PENANGANAN
PASCA PANEN CABE HIBRIDA
Capsicum Annum
L
Pendahuluan
Tanaman cabe yang ditanam petani pada mulanya berkembang secara alami.
Setelah itu, para pemulia tanaman mengembangkan dan memperbaikinya, baik
melalui seleksi negatif maupun seleksi positif, dengan proses pembentukan
karakteristik cabe. Untuk memenuhi permintaan cabe, baik kualitas maupun
kuantitasnya, para ahli telah menciptakan cabe dengan keunggulan-keunggulan
tertentu yang menguntungkan para petani sebagai produsen dan para konsumen.
Cabe baru yang tercipta tersebut umumnya mampu berproduksi lebih tinggi
dibandingkan dengan cabe biasa dan umurnya genjah (cepat dipanen). Jenis cabe
seperti ini, baik cabe merah besar, cabe keriting, maupun cabe rawit, biasa
disebut cabe hibrida.
Cabe hibrida dihasilkan melalui persilangan dua induk cabe yang merupakan
galur murni dan memiliki sifat-sifat unggul. Hasil persilangan tersebut
menurunkan efek heterosis dan memiliki sifat-sifat yang lebih unggul
dibandingkan dengan kedua induknya
.
Materi
Panen merupakan kegiatan akhir
dari proses produksi di lapangan dan faktor penentu proses selanjutnya.
Pemanenan dan penanganan pasca panen perlu dicermati untuk dapat mempertahankan
mutu sehingga dapat memenuhi spesifikasi yang diminta konsumen. Penanganan yang
kurang hati-hati akan berpengaruh terhadap mutu dan penampilan produk yang
berdampak kepada pemasaran.
Pemanenan buah cabe di
Indonesia umumnya dilakukan dengan tangan. Panen awal dan lamanya waktu panen
tanaman cabe tergantung kepada jenis dan varietasnya, varietas berumur genjah,
sedang atau dalam. Umumnya, varietas yang sama yang ditanam di dataran rendah
dan dataran tinggi menunjukkan panen awal yang berbeda. Tanaman cabe yang
ditanam di dataran rendah lebih cepat dipanen dibandingkan dengan tanaman cabe
yang ditanam di dataran tinggi.
Frekuensi panen sangat
tergantung kepada situasi lapangan. Namun secara umum pemanenan dilakukan 3 – 4
hari sekiali atau paling lambat seminggu sekali. Masa panen tergantung pada
varietas cabe yang ditanam. Secara normal, frekuensi panen dapat dilakukan 12 –
20 kali sampai tanaman berumur 6 - 7 bulan. Selain varietas, masa panen cabe
juga sangat tergantung kepada keadaan pertanaman dan perlakuan yang diberikan
terhadap tanaman. Masa panen cabe rawit lebih lama dibandingkan dengan varietas
cabe lainnya, tetapi tidak lebih dari 7 bulan.
Dalam praktek keseharian, para
petani cabe tidak pernah melakukan penanganan pasca panen yang benar seperti
sortasi dan grading. Kegiatan ini biasanya lebih banyak dilakukan oleh para
pedagang di tingkat pengumpul.
Dalam pelaksanaan panen cabe
hibrida, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut :
Panen dilakukan pagi hari
setelah ada sinar matahari.
Cara pemanenan buah cabe
dilakukan dengan mengikutsertakan batang buahnya dan dijaga supaya tidak
merusak ranting dan percabangan tanaman cabe.
Buah yang dipanen adalah
yang benar-benar tua, tandanya buah berwarna merah, hijau kemerahan atau hitam
kemerahan.
Saat panen langsung
dilakukan sortasi, buah yang rusak atau kena hama langsung dipisahkan.
Kematangan cabe disesuaikan dengan permintaan, lama penyimpanan dan
lamanya transportasi ke pasar.
Setelah dipanen, lakukan
sortir awal. Buah cabe yang terkena penyakit, terutama cendawan dikubur dalam
lubang atau dibakar supaya tidak menular ke buah dan tanaman lainnya.
Penanganan pasca panen cabe
dikatakan hampir belum sepenuhnya dilaksanakan para petani karena terbatasnya
pengetahuan dan fasilitas. Selain itu, kejelasan spesifikasi produk yang
diinginkan konsumen tidak diketahui secara jelas oleh petani. Spesifikasi
produk hanya diketahui oleh pedagang pengumpul. Keadaan ini menyebabkan daya
tawar petani lebih rendah daripada daya tawar pedagang pengumpul.
Tidak semua buah cabe yang
dipanen bisa dijual karena rusak. Kerusakan atau kehilangan hasil pasca panen
tanaman cabe bisa disebabkan hama penyakit, kerusakan seara mekanis dan
kerusakan fisik.
Kerusakan yang disebabkan hama
penyakit merupakan bawaan dari lapangan. Hama penting yang sering merusak buah
cabe di Indonesia di antaranya lalat buah (Bactrocera dorsalis Hend) dan
ulat buah prodenia (Spodoptera Litura F). Sementara itu, penyakit yang
sering menyerang buah cabe adalah antraknosa, Collectrchum nigrum, dan Phythopthora
capsici.
Kerusakan secara mekanis,
fisiologis dan fisik lebih sering disebabkan oleh pengelola yang kurang cermat
dan hati-hati dalam penanganan pasca panen. Kerusakan mekanis paling dominan
terjadi pada saat pemetikan, pengangkutan dari lapangan dan pengangkutan ke
pasar, penanganan saat bongkar muat, serta tidak ada packaging atau
wadah yang baik dalam pengangkutan dan cenderung menggunakan karung untuk
mengangkutnya.
Keruskaan fisiologis terutama
terjadi dalam cabe itu sendiri. Setelah pemetikan buah cabe akan cepat layu
menuju ke arah senesence yaitu meningkatnya temperatur lingkungan akan
memicu laju respirasi sebesar 2 – 3 kali, sehingga proses pembusukan terjadi
lebih cepat.
Kerusakan fisik disebabkan
adanya tekanan lingkungan, sengatan matahari, kelembaban tinggi dan temperatur
tinggi. Keadaan seperti ini menyebabkan buah cabe akan lebih cepat membusuk.
Dalam penanganan pasca panen,
ada beberapa hal yang harus dilakukan :
Sortasi dan Grading
Konsumen terutama pasar swalayan, restoran dan hotel lebih mengutamakan
spesifikasi produk yang mereka inginkan dan untuk ini mereka berani membayar
lebih besar jika dibandingkan dengan pasar tradisional (wet market).
Penampilan produk yang seragam, baik ukuran panjang, diameter, bentuk,
permukaan, warna, maupun kekerasan buah, akan memberikan penilaian yang lebih
baik. Untuk itu diperlukan sortasi dan grading terhadap buah cabe yang
diinginkan konsumen, baik rumah tangga, kelompok konsumen swalayan, restoran,
hotel, industri pangan olahan tradisional maupun skala industri. Umumnya,
sortasi dan grading dilakukan oleh pedagang pengumpul.
Sortasi terhadap warna menjadi hal yang sangat penting bagi konsumen.
Karenanya harus ada upaya untuk menstabilkan warna cabe sebelum dikeringkan.
Petani di Indonesia akan menghamparkan buah cabe yang sudah dipetik di tempat
teduh, dengan tujuan untuk mencegah pembusukan sebelum dijual ke pasar.
Tindakan seperti ini disebut curing yaitu mengondisikan buah cabe untuk
dapat menyesuaikan dengan keinginan dari pasar.
Penyimpanan
Di Indonesia, cabe umumnya lebih banyak diperdagangkan dalam bentuk
segar. Karena itu, para produsen dan pengelola komoditas cabe berupaya supaya
cabe tetap kelihatan segar. Untuk itu diperlukan tindakan yang benar pada saat handling,
pengemasan dan penyimpanan agar mutu tetap stabil dan bisa diterima konsumen
dengan harga yang tinggi.
Setelah pemetikan, proses
fisiologi tetap berjalan, tergantung pada situasi luar, seperti temperatur dan
kelembaban. Proses fisiologi tetap dipertahankan tetapi lajunya harus
dikurangi. Caranya dengan menekan tingkat respirasi, yaitu mengatur temperatur
dan kelembaban udara di sekelilingnya dengan menempatkan produk dalam ruangan
yang sistem udaranya terkendali. Selain laju respirasi, harus juga ditekan laju
transpirasi yaitu proses penguapan dari buah cabe dengan cara meningkatkan
kelembaban udara dan menurunkan temperatur, atau dengan menempatkan buah cabe
dalam kemasan tertentu untuk mengurangi gerakan udara di sekeliling cabe.
Pengemasan
Pengemasan bertujuan untuk melindungi mutu produk cabe dari kerusakan
mekanis, fisik dan fisiologi pada saat handling, pengangkutan dan
bongkar muat. Kemasan yang ideal harus kuat, memiliki daya lindung yang tinggi
terhadap kerusakan, mudah di-handle, aman dan ekonomis. Wadah kemasan
dapat dibuat secara tradisional berupa keranjang bambu atau rotan, karung
plastik polietilen dan kardus berventilasi. Para
petani dan pedagang cabe untuk pasar tradisional biasanya mengemas cabe dengan
karung plastik berlubang-lubang. Sementara itu, pasar swalayan menghendaki
kemasan dalam kardus.
Pengangkutan
Transportasi memiliki peranan penting untuk memindahkan cabe dari
lapangan ke tempat pengolahan (sertasi dan grading), kemudian ke pasar
dan gudang. Selama proses pengangkutan perlu dicermati penanganannya.
Pengangkutan dengan truk konvensional seperti kendaraan bak terbuka
berbeda dengan sistem non konvensional seperti kontainer dengan sistem udara
terkendali. Pengangkutan dengan sistem non konvensional cabe relatif lebih aman
dari kerusakan fisik, fisiologis maupun mekanis. Namun, pengangkutan dengan
kontainer baru digunakan oleh perusahaan besar yang mendapat kontrak dengan
pasar swalayan. Sementara itu, untuk pasar tradisional, buah cabe lebih sering
diangkut dengan mobil bak terbuka.
Pemasaran
Pemasaran produk pertanian
khususnya cabe masih belum memiliki kepastian, terutama harga. Saat ini, harga
produk pertanian masih dipengaruhi oleh banyaknya suplai di pasar, musim dan event-event
tertentu seperti hari raya keagamaan.
Jika suplai cabe di pasar
terlalu banyak, harganya akan turun. Jika suplai sedikit harganya akan
meningkat dari harga rata-rata. Faktor yang paling mempengaruhi harga
cabe di pasaran adalah pengaruh musim.
Penutup
Demikian makalah ini penulis
susun. Semoga bermanfaat baik bagi penulis sendiri maupun bagi para petani atau
siapapun yang membutuhkan referensi tentang pengolahan pasca panen cabe. Penulis
menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, karena itu kritik dan saran
yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan untuk
kesempurnaan pada masa yang akan datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar