Salah satu OPT dominan dan penting yang menyerang tanaman cabe adalah ulat grayak (Spodoptera litura F).
Ulat grayak ini sangat merugikan karena menyerangan tanaman secara
bergerombol dan massif sehingga kadang disebut juga sebagai ulat tentara
(army worm). Ulat grayak biasanya menyerang pada malam hari,
tingkat serangan parah dan tingkat lanjut bisa menyebabkan seluruh
pertanaman dalam satu hamparan bisa habis dalam waktu satu malam saja.
Salah satu gejala awal serangan ulat
grayak ialah daun – daun cabe yang meranggas dan berlubang-lubang.
Ulat grayak mulai memakan daun dari bagian tepi kemudian ke bagian atas
maupun bawah daun. Pada tingkat serangan yang parah daun hanya
tertinggal epidermisnya saja. Sehingga daun menjadi tidak berfungsi
sebagai tempat fotosintesis, akibatnya produksi buah cabe terhambat dan
menurun.
Apabila disekitar pertanaman cabe banyak kupu-kupu beterbangan pada
malam hari dengan ciri-ciri berwarna agak gelap dengan garis agak putih
pada sayap depan, berarti itulah serangga dewasa dari ulat grayak.
Kupu-kupu ini akan meletakkan telur secara berkelompok di atas daun
atau tanaman dan ditutup dengan bulu-bulu. Jumlah telurnya bisa
mencapai 500 butir per betina. Telur-telur tersebut kemudian akan
menetas menjadi ulat /larva, mula-mula hidup berkelompok dan setelah
dewasa kemudian menyebar.
Salah satu ciri khas yang bisa menjadi penanda dari larva / ulat
grayak ini adalah terdapat bintik-bintik segitiga berwarna hitam dan
bergaris-garis kekuningan pada sisinya. perkembangan selanjutnya larva
akan berubah menjadi pupa / kepompong yang biasanya dibentuk di bawah
permukaan tanah. Daur hidup dari telur menjadi kupu-kupu berkisar
antara 30 – 61 hari. Stadium yang paling membahayakan dari hama Spodoptera litura F
ini adalah saat ia berada pada stadium larva / ulat. Membahayakan
karena ulat grayak ini sangat rakus dan menyerang bukan hanya tanaman
cabe saja, ulat grayak termasuk ulat polifag yang makan segala jenis tanaman.
Bagaimana pengendalian ulat grayak?
Pengendalian hama ulat
grayak ini dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pengendalian yang
optimal dapat dimulai dengan membersihkan sekitar pertanaman cabe dari
gulma sehingga tidak ada inang sementara bagi hama ini. Selanjutnya
dapat dilakukan pengendalian dengan memerangkap kupu-kupu jantannya
dengan sex pheromone. berkurangnya kupu-kupu jantan
menyebabkan produksi telur kupu-kupu betina juga akan berkurang, cara
pengendalian ini akan effektif apabila diterapkan sejak awal.
Sex pheromone yang mudah dan praktis untuk diaplikasikan adalah Ugratas yang merupakan singkatan dari Ulat grayak brantas tuntas.
Ugratas berbentuk seperti benang plastik berwarna merah dan digantung
pada botol bekas air mineral yang diberi lubang kecil disekelilingnya.
Paling sedikit diperlukan 5-10 buah ugratas per satu hektar
lahan tanaman cabe yang dipasang sedikit diatas tanaman cabe,
effektivitasnya dalam memerangkap serangga jantan kurang lebih 3 minggu,
sehingga setelah 3 minggu harus diganti kembali.
Penggunaan sex pheromone
ini lebih menguntungkan karena karena tidak berdampak negatif bagi
lingkungan sehingga aman bagi manusia dan ternak dan tidak menimbulkan
kekebalan (resistensi) hama terhadap insektisisda serta dapat memperlambat perkembangan populasi hama tersebut sehingga dapat mengurangi penggunaan insektisida.
Sedangkan setelah menjadi larva,
ulat grayak dapat dikendalikan secara mekanis, hayati maupun kimia.
Pengendalian ulat grayak secara mekanis adalah dengan mengumpulkan dan
memusnahkan ulat grayak yang tertangkap. Sedangkan secara hayati
dilakukan dengan aplikasi agensia hayati berbahan aktif Bacilus thuringiensis yang dipasar dikenal dengan merk dagang seperti Dipel, Florbac, Bactospeine dan Thuricide.
Pengendalian secara hayati ini tidak boleh digabung dengan
pengendalian secara kimia, karena hasilnya pasti tidak effektif bahkan
bisa dikatakan mubazir karena bahan-bahan kimia yang terkandung dalam
insektisida tersebut dapat mematikan agensia hayati tersebut.
Secara kimia pengendalian ulat
grayak dilakukan dengan menyemprotkan insektisida secara berseling,
misalnya dengan Decis 2,5 EC dengan dosis 0,5 – 1,0 ml per liter air,
Hostathion 40 EC dengan dosis 2 cc per liter air atau Orthene
75 SP 1 gr per liter air. Penggunnaan insektisisda ini harus dilakukan
secara bijak dan hati-hati. Lebih baik apabila berkonsultasi terlebih
dahulu dengan petugas teknis maupun penyuluh pertanian setempat sebelum
penggunaan insektisida tersebut.
Sesuai dengan kebiasaan ulat grayak yang
aktif pada malam hari maka penyemprotan insektisida ini harus dilakukan
saat hari mulai gelap/malam. Siang hari biasanya bersembunyi di bawah
rerumputan, daun atau bahkan dibawah mulsa atau di rongga-rongga tanah
yang terlindung dari sinar matahari. Penyemprotan insektisida ini
effektif pada saat ulat grayak masih “muda” , jika sudah “tua” dengan
warna lebih gelap akan susah untuk dikendalikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar