga kondisi atmosfer di wilayah ini lebih sulit diprediksi
dibandingkan dengan wilayah di lintang tinggi.
Kenapa? Karena faktor penyebab hujan itu sangat
banyak. Secara umum keragaman hujan di Indonesia sangat dipengaruhi oleh
keberadaannya di garis katulistiwa, aktifitas moonson, bentangan samudera
Pasifik dan Hindia serta bentuk topografi yang sangat beragam. Gangguan siklon
tropis (El-Nino, La-Nina, Madden Julian Oscillation (MJO) dan angin
badai) diperkirakan juga ikut berpengaruh terhadap keragaman curah hujan.
Normalnya daerah indonesia adalah daerah bebas dari
kejadian siklon tropis, dimana menurut tjasyono (2004) 65% kejadian siklon
tropis terjadi di antara 10o dan 20o dari equator. Akan
tetapi efek dari siklon tropis dapat mempengaruhi kondisi cuaca di sekitarnya
meliputi curah hujan yang tinggi, angin kencang dan gelombang badai (strom
surge). Masih dalam buku yg sama Tjasyono mengatakan bahwa sekitar 2/3 kejadian
siklon tropis terjadi di belahan bumi utara.
BMG (2006) menyatakan bahwa awal musim hujan untuk
tahun 2006 ini mundur akibat anomali atau penyimpangan suhu permukaan air laut
di selatan Pulau Jawa dan Barat sumatera, pada saat itu suhu permukaan air
lautnya masih rendah sehingga penguapan dan produksi awan masih sedikit.
Seringnya terjadi anomali atau penyimpangan ini
mungkin disebabkan oleh efek pemanasan global, sehingga proses penyeimbangan
panas atau suhu bumi sebagai faktor penggerak cuaca juga mengalami perubahan
sehingga mengakibatkan munculnya siklon2 tropis yang tidak pada waktu dan
tempatnya.
Balitklimat, pada pertengahan bulan Maret 2007 telah
mengeluarkan Peta Pergeseran Permulaan Musim Kemarau 2007 terhadap Normal dan
Peta Permulaan Musim Kemarau 2007 di sentra produksi padi di pulau Jawa yang
didasarkan pada kondisi curah hujan 30 tahun terakhir. Berikut disajikan kedua
peta tersebut.
Klasifikasi Iklim
Unsur-unsur iklim yang menunjukan pola keragaman yang jelas
merupakan dasar dalam melakukan klasifikasi iklim. Unsur iklim yang sering
dipakai adalah suhu dan curah hujan (presipitasi). Klasifikasi iklim umumnya
sangat spesifik yang didasarkan atas tujuan penggunaannya, misalnya untuk
pertanian, penerbangan atau kelautan. Pengklasifikasian iklim yang spesifik
tetap menggunakan data unsur iklim sebagai landasannya, tetapi hanya memilih
data unsur-unsur iklim yang berhubungan dan secara langsung mempengaruhi
aktivitas atau objek dalam bidang-bidang tersebut (Lakitan, 2002).
Thornthwaite (1933) dalam Tjasyono (2004) menyatakan
bahwa tujuan klasifikasi iklim adalah menetapkan pembagian ringkas jenis iklim
ditinjau dari segi unsur yang benar-benar aktif terutama presipitasi dan suhu.
Unsur lain seperti angin, sinar matahari, atau perubahan tekanan ada
kemungkinan merupakan unsur aktif untuk tujuan khusus.
Variasi
suhu di kepulauan Indonesia
tergantung pada ketinggian tempat (altitude/elevasi), suhu udara akan semakin
rendah seiring dengan semakin tingginya ketinggian tempat dari permukaan laut.
Suhu menurun sekitar 0.6 oC setiap 100 meter kenaikan ketinggian
tempat. Keberadaan lautan disekitar kepulauan Indonesia ikut berperan dalam
menekan gejolak perubahan suhu udara yang mungkin timbul (Lakitan, 2002).
Menurut Hidayati (2001) karena Indonesia
berada di wilayah tropis maka selisih suhu siang dan suhu malam hari lebih
besar dari pada selisih suhu musiman (antara musim kemarau dan musim hujan),
sedangkan di daerah sub tropis hingga kutub selisih suhu musim panas dan musim
dingin lebih besar dari pada suhu harian. Kadaan suhu yang demikian tersebut
membuat para ahli membagi klasifikasi suhu di Indonesia berdasarkan ketinggian
tempat.
Hujan
merupakan unsur fisik lingkungan yang paling beragam baik menurut waktu maupun
tempat dan hujan juga merupakan faktor penentu serta faktor pembatas bagi
kegiatan pertanian secara umum, oleh karena itu klasifikasi iklim untuk wilayah
Indonesia (Asia Tenggara umumnya) seluruhnya dikembangkan dengan menggunakan
curah hujan sebagai kriteria utama (Lakitan, 2002). Tjasyono (2004)
mengungkapkan bahwa dengan adanya hubungan sistematik antara unsur iklim dengan
pola tanam dunia telah melahirkan pemahaman baru tentang klasifikasi iklim,
dimana dengan adanya korelasi antara tanaman dan unsur suhu atau presipitasi
menyebabkan indeks suhu atau presipitasi dipakai sebagai kriteria dalam
pengklasifikasian iklim.
Beberapa
sistem klasifikasi iklim yang sampai sekarang masih digunakan dan pernah
digunakan di Indonesia
antara lain adalah:
a. Sistem Klasifikasi Koppen
Koppen membuat
klasifikasi iklim berdasarkan perbedaan temperatur dan curah hujan. Koppen
memperkenalkan lima kelompok utama iklim di muka
bumi yang didasarkan kepada lima
prinsip kelompok nabati (vegetasi). Kelima kelompok iklim ini dilambangkan
dengan lima huruf besar dimana tipe iklim A adalah tipe iklim hujan tropik (tropical
rainy climates), iklim B adalah tipe iklim kering (dry climates),
iklim C adalah tipe iklim hujan suhu sedang (warm temperate rainy climates),
iklim D adalah tipe iklim hutan bersalju dingin (cold snowy forest climates)
dan iklim E adalah tipe iklim kutub (polar climates) (Safi’i, 1995).
b. Sistem Klasifikasi Mohr
Klasifikasi Mohr didasarkan pada hubungan
antara penguapan dan besarnya curah hujan, dari hubungan ini didapatkan tiga
jenis pembagian bulan dalam kurun waktu satu tahun dimana keadaan yang disebut
bulan basah apabila curah hujan >100 mm per bulan, bulan lembab bila curah
hujan bulan berkisar antara 100 – 60 mm dan bulan kering bila curah hujan < 60
mm per bulan (Anon, ?).
c. Sistem Klasifikasi
Schmidt-Ferguson
Sistem iklim ini sangat terkenal di Indonesia .
Menurut Irianto, dkk (2000) penyusunan peta iklim menurut klasifikasi
Schmidt-Ferguson lebih banyak digunakan untuk iklim hutan. Pengklasifikasian
iklim menurut Schmidt-Ferguson ini didasarkan pada nisbah bulan basah dan bulan
kering seperti kriteria bulan basah dan bulan kering klsifikasi iklim Mohr.
Pencarian rata-rata bulan kering atau bulan basah (X) dalam klasifikasian iklim
Schmidt-Ferguson dilakukan dengan membandingkan jumlah/frekwensi bulan kering
atau bulan basah selama tahun pengamatan ( åf ) dengan banyaknya tahun
pengamatan (n) (Anon, ? ; Safi’i, 1995).
Schmidt-Fergoson
membagi tipe-tipe iklim dan jenis vegetasi yang tumbuh di tipe iklim tersebut
adalah sebagai berikut; tipe iklim A (sangat basah) jenis vegetasinya adalah
hutan hujan tropis, tipe iklim B (basah) jenis vegetasinya adalah hutan hujan
tropis, tipe iklim C (agak basah) jenis vegetasinya adalah hutan dengan jenis
tanaman yang mampu menggugurkan daunnya dimusim kemarau, tipe iklim D (sedang)
jenis vegetasi adalah hutan musim, tipe iklim E (agak kering) jenis vegetasinya
hutan savana, tipe iklim F (kering) jenis vegetasinya hutan savana, tipe iklim
G (sangat kering) jenis vegetasinya padang ilalang dan tipe iklim H (ekstrim
kering) jenis vegetasinya adalah padang ilalang (Syamsulbahri, 1987).
d. Sistem
Klasifikasi Oldeman
Klasifikasi iklim yang dilakukan oleh Oldeman didasarkan
kepada jumlah kebutuhan air oleh tanaman, terutama pada tanaman padi.
Penyusunan tipe iklimnya berdasarkan jumlah bulan basah yang berlansung secara
berturut-turut.
Oldeman, et al (1980) mengungkapkan bahwa kebutuhan
air untuk tanaman padi adalah 150 mm per bulan sedangkan untuk tanaman palawija
adalah 70 mm/bulan, dengan asumsi bahwa peluang terjadinya hujan yang sama
adalah 75% maka untuk mencukupi kebutuhan air tanaman padi 150 mm/bulan
diperlukan curah hujan sebesar 220 mm/bulan, sedangkan untuk mencukupi
kebutuhan air untuk tanaman palawija diperlukan curah hujan sebesar 120
mm/bulan, sehingga menurut Oldeman suatu bulan dikatakan bulan basah apabila
mempunyai curah hujan bulanan lebih besar dari 200 mm dan dikatakan bulan
kering apabila curah hujan bulanan lebih kecil dari 100 mm.
Lamanya periode pertumbuhan padi terutama ditentukan oleh
jenis/varietas yang digunakan, sehingga periode 5 bulan basah berurutan dalan
satu tahun dipandang optimal untuk satu kali tanam. Jika lebih dari 9 bulan
basah maka petani dapat melakukan 2 kali masa tanam. Jika kurang dari 3 bulan
basah berurutan, maka tidak dapat membudidayakan padi tanpa irigasi tambahan
(Tjasyono, 2004).
Oldeman
membagi lima zona iklim dan lima sub zona iklim. Zona iklim merupakan
pembagian dari banyaknya jumlah bulan basah berturut-turut yang terjadi dalam
setahun. Sedangkan sub zona iklim merupakan banyaknya jumlah bulan kering berturut-turut
dalam setahun. Pemberian nama Zone iklim berdasarkan huruf yaitu zone A, zone
B, zone C, zone D dan zone E sedangkan pemberian nama sub zone berdasarkana
angka yaitu sub 1, sub 2, sub 3 sub 4 dan sub 5.
Zone A dapat ditanami padi terus menerus sepanjang tahun.
Zone B hanya dapat ditanami padi 2 periode dalam setahun. Zone C, dapat
ditanami padi 2 kali panen dalam setahun, dimana penanaman padi yang jatuh saat
curah hujan di bawah 200 mm per bulan dilakukan dengan sistem gogo rancah. Zone
D, hanya dapat ditanami padi satu kali masa tanam. Zone E, penanaman padi tidak
dianjurkan tanpa adanya irigasi yang baik. (Oldeman, et al., 1980)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar