MENUJU PERTANIAN ORGANIK

SELAMAT DATANG

Rabu, 19 Oktober 2011

KARYA ILMIAH MENYINGKAP KEBENARAN PEMANASAN GLOBAL (GLOBAL WARMING)


BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Peradaban manusia telah mengelami perkembangan, semenjak manusia pada jaman purbakala sampai dengan jaman sekarang, manusia telah mengalami perkembangan dalam setiap periode waktu yang dilewatinya yang telah kita kenal dengan berbagai jaman seperti jaman meolitikum, neolitikum. Peradaban manusia telah mengalami kemajuan sampai sekarang. Selama perkembangan itu, manusia menjalani kehidupan bergantung pada pertanian dan agrikultur. Dengan orientasi kehidupan tersebut, manusia selalu berusaha menjaga dan melestarikan lingkungannya dengan sebaik-baiknya yang bertujuan untuk menjaga kelangsungan hidup manusia pula.
Dan pada saatnya, perkembangan manusia telah mengalami jaman revolusi industri yang menggantungkan kehidupan manusia pada bidang perindustrian. Dengan orientasi hidup tersebut, dunia agrikultur pun mengalami kemunduran perlahan-lahan. Nilai-nilai kehidupan manusia pun mengalami perubahan, terutama dalam interaksi manusia dengan lingkungannya. Perubahan-perubahan yang terjadi ini menghasilkan dampak baik positif maupun negatif.
Salah satu dampak revolusi industri yang telah terjadi dan masih terus berlanjut pada masa sekarang dalam kehidupan dan peradaban manusia adalah dampaknya bagi lingkungan yang ada di sekitar manusia itu sendiri. Ekspansi usaha yang dilakukan oleh para pelaku industri seperti pembangunan pabrik-pabrik dan pembuatan produksi dengan kapasitas besar dengan mengesampingkan perhatian terhadap dampaknya bagi lingkungan secara perlahan namun pasti telah mengakibatkan kelalaian yang pada akhirnya akan merugikan lingkungan tempat tinggal manusia serta manusia dan kehidupannya.
Para ahli lingkungan telah menemukan indikasi adanya dampak yang terbesar bagi lingkungan dan dunia secara global akibat usaha perindustrian yang dilakukan dan telah berkembang pesat ini. Dampak negatif ini adalah terjadinya pemanasan di dunia dan sering disebut sebagai Global Warming. Namun, masalah Global Warming sebagai masalah lingkungan ini masih diperdebatkan kebenarannya oleh beberapa pihak yang menganggap Global Warming adalah alasan yang diciptakan untuk membatasi laju perkembangan perindustrian. Walaupun masih terdapat perdebatan mengenai kebenaran keadaan Global Warming di antara para ahli lingkungan tersebut, namun masalah Global Warming ini tidaklah dapat dipungkiri untuk diteliti dan ditelaah lebih lanjut demi kelangsungan kehidupan manusia.
Untuk itu, Karya Tulis yang dibuat ini akan memperlihatkan dan menjelaskan kebenaran mengenai masalah pemanasan Global ini dengan berdasarkan studi literature dari berbagai sumber yang terpercaya dan kompeten. Pembahasan dan penjelasan yang dilakukan pun akan ditinjau dari sudut pandang pihak yang pro dan pihak yang kontra. Dalam Karya Tulis ini pun akan menyajikan fakta-fakta yang memperkuat keberadaan masalah pemanasan Global ini.

  1. Identifikasi Masalah
Pemanasan global atau sering dikenal dengan pemanasan global ini menjadi permasalahan lingkunga yang baru dan sedang menjadi bahan pembicaraan public, masalah lingkungan ini, telah menimbulkan berbagai macam pertanyaan dalam hubungannya dengan sebab, keberadaan dan efek atau dampak yang diakibatkan dari pemanasan Global tersebut. Pertanyaan-pertanyaan seputar masalah pemanasan Global ini dapat diuraikan seperti dalam beberapa point berikut:
1.      Apakah pemanasan global selalu memberikan dampak yang negative terhadap lingkungan?
2.      Apakah pemanasan Global akan meningkatkan frekuensi terjadinya bencana besar seperti badai?
3.      Apakah penyebab terbesar dari terjadinya Global Warming adalah emisi manusia dari “efek rumah kaca” (“green house effect”) ataukah dari sumber lain?
4.      Apakah pemanasan Global akan menyebabkan peningkatan terjadinya banjir, kekeringan, pertumbuhan hama secara cepat dan peristiwa alam atau perubahan cuaca yang ekstrim?
5.      Apakah emisi karbon dioksida yang berasal dari pembakaran fosil merupakan penyebab terbesar dari perubahan cuaca?
6.      Apakah ada keuntungan potensial yang dapat diakibatkan dari peningkatan temperatur?
Pemanasan Global ini mengakibatkan berbagai dampak baik positif maupun negatif. Tanpa adanya pemanasan Global, tidak akan ada kehidupan di dunia, karena suhu di bumi yang rendah dan manusia tidak akan bisa hidup dalam kondisi suhu yang rendah. Pemanasan Global telah meningkatkan suhu bumi sampai suhu rata-ratanya mencapai 60
° Fahrenheit. Namun, pemanasan Global menjadi permasalahan dan yang masih menjadi perdebatan ketika konsentrasi gas efek rumah kaca dalam atmosfir mengalami peningkatan. Akankah kondisi peningkatan konsentrasi gas ini menjadi permasalahan yang harus mendapat perhatian lebih?

  1. Perumusan Masalah
Dimulai dari jaman revolusi industri, konsentrasi gas karbon dioksida di atmosfer telah meningkat hampir sebesar 30 %, konsentrasi gas metan meningkat hampir dua kali lipat, dan konsentrasi NO2 berkurang sekitar 15 %. Peningkatan gas-gas ini menyebabkan kemampuan atmosfer untuk menahan panas menjadi lebih besar. Sulfat aerosol, yaitu polutan udara yang umum ditemui, mendinginkan atmosfer dengan merefleksikan kembali radiasi cahaya dari matahari ke luar angkasa. Tetapi senyawa sulfat ini mempunyai siklus umur yang pendek di atmosfer.
Mengapa konsentrasi gas efek rumah kaca dapat meningkat? Para ilmuwan berasumsi bahwa pembakaran dari bahan bakar fosil dan beberapa aktifitas manusia yang memicu dan menjadi penyebab utama meningkatnya konsentrasi karbon dioksida di atmosfer. Respirasi dari tanaman dan proses dekomposisi bahan organic melepaskan karbon diokasida sepuluh kali lebih banyak dari yang mampu dihasilkan oleh aktifitas manusia, tetapi selama berabad-abad pelepasan karbon diokasida ini diimbangi dengan penyerapan karbon dioksida oleh vegetasi terestial dan laut.
Yang menyebabkan keseimbangan ini terganggu adalah adanya pelepasan tambahan yang disebabkan oleh aktifitas manusia. Bahan bakar fosil dibakar sebagai sumber energi untuk menggerakan hampir seluruh peralatan manusia. Meningkatnya kegiatan agricultural, penggundulan hutan, dibukanya area kosong sebagai tempat pembuangan, produksi industri, dan pertambangan juga meningkatkan emisi dengan bagian yang cukup signifikan.
Untuk meramalkan tingkat emisi yang akan terjadi di masa depan merupakan suatu tugas yang sulit, karena hal itu bergantung kepada keadaan demografi, ekonomi, teknolofi, peraturan dan perkembangan institusi. Beberapa peramalan telah dilakukan, dan hasilnya memproyeksikan bahwa pada tahun 2100, konsentrasi karbon dioksida akan meningkat sebesar 30% hingga 150% dari jumlah sekarang.

  1. Tujuan Penelitian
Tujuan secara umum dari diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui kebenaran akan adanya pemanasan Global ini ? sejauh mana telah terjadi? dan penyebab pastinya apa? Semua ini masih merupakan tanda tanya bagi manusia. Karena sampai sekarang manusia belum mendapatkan penyebab pasti dari pemanasan Global ini dan manusia juga mau mencari kebenaran mengenai efek dari pemanasan Global yang akan dialami oleh manusia sendiri, makhluk hidup maupun lingkungan di sekitarnya. Jika pemanasan Global ini terjadi maka efek yang ditimbulkan bukan hanya di alami oleh manusia saja tetapi juga semua makhluk hidup di sekitarnya, seperti meningkatnya suhu di permukaan bumi menyebabkan kekeringan, dengan demikian akibat dari kekeringan ini selain dialami manusia juga oleh hewan dan tumbuhan dimana tumbuhan akan menjadi layu karena kekurangan air atau dan sebagainya. Oleh karena itu melalui penelitian ini diharapkan agar manusia dapat lebih mencegah aktivitas yang dapat menyebabkan terjadinya pemanasan Global seperti mengadakan kegiatan rumah kaca, pembakaran zat-zat yang dapat menyebabkan suhu di permukaan bumi meningkat, dan lain-lain.

  1. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat-manfaat yang dapat kita peroleh dari penelitian pemanasan Global yang akan dibahas dalam karya ilmiah ini adalah :
·        Untuk mengetahui secara jelas apakah itu pemanasan Global ?
·        Untuk mengetahui penyebab serta penyebab utama terjadinya pemanasan Global.
·        Untuk mengetahui dampak secara umum baik secara negative maupun positif yang akan dialami oleh manusia sendiri maupun makhluk hidup dan lingkungan di sekitarnya.
·        Untuk mengetahui efek yang akan dialami apabila terjadi perubahan iklim akibat dari pemanasan Global
·        Untuk dapat mengetahui apa yang dapat dilakukan oleh manusia untuk dapat menaggulangi serta mencegah lebih lanjut pemanasan Global tersebut.

  1. Hipotesis
·        Pemanasan Global benar-benar terjadi di bumi ini.
·        Pemanasan Global telah berlangsung lama.
·        Pemanasan Global terjadi karena gas-gas emisi karbon yang dihasilkan seperti CO2, NO2, CH4 dan lain-lain.
·        Adanya gas-gas seperti CO2 dan NO2 menyebabkan radiasi sinar matahari yang sampai ke bumi terperangkap karena efek rumah kaca.
·        Adanya pemanasan Global menyebabkan suhu di permukaan bumi semakin lama semakin meningkat yag mengakibatkan perubahan cuaca yang ekstrim.
·        Dari penelitian yang telah dilakukan sejumlah ilmuwan, pemanasan Global membawa dampak negatif bagi bumi.

            
BAB II
PUSTAKA ISTILAH

1.      Pemanasan Global (Global Warming)
Pemanasan global atau global warming adalah adanaya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer. (Wikipedia:indonesia).
Global Warming secara harfiah diterjemahkan sebagai pemanasan Global. Terjadinya pemanasan Global di bumi dimulai dari kenyataan bahwa energi panas yang dipancarkan berasal dari matahari yang masuk ke bumi menciptakan cuaca dan iklim serta panas pada permukaan bumi secara Global.
2.      Gas rumah kaca
Gas rumah kaca adalah gas-gas yang ada di atmosfer yang menyebabkan efek rumah kaca. Gas-gas tersebut sebenarnya muncul secara alami di lingkungan, tetapi dapat juga timbul akibat aktivitas manusia. (Wikipedia:Indonesia)
Sebagian besar gas rumah kaca berupa uap air dan gas-gas karbondioksida yang sebagian besar diemisikan secara alami oleh makhluk hidup.
3.      Efek rumah kaca (Green House Effect)
Efek Rumah Kaca atau Greenhouse Effect merupakan istilah yang pada awalnya berasal dari pengalaman para petani di daerah beriklim sedang yang menanam sayur-sayuran dan biji-bijian di dalam rumah kaca. Pengalaman mereka menunjukkan bahwa pada siang hari pada waktu cuaca cerah, meskipun tanpa alat pemanas suhu di dalam ruangan rumah kaca lebih tinggi dari pada suhu di luarnya.
Hal tersebut terjadi karena sinar matahari yang menembus kaca dipantulkan kembali oleh tanaman/tanah di dalam ruangan rumah kaca sebagai sinar inframerah yang berupa panas. Sinar yang dipantulkan tidak dapat keluar ruangan rumah kaca sehingga udara di dalam rumah kaca suhunya naik dan panas yang dihasilkan terperangkap di dalam ruangan rumah kaca dan tidak tercampur dengan udara di luar rumah kaca. Akibatnya, suhu di dalam ruangan rumah kaca lebih tinggi daripada suhu di luarnya dan hal tersebut dikenal sebagai efek rumah kaca. Efek rumah kaca dapat pula terjadi di dalam mobil yang diparkir di tempat yang panas dengan jendela tertutup.
Kondisi yang menyerupai akibat yang ditimbulkan dalam rumah kaca terjadi pula dalam bumi ini, yaitu terperangkapnya energi dalam permukaan bumi oleh konsentrasi gas-gas dalam lapisan atmosfir. Pada kenyataannya, pemanasan Global merupakan peningkatan suhu bumi secara bertahap sebagai akibat dari peningkatan konsentrasi gas efek rumah kaca dalam lapisan luar atmosfir. Dan ketika bumi meradiasikan kembali energi yang diterimanya ke luar angkasa, sebagian dari energi matahari yang masuk ke bumi, terperangkap dalam permukaan bumi akibat terhalang oleh gas-gas dalam atmosfir seperti uap air dan karbon dioksida.





                                                                                                   
BAB III
PEMBAHASAN

A.           PEMANASAN GLOBAL
Apakah itu pemanasan Global?
           Sebelum kita mengetahui akan kebenaran pemanasan global yang terjadi di bumu kita ini, kita harus mengetahui terlebih dahulu apa itu pemanasan global.
           Sejak dikenalnya ilmu iklim, para ilmuan telah mempelajari iklim di bumi, sejak jaman es, iklim di bumi mengalami perubahan dengan sendirinya, apa penyebabnya? Meteor jatuh? Gunung meletus? Perubahan arah angina? Variasi energy snar matahari yag dipancarkan ke bumi?
           Sampai baru pada abad 19, maka studi mengenai iklim mulai mengetahui tentang kandungan gas yang berada di atmosfer, disebut sebagai gas rumah kaca, yang bisa mempengaruhi iklim di Bumi. Apa itu gas rumah kaca?
           Sebetulnya yang dikenal sebagai ‘gas rumah kaca’, adalah suatu efek, dimana molekul-molekul yang ada di atmosfer kita bersifat seperti memberi efek rumah kaca. Efek rumah kaca sendiri, seharusnya merupakan efek yang alamiah untuk menjaga temperatur permukaaan Bumi berada pada temperatur normal, sekitar 30°C, atau kalau tidak, maka tentu saja tidak akan ada kehidupan di muka Bumi ini.
           Pemanasan Global merupakan fenomena naiknya suhu permukaan bumi karena meningkatnya efek rumah kaca. Peningkatan efek rumah kaca dipengaruhi oleh naiknya kadar gas-gas rumah kaca di atmosfer yaitu gas karbondioksida, uap air, ozon.
           Fenomena pemanasan global menjadi isu international sejak berdampak pada kelangsungan hidup makhluk hidup, yaitu berpengaruh pada perubahan iklim bumi. Keadaan seperti ini dikhawatirkan akan memberikan dampak buruk yang berupa kepunahan beberapa spesies dan munculnya penyakit serta gejala-gejala alam yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Bukti-bukti ilmiah kebenaran pemanasan global
           Suatu fakta tidak akan diterima kebenarannya tanpa sebuah bukti yang ilmiah dan logis, banyak penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan yang memberikan bukti bahwa bumi mengalami pemanasan global yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
           Bukti penting yang menunjukkan bahwa telah terjadi global warming adalah meningkanya suhu atmosfer, data penelitian menunjukkan bahwa Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.

           Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.[1] Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air lautdiperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil.[1] Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.
           Tidak hanya itu, pencitraan satelit NASA dengan sensor AMSR-E Jepang menunjukkan pemanasan yang paling signifikan terjadi di wilayah Arktik pada 1978-2003. Sejak November 1978, atmosfer Arktik telah mengalami peningkatan panas 7 kali lebih cepat daripada pemanasan di bumi bagian selatan. Peningkatan suhu ini disebabkan oleh peningkatan kadar CO2.
Bukti lainnya adalah kenaikkan permukaan air laut akibat mencairnya es-es di kutub. Berdasarkan laporan IPCC, tinggi muka laut dunia meningkat 10-25 cm selama abad 20. Banyak pulau seperti P.Tegua dan P.Abenuea di Kiribati tenggelam pada tahun 1999. Penduduk yang tinggal di kepulauan Cantaret di Papua New Guinea, Shismaref di Alaska, dan Tuktoyaktuk di Kanada juga harus pindah karena pulau mereka terancam tenggelam.

B.            PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL ATAU GLOBAL WARMING.
           Penyebab pemanasan global secara mendasar baru diketahui sekitar tahun 1820, bapak Fourier menemukan bahwa atmosfer itu sangat bisa diterobos (permeable) oleh cahaya Matahari yang masuk ke permukaan Bumi, tetapi tidak semua cahaya yang dipancarkan ke permukaan Bumi itu bisa dipantulkan keluar, radiasi inframerah yang seharusnya terpantul terjebak, dengan demikian maka atmosfer Bumi menjebak panas (prinsip rumah kaca).
           Tiga puluh tahun kemudian, bapak Tyndall menemukan bahwa tipe-tipe gas yang menjebak panas tersebut terutama adalah karbon-dioksida dan uap air, dan molekul-molekul tersebut yang akhirnya dinamai sebagai gas rumah kaca, seperti yang kita kenal sekarang. Arrhenius kemudian memperlihatkan bahwa jika konsentrasi karbon-dioksida dilipatgandakan, maka peningkatan temperatur permukaan menjadi sangat signifikan.
           Semenjak penemuan Fourier, Tyndall dan Arrhenius tersebut, ilmuwan semakin memahami bagaimana gas rumah kaca menyerap radiasi, memungkinkan membuat perhitungan yang lebih baik untuk menghubungkan konsentrasi gas rumah kaca dan peningkatan Temperatur. Jika konsentrasi karbon-dioksida dilipatduakan saja, maka temperatur bisa meningkat sampai 1°C.
           Tetapi, atmosfer tidaklah sesederhana model perhitungan tersebut, kenyataannya peningkatan temperatur bisa lebih dari 1°C karena ada faktor-faktor seperti, sebut saja, perubahan jumlah awan, pemantulan panas yang berbeda antara daratan dan lautan, perubahan kandungan uap air di udara, perubahan permukaan Bumi, baik karena pembukaan lahan, perubahan permukaan, atau sebab-sebab yang lain, alami maupun karena perbuatan manusia. Bukti-bukti yang ada menunjukkan, atmosfer yang ada menjadi lebih panas, dengan atmosfer menyimpan lebih banyak uap air, dan menyimpan lebih banyak panas, memperkuat pemanasan dari perhitungan standar.
           Sejak tahun 2001, studi-studi mengenai dinamika iklim global menunjukkan bahwa paling tidak, dunia telah mengalami pemanasan lebih dari 3°C semenjak jaman pra-industri, itu saja jika bisa menekan konsentrasi gas rumah kaca supaya stabil pada 430 ppm CO2e (ppm = part per million = per satu juta ekivalen CO2 – yang menyatakan rasio jumlah molekul gas CO2 per satu juta udara kering). Yang pasti, sejak 1900, maka Bumi telah mengalami pemanasan sebesar 0,7°C.

  1. Apakah akumulasi gas rumah kaca merupakan penyebab utama pemanasan global?
Sesuai dengan yang telah dibahas diatas, penyebab utama pemanasan global adalah terjebaknya panas oleh gas-gas rumah kaca (Green House Effect), lalu apa sajakah yang tergolong gas rumah kaca dan dari manakah sumber gas-gas tersebut?
Gas-gas rumah kaca adalah gas yang apabila berakumulasi di atmosfer akan membentuk suatu lapisan yang tidak dapat ditembus oleh energy rendah atau inframerah, gas tersebut antara lain:
1.         Uap air (H2O)
Uap air bersifat tidak terlihat dan harus dibedakan dari awan dan kabut yang terjadi ketika uap membentuk butir-butir air è Siklus Air. Sebenarnya uap air merupakan penyumbang terbesar bagi efek rumah kaca. Jumlah uap air dalam atmosfer berada di luar kendali manusia dan dipengaruhi terutama oleh suhu global. Jika bumi menjadi lebih hangat, jumlah uap air di atmosfer akan meningkat karena naiknya laju penguapan. Ini akan meningkatkan efek rumah kaca serta makin mendorong pemanasan global.
Karena jumlah uap air di atmosfer berada di luar kendali manusia (secara alami keberadaan uap air sudah sangat banyak di atmosfer) maka peranan uap air dalam peningkatan efek rumah kaca tidak akan dibahas lebih lanjut dalam bab-bab berikut.
2.         Karbondioksida (CO2)
Karbon dioksida adalah gas rumah kaca terpenting penyebab pemanasan global yang sedang ditimbun di atmosfer karena kegiatan manusia. Sumbangan utama manusia terhadap jumlah karbon dioksida dalam atmosfer berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, yaitu minyak bumi, batu bara, dan gas bumi sebagai sumber energi. Carbondioksida terbentuk dari reaksi oksidasi senyawa karbon:
CnH2n + 11/2n O2 à nCO2 + nH2O
Penggundulan hutan serta perluasan wilayah pertanian juga meningkatkan jumlah karbondioksida dalam atmosfer. Karena hutan merupakan sumber pepohonan guna mengurangi jumlah CO2 ­di atmosfer untuk kepentingan fotosintesis.
6CO2 + 6H2O à C6H12O6 + 6O2
Namun selain efek rumah kaca tersebut, karbon dioksida juga memainkan peranan sangat penting untuk kehidupan tanaman. Karbon dioksida diserap oleh tanaman dengan bantuan sinar matahari dan digunakan untuk pertumbuhan tanaman dalam proses yang dikenal sebagai fotosintesis. Proses yang sama terjadi di lautan di mana karbon dioksida diserap oleh ganggang.
Berdasarkan data badan meterologi, klimatologi dan geofisika (BMKG), mencatat bahwa konsentrasi karbondioksida diatmosfer semakin meningkat di sepanjang 10 tahun terakhir seiring dengan meningkatnya suhu bumi.

3.         Metana (CH4)
Metana adalah gas rumah kaca lain yang terdapat secara alami. Metana dihasilkan ketika jenis-jenis mikroorganisme tertentu menguraikan bahan organik pada kondisi tanpa udara (anaerob). Gas ini juga dihasilkan secara alami pada saat pembusukan biomassa di rawa-rawa sehingga disebut juga gas rawa. Metana mudah terbakar, dan menghasilkan karbon dioksida sebagai hasil sampingan.
C6H12O6 à 2 (C3H4O2) + 2H2O
2C3H4O2 à  CH4 + H2O + CO2
Kegiatan manusia telah meningkatkan jumlah metana yang dilepaskan ke atmosfer. Sawah merupakan kondisi ideal bagi pembentukannya, di mana tangkai padi nampaknya bertindak sebagai saluran metana ke atmosfer. Meningkatnya jumlah ternak sapi, kerbau dan sejenisnya merupakan sumber lain yang berarti, karena metana dihasilkan dalam perut mereka dan dikeluarkan ketika mereka bersendawa dan kentut. Metana juga dihasilkan dalam jumlah cukup banyak di tempat pembuangan sampah; sehingga menguntungkan bila mengumpulkan metana sebagai bahan bakar bagi ketel uap untuk menghasilkan energi listrik.
Metana merupakan unsur utama dari gas bumi. Gas ini terdapat dalam jumlah besar pada sumur minyak bumi atau gas bumi, juga terdapat kaitannya dengan batu bara.
Menurut data penelitian badan meterologi, klimatologi dan geofisika (BKMG), kadar gas metane di atmosfer cenderung semakin meningkat tiap tahunnya seiring bertambah suhu atmosfer.

4.          Ozon (O3)
Ozon adalah gas rumah kaca yang terdapat secara alami di atmosfer (troposfer, stratosfer). Ozone berfungsi sebagai pengubah sinar dengan panjang gelombang pendek (UV) menjadi sinar denga panjang gelombang panjang (IR).
3O2 + e à 2O3
Di troposfer, ozon merupakan zat pencemar hasil sampingan yang terbentuk ketika sinar matahari bereaksi dengan gas buang kendaraan bermotor. Ozon pada troposfer dapat mengganggu kesehatan manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan.
5.          Dinitrogen oksida (N2O)
Dinitrogen oksida adalah juga gas rumah kaca yang terdapat secara alami. Dulunya gas ini digunakan sebagai anastasi ringan, yang dapat membuat orang tertawa sehingga juga dikenal sebagai ‘gas tertawa’.
Tidak banyak diketahui secara terinci tentang asal dinitrogen oksida dalam atmosfer. Diduga bahwa sumber utamanya, yang mungkin mencakup sampai 90 persen, merupakan kegiatan mikroorganisme dalam tanah. Pemakaian pupuk nitrogen meningkatkan jumlah gas ini di atmosfer. Dinitrogen oksida juga dihasilkan dalam jumlah kecil oleh pembakaran bahan bakar fosil.
Menurut data penelitian badan meterologi, klimatologi dan geofisika (BKMG) mencatat bahwa konsentrasi gas N2O di atmosfer meningkat tajan pada periode tahun 2004-2009.
6.         Chloroflourocarbon (CFC)
Chlorofluorocarbon adalah sekelompok gas buatan. CFC mempunyai sifat-sifat, misalnya tidak beracun, tidak mudah terbakar, dan amat stabil sehingga dapat digunakan dalam berbagai peralatan dan mulai digunakan secara luas setelah Perang Dunia II. Chlorofluorocarbon yang paling banyak digunakan mempunyai nama dagang ‘Freon’.
Dua jenis chlorofluorocarbon yang umum digunakan adalah CFC R-11 dan CFC R-12. Zat-zat tersebut digunakan dalam proses mengembangkan busa, di dalam peralatan pendingin ruangan dan lemari es selain juga sebagai pelarut untuk membersihkan microchip.
Selain merupakan gas rumah kaca, CFC dapat merusak lapisan ozone, yang dapat mengakibatkan radiasi sinar UV menembus atmosfer.
ClFC + O3 à ClO + FO + CO
Pengaruh masing-masing gas rumah kaca terhadap terjadinya efek rumah kaca bergantung pada besarnya kadar gas rumah kaca di atmosfer, waktu tinggal di atmosfer dan kemampuan penyerapan energi.
Peningkatan kadar gas rumah kaca akan meningkatkan efek rumah kaca yang dapat menyebabkan terjadinya pemanasan global.

Mekanisme Pemanasan Global oleh gas rumah kaca.
             Gas rumah kaca (CO2, H2O, N2O) akan memberikan efek seperti rumah kaca, dimana di dalam ruangan kaca lebih panas dibandingkan dengan luar ruangan, hal ini dikarenakan panas yang masuk keruangan secara radiasi terjebak oleh lapisan kaca.
1.        Mula-mula energy sinar matahari diradiasikan ke bumi, sinar matahari yang diradiasikan berupa sinar energy tinggi (UV), sinar tampak (VIS), energy rendah (IR). Radiasi sinar tersebut kemudian akan sampai kebumi dan sebagian akan dipantulkan (Sinar energy rendah), sebagian lagi akan diserap (Sinar energy tinggi dan sinar tampak).
2.        Bumi memilki lapisan pelindung yang dinamakan atmosfer, bagian terpenting dari artmosfer guna melindungi dari radiasi UV adalah O3 (Ozone), sinar energy tinggi akan diubah menjadi sinar dengan panjang gelombang lebih panjang yaitu berupa Infra Red.
3.        Sinar matahari tampak dan infrared akan mencapai permukaan bumi, kemudian sebagian diserap, sebagian lagi dipantulkan, radiasi sinar IR lebih banyak dipantulkan dari pada sinar Vissible.
4.        Radiasi sinar IR yang dipantulkan akan kembali ke Atmosfer, akibat dari akumulasi CO2 dan gas rumah kaca lainnya, radiasi sinar IR ini terjebak, karena lapisan gas rumah kaca memiliki sifat tidak dapat ditembus oleh radiasi sinar gelombang panjang (IR).
5.        Akibatnya radiasi sinar IR akan terjebak di troposfer yang kemudian mengakibatkan akumulasi energy panas, akumulasi energy panas inilah yang menyebabkan suhu permukaan bumi terus naik. Yang kemudian dinamakan Global Warming.

  1. Efek umpan balik
Salah satu penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara sampai tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. (Walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan air absolut di udara, kelembaban relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara menjadi menghangat). Umpan balik ini hanya berdampak secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer.
Efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat ini. Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan kembali radiasi infra merah ke permukaan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan. Apakah efek netto-nya menghasilkan pemanasan atau pendinginan tergantung pada beberapa detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut. Detail-detail ini sulit direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena awan sangat kecil bila dibandingkan dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim (sekitar 125 hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat). Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada peringkat dua bila dibandingkan dengan umpan balik uap air dan dianggap positif (menambah pemanasan) dalam semua model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat.
Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es. Ketika temperatur global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air di bawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.
Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku (permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu, es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik positif.
Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia menghangat, hal ini diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang merupakan penyerap karbon yang rendah.

  1. Variasi Matahari
Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari, dengan kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam pemanasan saat ini. Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek rumah kaca adalah meningkatnya aktivitas Matahari akan memanaskan stratosfer sebaliknya efek rumah kaca akan mendinginkan stratosfer. Pendinginan stratosfer bagian bawah paling tidak telah diamati sejak tahun 1960, yang tidak akan terjadi bila aktivitas Matahari menjadi kontributor utama pemanasan saat ini. (Penipisan lapisan ozon juga dapat memberikan efek pendinginan tersebut tetapi penipisan tersebut terjadi mulai akhir tahun 1970-an.) Fenomena variasi Matahari dikombinasikan dengan aktivitas gunung berapi mungkin telah memberikan efek pemanasan dari masa pra-industri hingga tahun 1950, serta efek pendinginan sejak tahun 1950.
Ada beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa kontribusi Matahari mungkin telah diabaikan dalam pemanasan global. Dua ilmuan dari Duke University mengestimasikan bahwa Matahari mungkin telah berkontribusi terhadap 45-50% peningkatan temperatur rata-rata global selama periode 1900-2000, dan sekitar 25-35% antara tahun 1980 dan 2000. Stott dan rekannya mengemukakan bahwa model iklim yang dijadikan pedoman saat ini membuat estimasi berlebihan terhadap efek gas-gas rumah kaca dibandingkan dengan pengaruh Matahari; mereka juga mengemukakan bahwa efek pendinginan dari debu vulkanik dan aerosol sulfat juga telah dipandang remeh. Walaupun demikian, mereka menyimpulkan bahwa bahkan dengan meningkatkan sensitivitas iklim terhadap pengaruh Matahari sekalipun, sebagian besar pemanasan yang terjadi pada dekade-dekade terakhir ini disebabkan oleh gas-gas rumah kaca.
Pada tahun 2006, sebuah tim ilmuan dari Amerika Serikat, Jerman dan Swiss menyatakan bahwa mereka tidak menemukan adanya peningkatan tingkat "keterangan" dari Matahari pada seribu tahun terakhir ini. Siklus Matahari hanya memberi peningkatan kecil sekitar 0,07% dalam tingkat "keterangannya" selama 30 tahun terakhir. Efek ini terlalu kecil untuk berkontribusi terhadap pemansan global.[12][13] Sebuah penelitian oleh Lockwood dan Fröhlich menemukan bahwa tidak ada hubungan antara pemanasan global dengan variasi Matahari sejak tahun 1985, baik melalui variasi dari output Matahari maupun variasi dalam sinar kosmis

C.           DAMPAK PEMANASAN GLOBAL TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP
             Pemanasan global yang terjadi di bumi kita ini memberikan dampak yang signifikan terhadap kelangsungan hidup, dampak tersebut dapat berupa dampak positif dan dampak negatif bagi kehidupan. Pemanasan global berpengaruh besar terhadap perubahan iklim global yang berimbas pada permasalahan lingkungan yang semakin besar.
DAMPAK NEGATIF
             Pemanasan global memberikan dampak negative terhadap kelangsungan makhluk hidup di bumi, dampak negative tersebut diantaranya:

            I.      Iklim Mulai Tidak Stabil

Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat.
Daerah hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap dari lautan. Para ilmuan belum begitu yakin apakah kelembaban tersebut malah akan meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan karena uap air merupakan gas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi pada atmosfer. Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang lebih banyak, sehingga akan memantulkan cahaya matahari kembali ke angkasa luar, dimana hal ini akan menurunkan proses pemanasan (lihat siklus air). Kelembaban yang tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan. (Curah hujan di seluruh dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir ini). Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim. Satidaknya ada 10 bencana besar yang diperkirakan terjadi akibat pemanasan global.

         II.      kenaikan permukaan air laut

Salah satu akibat pemanasan global adalah dapat mencairnya es di Kutub Utara dan Kutub Selatan. Pencairan es tersebut menyebabkan naiknya permukaan air laut. Peningkatan permukaan air laut memperbesar resiko banjir. Hal ini terutama berlaku jika pemanasan global dikaitkan dengan terjadinya badai dan topan yang ganas.
Banyak negara berkembang sangat bergantung pada industri pariwisata. Salah satu daya tariknya ialah pantai-pantai pasir yang luas dan bersih. Untuk gambaran kasarnya, jika terjadi peningkatan permukaan air laut setinggi 10 cm, berarti hilangnya sekitar 10 m pantai.
Meningkatnya permukaan air laut mendorong batas antara air asin dan air tawar di muara sungai lebih jauh ke daratan. Peningkatan setinggi 10 cm akan cenderung mengakibatkan penembusan air laut sekitar satu kilometer lebih jauh ke darat dalam muara datar. Penembusan air asin ke dalam cadangan air tawar dapat menjadi masalah serius ketika permukaan air laut naik.

     III.      Penurunan Hasil Panen Pertanian dan Perikanan

Dengan terjadinya pemanasan global ini maka akan terjadi perubahan iklim, dimana Jika iklim berubah seperti yang diramalkan, kemungkinannya bermacam-macam dan bahkan bisa suram. Penurunan curah hujan jelas akan merupakan bencana bagi petani miskin di daerah kering, misalnya di Afrika, Brasil, Pakistan serta India, dan dampak tersebut tidak terbatas pada daerah kering saja. Sebagai contoh:
Pemanasan global dapat membuat daerah Barat-Tengah Amerika Serikat menjadi lebih panas dan berangin. Apa yang dapat terjadi sudah dirasakan ketika kekeringan dan suhu tinggi pada 1988 menurunkan hasil panen gabah sebesar 30 persen. Penurunan hasil panen seperti ini, jika berlangsung terus, hampir pasti akan berakibat serius bagi negara berkembang serta negara-negara lain yang bergantung pada impor gabah dari Amerika Serikat.
Para petani dimanapun telah menunjukkan diri mampu melakukan penyesuaian diri untuk menanggapi perubahan keadaan. Mereka bersiap mengganti tanaman ketika pasar berubah, menerapkan jenis biji baru ketika mereka melihat bahwa jenis tersebut lebih menguntungkan, mengubah teknik bertani, atau mengambil langkah apapun yang mungkin meningkatkan keamanan atau pendapatan mereka. Tetapi penyesuaian diri demikian memerlukan waktu dan uang. Jika dunia sedang menuju ke abad yang suhu globalnya meningkat terus, kecepatan dan kelanjutan perubahan akan meletakkan beban berat pada para petani di mana-mana.
Walaupun begitu, tidak seluruh kemungkinan negatif. Misalnya, ada kemungkinan bahwa kondisi di beberapa daerah akan menjadi lebih menguntungkan bagi tanaman pertanian daripada sekarang. Sebagai contoh:
Satu calon bagi perbaikan iklim demikian adalah Republik Rusia, bekas bagian dari Uni Soviet. Diperkirakan bahwa suhu yang lebih tinggi disertai peningkatan curah hujan yang mungkin terjadi akan meningkatkan hasil gabah sampai 50 persen. Ini akan memungkinkan bagi Uni Soviet untuk menjadi salah satu pengekspor gabah terbesar, dan tidak lagi bergantung pada impor dari Amerika Serikat.
Terumbu karang merupakan ekosistem planet yang paling beragam. Satu terumbu dapat mendukung sebanyak 3000 spesies kehidupan laut. Terumbu terutama rentan terhadap perubahan apapun dalam lingkungannya. Kondisi ekstrem dapat menyebabkan ganggang simbiotik yang peka, pemberi warna dan makanan pada karang akan terlepas keluar. Jika hal ini terjadi, kerangka kapur dari karang akan terkelupas, sehingga memberi warna keputihan. Karang biasanya mendapatkan kembali ganggang setelah kejadian tersebut, tetapi kejadian yang berulang dan lama akan mencegah pertumbuhan dan reproduksi karang dan lambat-laun akan membunuh mereka.

      IV.      perubahan keanekaragaman hayati

Setiap jenis tumbuhan dan hewan hanya dapat hidup dalam satu wilayah atau iklim yang sesuai dengan kebutuhannya. Sebagai contoh:
Jenis pohon tertentu sesuai tumbuh di daerah curah hujan dan suhu savana. Jika iklim menjadi lebih panas dan lebih kering, pohon ini kalah dibandingkan semak rendah yang jarang tumbuhnya dan dapat hidup dalam iklim lebih keras. Jenis pohon ini akan digantikan secara alami oleh jenis lain yang lebih mampu menyesuaikan diri dengan iklim baru.
Jika perubahannya lambat, akan terjadi penyesuaian diri secara bertahap terhadap iklim baru, seperti yang telah terjadi masa lalu. Diperkirakan jika kondisi yang lain tetap, tumbuh-tumbuhan perlu pindah 100 – 150 km ke arah kutub untuk mengatasi peningkatan suhu sebesar 1°C.

         V.      Dampak sosial dan politik

Perubahan cuaca dan lautan dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian. Temperatur yang panas juga dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi. Perubahan cuaca yang ekstrem dan peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam biasanya disertai dengan perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul penyakit, seperti: diare, malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain.
Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air (Waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases). Seperti meningkatnya kejadian Demam Berdarah karena munculnya ruang (ekosistem) baru untuk nyamuk ini berkembang biak. Dengan adamya perubahan iklim ini maka ada beberapa spesies vektor penyakit (eq Aedes Agipty), Virus, bakteri, plasmodium menjadi lebih resisten terhadap obat tertentu yang target nya adala organisme tersebut. Selain itu bisa diprediksi kan bahwa ada beberapa spesies yang secara alamiah akan terseleksi ataupun punah dikarenakan perbuhan ekosistem yang ekstreem ini. hal ini juga akan berdampak perubahan iklim (Climate change)yang bisa berdampak kepada peningkatan kasus penyakit tertentu seperti ISPA (kemarau panjang / kebakaran hutan, DBD Kaitan dengan musim hujan tidak menentu)
Gradasi Lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah pada sungai juga berkontribusi pada waterborne diseases dan vector-borne disease. Ditambah pula dengan polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak terkontrol selanjutnya akan berkontribusi terhadap penyakit-penyakit saluran pernafasan seperti asma, alergi, coccidiodomycosis, penyakit jantung dan paru kronis, dan lain-lain

      VI.      Pulau Tenggelam

Indonesia , Amerika Serikat, dan Bangladesh adalah beberapa negara yang paling terancam tenggelam. Bahkan beberapa pulau di Indonesia sudah hilang tenggelam. Ini disebabkan mencairnya permukaan gletser di kutub yang membuat volume air laut meningkat drastis. Menyusutnya hutan bakau memperparah pasangnya air laut.  Sekarang saja pasang air laut  Pantai Kuta telah membanjiri beberapa lobi hotel disekitarnya. Pulau Jawa juga bernasib sama , sampai saat ini permukaan Teluk Jakarta sudah naik 0,8 cm. Dan kalau suhu bumi terus naik , tahun 2050 derah-daerah Jakarta dan Bekasi seperti Kosambi , Penjaringan , Cilincing , Muaragembong , dan Tarumajaya akan terendam.

  VII.      Badai

Badai memang bisa terjadi karena kehendak alam. Tapi suhu air yang menghangat akibat global warming mendukung terjadinya badai yang jauh lebih kuat dan besar. Beberapa tahun belakangan ini , negara-negara di Eropa, Amerika, dan  Karibia telah mengalami begitu banyak badai dibandingkan abad sebelumnya. Bahkan badai-badai tersebut bukan cuma badai biasa, namun  masuk kategori badai mematikan , seperti badai katrina,badai ike, badai nargis, badai rita,dll.

VIII.      Gelombang Panas

Tahun 2003  lalu,  Eropa diserang gelombang panas alias heat wave , yang menewaskan banyak orang. Mengejutkan ! Tapi bencana ini sudah diperkirakan ratusan tahun yang lalu , tepatnya tahun 1900 oleh para ilmuwan di masa itu . Gelombang panas memang pernah  terjad beberapa kali di bumi , namun belakangan ini makin sering terjadi. Dan diperkirakan 40 tahun lagi frekwensinya akan meningkat 100 kali lipat.

      IX.      Kekeringan

Afrika, India, dan daerah-daerah kering lainnya bakal menderita kekeringan lebih parah ! Air akan makin sulit di dapat dan tanah tak bisa ditanami apa-apa lagi, hingga suplai makanan berkurang drastis. Ilmuwan memperkirakan hasil tani negara-negara Afrika akan menurun 50 % di tahun 2020 , dan tingkat kekeringan di dunia meningkat 66 % . Tak terbayang kalau kekeringan ini sampai terjadi di bumi ini.

          X.       Perang dan Konflik

Negara yang kekurangan air dan bahan pangan kemungkinan besar akan mengalami panik dan berubah jadi agresif. Lalu bukan tak mungkin mereka berusaha saling merebut lahan yang belum rusak.

      XI.      Ekosistem Hancur

Perubahan iklim yang terjadi akibat global warming akan menghancurkan ekosistem yang ada. Setelah sebagian mahkluk hidup di bumi musnah akibat bencana kekeringan, banjir , badai, atau ditenggelamkan air laut, mahkluk hidup yang tersisa bakal mengalami kesulitan untuk bertahan hidup. Penyebabnya adalah berkurangnya sumber air , udara bersih, bahan bakar , sumber energi , bahan makanan, obat-obatan yang dibutuhkan untuk survive.

   XII.      Mahkluk Hidup Punah

Sebanyak 30 % mahkluk hidup yang ada  sekarang bakal musnah tahun 2050 kalau temperatur bumi terus naik. Spesies yang punah ini kebanyakan yang habitatnya di tempat dingin . Hewan-hewan laut diperkirakan banyak yang tak bisa bertahan setelah suhu air laut jadi menghangat. Kalau tumbuhan dan hewan makin berkurang, jelas manusia akhirnya terancam karena kekurangan bahan makanan. Katak Atelopus sp misalnya, punah akibat infeksi fungi patogen Batrachocytrium dendrobatridis yang terus meningkat akibat peningkatan suhu di sekitar pegunungan Amerika Selatan

DAMPAK POSITIF
Selama ini ketika orang mendengar istilah pemanasan global, maka dibenaknya hanya ada dampak yang negative dan negative, padahal menurut kajian beberapa peneliti, global warming memberikan beberapa dampak positif. IPCC (The Intergovernmental Panel on Climate Change) didirikan oleh World Meteorological Organisation (WMO) dan The United Nations Environment Programme (UNEP) adalah suatu lembaga panel yang terdiri dari para ilmuwan dari seluruh dunia yang tugas utamanya adalah menganalisa bukti-bukti scientific mengenai pemanasan global dan perubahan iklim.
IPCC dibentuk guna mengatasi isu yang sangat pelik mengenai perubahan iklim. Para pengambil kebijakan (policy makers) membutuhkan suatu sumber informasi yang obyektif dan akurat tentang sebab-sebab perubahan iklim, dampaknya terhadap lingkungan, sosial ekonomi serta alternatif penanggulangannya dan cara beradaptasi terhadap perubahan iklim.
Menurut mereka, dampak positifnya antara lain:
  1. Potensi yang lebih tinggi pada hasil pertanian di daerah yang terletak pada posisi lintang tengah.
  2. Potensi penambahan kayu global pada hutan yang dikelola dengan baik dan benar.
  3. Peningkatan ketersediaan air untuk populasi pada beberapa wilayah yang relatif kering, sebagai contoh di sebagian wilayah Asia Tenggara.
  4. Pengurangan angka kematian pada musim dingin pada bumi di belahan lintang tengah dan lintang tinggi.
  5. Pengurangan permintaan energi untuk pemanas ruangan akibat suhu udara pada musim dingin tidak terlalu dingin.
IPCC mensimulasi perubahan iklim menggunakan pemrograman komputer yang disebut model numerik iklim global (numerical global climate model) atau model sirkulasi global (global circulation models atau GCMs). Model numerik ini digunakan untuk mensimulasi perubahan iklim rata-rata global dan membandingkannya dengan pengukuran regional secara aktual.
Menurut IPCC sendiri, mereka mengakui bahwa masih ada ketidakpastian yang melekat pada hasil simulasi tersebut, karena hasil pemodelan hanya merupakan proyeksi dan bukan prediksi, dan masih ada kelemahan dalam simulasi dan pemodelan yang tidak mempunyai kemampuan (inability) untuk memasukkan variabel radiasi sinar matahari dan debu gunung berapi dalam persamaan matematika di dalam model.
Penting dicatat, bahwa IPCC hanya membuat skenario dari berbagai faktor yang kemungkinan terjadi di masa depan berdasarkan pada kecenderungan yang telah terjadi di masa lalu dan yang sedang terjadi pada saat ini. Dan sekali lagi, skenario hanya merupakan proyeksi (projection) dan bukan prediksi (prediction). Karena itu, proyeksi dan skenario ini bisa berubah tergantung pada ada tidaknya perubahan yang terjadi seperti perkembangan pengetahuan, perubahan perilaku sosial ekonomi manusia, kondisi ekonomi, dan lain-lain.
Meskipun pemanasan global memiliki dampak positif dan negative, namun dirasa dampak negative dari peamanasan global lebih dominant, seyogyanya kita sebagai penghuni bumi yang indah ini menjaga supaya hal-hal yang diprediksikan diatas dapat diminimalisasi. dengan berkehidupan berwawasan lingkungan dan bersikap bijaksana terhadap lingkungan akan mengurangi resiko bahaya akibat dari pemanasan global.

D.           UPAYA PENCEGAHAN DAN MENGURANGI ANCAMAN PEMANASAN GLOBAL
1)                    Mengurangi konsumsi bahan bakar fosil
Konsumsi total bahan bakar fosil di dunia meningkat sebesar 1 persen per-tahun. Langkah-langkah yang dilakukan atau yang sedang diskusikan saat ini tidak ada yang dapat mencegah pemanasan global di masa depan. Tantangan yang ada saat ini adalah mengatasi efek yang timbul sambil melakukan langkah-langkah untuk mencegah semakin berubahnya iklim di masa depan.
Kerusakan yang parah dapat di atasi dengan berbagai cara. Daerah pantai dapat dilindungi dengan dinding dan penghalang untuk mencegah masuknya air laut. Cara lainnya, pemerintah dapat membantu populasi di pantai untuk pindah ke daerah yang lebih tinggi. Beberapa negara, seperti Amerika Serikat, dapat menyelamatkan tumbuhan dan hewan dengan tetap menjaga koridor (jalur) habitatnya, mengosongkan tanah yang belum dibangun dari selatan ke utara. Spesies-spesies dapat secara perlahan-lahan berpindah sepanjang koridor ini untuk menuju ke habitat yang lebih dingin.
Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya gas rumah kaca. Pertama, mencegah karbon dioksida dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas tersebut atau komponen karbon-nya di tempat lain. Cara ini disebut carbon sequestration (menghilangkan karbon). Kedua, mengurangi produksi gas rumah kaca.
Realisasi untuk menguarangi pemakaian bahan baker fosil dapat digunakan cara :

Konservasi Energi
Banyak orang khawatir bahwa konservasi energi akan berarti penurunan taraf hidup. Hal ini merupakan isu belaka. Justru konservasi energi atau efisiensi penggunaan energi secara lebih baik sering dinyatakan sebagai usaha pelestarian sumber energi dengan biaya murah.
Di negara-negara maju, potensi terbesar untuk penghematan terdapat pada sektor industri dimana sebagian besar energi di konsumsi. Hal yang sama juga ada dalam sektor industri, perdagangan dan rumah tangga kelas atas di negara-negara berkembang.
Sejumlah besar bahan bakar dapat dihemat pemakaiannya pada gedung-gedung pencakar langit berdinding kaca di kota-kota besar beriklim tropis yang membentuk sebuah rumah kaca raksasa, sehingga memerlukan biaya besar dari pemilik dan penyewa untuk mendinginkan ruangan. Kesalahan ini tidak perlu diulangi, bangunan-bangunan baru dapat dengan mudah dirancang untuk mengurangi penyerapan panas.
Konsumsi listrik untuk penerangan dapat dikurangi dengan drastis melalui penggunaan lampu yang lebih efisien. Sebuah lampu neon kompak 18 watt yang dipasang di lubang lampu biasa dapat menghasilkan cahaya setara dengan lampu biasa 75 watt. Selama masa pakai sekitar 10.000 jam, lampu ini dapat mengurangi emisi lebih dari 0,5 ton karbon dioksida (> 500 kg karbon dioksida)!
Transportasi menggunakan sepertiga dari keseluruhan konsumsi bahan bakar minyak dunia. Pada 1993 terdapat sekitar 500 juta kendaraan di jalan-jalan raya dunia, sekitar 400 juta adalah mobil. Seluruh sektor transportasi memerlukan peningkatan dalam efisiensi.
Mobil ‘peminum bensin’ buatan Amerika Serikat mempunyai angka konsumsi bahan bakar dua atau tiga kali lebih tinggi daripada mobil buatan Eropa atau Jepang. Peraturan perpajakan dan bea masuk untuk mencegah masuknya mobil yang boros, dapat membantu mengurangi emisi karbon dioksida sekaligus membantu negara-negara berkembang mengurangi beban impor bahan bakar minyak.

Eliminasi Chlorofluorocarbon
Dalam hal chlorofluorocarbon, karena sebuah kesepakatan internasional untuk menghentikan penggunaannya pada 2000 telah ditandatangani, tingkat emisi di masa datang akan bergantung terutama pada sejauh mana kesepakatan tersebut dipatuhi èdengan ketat  Perusakan Lapisan Ozon.

Mengurangi Emisi Metana dan Dinitrogen oksida
Hingga saat ini belum ada strategi yang tepat untuk mengurangi emisi metana maupun dinitrogen oksida. Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk sampai pada sebuah strategi pengurangan yang sesuai.

Bahan Bakar Biomassa
Bahan bakar biomassa berasal dari kayu atau sisa-sisa tanaman pertanian. Bahan ini dapat digunakan secara berkelanjutan, dengan jumlah penggunaan setara dengan jumlah penanaman. Jika hal ini dilakukan, tidak ada emisi karbon dioksida karena tumbuhan yang ditanam akan mengkonsumsi karbon dioksida sebanyak yang dilepaskan ketika bahan dibakar. Jika energi yang dihasilkan digunakan sebagai pengganti bahan bakar fosil, maka ada pula pengurangan emisi karbon dioksida.
Bahan bakar biomassa sudah digunakan secara berkelanjutan di berbagai industri pedesaan pada negara-negara berkembang. Pabrik gula dan penggilingan padi, minyak kelapa sawit dan agro-industri lainnya, secara berkala mengandalkan limbah mereka sendiri untuk menghasilkan energi yang diperlukan. Industri penggergajian kayu sering menggunakan potongan kayu dan limbah kayu lainnya untuk menghasilkan energi panas guna mengeringkan kayu. Usaha-usaha seperti ini harus didorong untuk beralih dari penggunaan bahan bakar fosil ke bahan bakar biomassa.

Teknologi Pemanfaatan Sumber Energi Terbarui
Pemanfaatan sumber energi terbarui diyakini tidak menghasilkan emisi karbon dioksida. Karena itu, peningkatan pemanfaatan energi dari sumber-sumber energi terbarui harus dianggap sebagai unsur utama dalam strategi mengurangi emisi karbon dioksida. Namun sejauh ini, sumbangan sumber-sumber energi terbarui terhadap pemasokan energi dunia amat kecil, kecuali dari tenaga air.
Selain ètenaga air, dapat digunakan energi matahari dan tenaga angin  Energi.

Penanaman Hutan
Menanam pohon bahkan pada skala besar sekalipun, tidak dapat mengimbangi keseluruhan laju penambahan gas-gas rumah kaca ke atmosfer.
Walaupun demikian, peningkatan penanaman pohon oleh setiap negara akan memperlambat penimbunan gas-gas rumah kaca.


2)                     Pajak Karbon
Harga merupakan salah satu faktor penentu jenis bahan bakar apa yang dipilih orang dan berapa jumlah konsumsinya. Para ahli ekonomi menyarankan bahwa harga bahan bakar dapat dinaikkan dengan menambah ‘pajak karbon’, sebagai cara mengurangi pemanasan global. Pajak karbon akan dikenakan pada bahan bakar sesuai dengan jumlah karbon dioksida yang dipancarkan. Dengan rancangan ini, batu bara akan dikenakan pajak yang lebih tinggi daripada bahan bakar bensin karena batu bara merupakan sumber energi fosil yang menghasilkan emisi gas karbon dioksida paling ötinggi saat dibakar, dan gas bumi dikenakan pajak paling rendah.
Gagasan lain yang dikemukakan oleh para ahli ekonomi adalah penggunaan "ijin yang dapat dipertukarkan" atau tradable permits dalam emisi karbon dioksida. Ijin ini membolehkan sebuah negara atau sebuah organisasi untuk mengemisi karbon dioksida dalam jumlah tertentu. Jumlah tingkat emisi global karbon dioksida akan ditentukan oleh sebuah badan internasional. Di dalam sebuah negara, ijin tersebut akan dibagi di antara pengguna bahan bakar.



3)                    Strategi Antisipasi di Indonesia
Untuk mengantisipasi dampak dari pemanasan global, pemerintah Indonesia membentuk Komisi Nasional untuk Evaluasi dan Monitoring Dampak Perubahan Iklim pada Lingkungan pada tahun 1990.
Komisi tersebut pernah merangkum satu "Strategi Antisipasi Dampak Perubahan iklim".
Selain itu sudah dikeluarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang "Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor" (KEP-35/MENLH/10/93), "Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak" (KEP-13/MENLH/3/95), dan "Program Langit Biru"
(KEP-15/MENLH/4/96) yang dimaksudkan mencegah terjadinya pencemaran udara dan mewujudkan perilaku sadar lingkungan.
Berbagai kebijakan tersebut sudah menampakkan hasilnya tetapi langkah tersebut belum cukup, diperlukan tindakan menyeluruh misalnya dalam bidang konservasi energi, penggunaan sumber energi terbarui, penghutanan kembali dan penerapan teknologi ramah lingkungan guna mengatasi serta mengurangi ancaman pemanasan global.


Gambar . Negara-negara Penyebab Emisi Gas Rumah Kaca Tertinggi(Total dan per Kapita)

4)                    Menetapkan Konsentrasi Gas Rumah Kaca
Untuk menghilangkan ancaman pemanasan global secara menyeluruh, konsentrasi gas-gas rumah kaca harus dikurangi sampai tingkat masa pra-industri. Ini merupakan tujuan yang saat ini tidak mungkin tercapai.
IPCC (Panel Antar-pemerintah tentang Perubahan Iklim) menghitung beberapa penghematan yang diperlukan untuk mempertahankan tingkat emisi yang ada saat ini. Data ini disajikan pada tabel 4 dan memperlihatkan bahwa penghematan-penghematan tersebut harus drastis. Emisi karbon dioksida, misalnya, harus turun 60 persen, yang berarti bahwa penggunaan bahan bakar fosil untuk transportasi, industri dan listrik pada tingkat global harus dikurangi sampai tingkat setengah.
Sebuah skenario, berdasarkan penelitian Dr. Mick Kelly, Universitas East Anglia di Inggris, dirancang untuk menetapkan konsentrasi gas rumah kaca tahun 2030 pada kadar sedikit lebih tinggi dari pada kadar saat ini. Hal ini memerlukan perubahan mendasar. Beberapa ciri kuncinya adalah sebagai berikut:
·        Penghapusan produksi chlorofluorocarbon sejak 1995 dan mungkin juga bahan-bahan penggantinya yang mempunyai efek rumah kaca;
·        Menghentikan penggundulan hutan pada 2000, diikuti dengan penanaman kembali hutan-hutan secara intensif;
·        Pengurangan emisi karbon dioksida dari bahan bakar fosil sampai 30 persen dari kadar saat ini pada 2020;
·        Pengurangan dalam peningkatan konsentrasi tahunan metana dan dinitrogen oksida sampai 25 persen dari nilai saat ini.
·        Semua perubahan-perubahan ini pun tidak akan menghapuskan ancaman pemanasan global secara menyeluruh.
·        Dalam mengidentifikasi tindakan-tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, sebaiknya diikuti strategi ‘tanpa penyesalan’ atau ‘no regrets’ yang dinyatakan pada 1990 oleh Menteri Ilmu Pengetahuan Australia, Barry Jones:
·        "Jika kita bertindak dan bencana terhindarkan, maka kita mencegah penderitaan berat manusia. Jika kita bertindak dan tidak ada masalah, maka kita tidak rugi melainkan mendapat keuntungan berupa lingkungan yang lebih bersih. Jika kita tidak bertindak dan terjadi bencana, akan ada tragedi global. Jika kita tidak bertindak dan tidak ada bencana, akibatnya kita akan tergantung semata-mata pada keberuntungan/nasib".
 BAB IV
PENUTUP

A.     KESIMPULAN
1.      pemanasan global telah benar-benar terbukti secara ilmiah keberadaanya, pwningkatan suhu rata-rata atmosfer tiap tahunnya menjadi bukti nyata pemanasan global, serta perubahan iklim secara ekstrim yang terjadi akhir-akhir ini.
2.      pemanasan global telah terjadi sejal lama, tercatat 10 tahun terakhir merupakan peningkatan pemanasan global yang paling tajam, diperkirakan tahun-tahun kedepan dapat mencapai dua kali lipat dari pada tahun sekarang apabila tidak ada perbaikan dan pelestarian lingkungan.
3.      penyebab utama pemanasan global adalah adalah emisi gas-gas rumah kaca yang terakumulasi di atmosfer, seperti gas CO2, N2O, CH­4, CFC. Meskipun penyebab lain seperti efek umpan balik dan variasi sinar matahari juga berperan sebagai penyebab global warming.
4.      akumulasi gas-gas rumah kaca (CO2, N2O, CH­4, CFC) membentuk suatu lapisan yang bersifat seperti kaca yaitu tidak dapat ditembus oleh radiasi sinar dengan panjang gelombang yang panjang (Infra red). Yang menyebabkan energi panas terjebak di dalam atmosfer, sehingga menyeababkan panas permukaan bumi meningkat.
5.      selain berdampak negative, pemanasan global juga berdampak positif pada suatu wilayah tertentu. Akan tetapi dampak negative dai pemanasan global lebih dominant disbandingkan dampak positif.
6.      untuk mengurangi ancaman bahaya pemanasan global, dapat dilakukan dengan upaya mengurangi emisi gas ruamah kaca, menanam pohon serta memperluas hutan, dengan begitu konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer akan berkurang.

B.     SARAN
1.      hendaknya generasi muda sekarang memberikan perhatian yang lebih terhadap fenomena pemanasan global yang berimbas pada kelangsungan hidup manusia serta lingkungan.
2.      sebaiknya pemerintah membuat peraturan tertentu akan pentingnya memelihara lingkungan.
3.      dilakukan pemantauan rutin terhadap keadaan jumlah gas rumah di atmosfer oleh instansi terkait, guna mengetahui sejauh mana emisi fosil masih diambang batas aman





DAFATAR PUSTAKA

(karang dewe)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar