MENUJU PERTANIAN ORGANIK

SELAMAT DATANG

Sabtu, 08 Oktober 2011

PESTISIDA NABATI

Latar belakang.
Penggunaan pestisida sintetik merupakan metode umum dalam upaya pengendalian hama dan penyakit yang menyerang tanaman pertanian. Kebanyakan pestisida sintetik memiliki sifat non spesifik, yaitu tak hanya membunuh jasad sasaran tetapi juga membunuh organisme lain. Pestisida sintetik dianggap sebagai bahan pengendali hama penyakit yang paling praktis, mudah diperoleh, mudah dikerjakan dan hasilnya cepat terlihat. Bahkan petani menganggap bahwa pestisida adalah dewa penolong yang mampu memberikan solusi peningkatan hasil pertanian. Jika tidak ada pestisida yang dijual di toko-toko harapan petani hilang dan rasa malas untuk bertani akan timbul.
Padahal penggunaannya sering menimbulkan masalah seperti pencemaran lingkungan, keracunan terhadap manusia dan hewan peliharaan dan dapat mengakibatkan resistensi serta resurgensi bagi hama serangga (Rejesus,1986; Stoll,1988; Thamrin dan Asikin, 2005). Selain itu Ahmed (1995) mengemukakan bahwa lebih dari 400.000 kasus keracunan setiap tahunnya dan 1,5% diantaranya sangat parah, serta terjadinya kontaminasi air, tanah, udara yang berdampak negatif terhadap kesehatan manusia.
Untuk mengurangi frekuensi penggunaan pestisida sintetik salah satunya adalah menggantinya dengan pestisida dari bahan nabati, karena beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak bagian tanaman ada yang bersifat toksik terhadap hama (Balfas, 1994; Mudjiono et al., 1994). Berbagai jenis tumbuhan telah diketahui mengandung senyawa bioaktif antara lain alkaloid, terpenoid, steroid, asetogenin, fenil propan, dan tannin yang dapat berfungsi sebagai insektisida dan repelen (Campbell, 1933, Burkill, 1935). Sedikitnya 2000 jenis tumbuhan dari berbagai famili telah dilaporkan dapat berpengaruh buruk terhadap organisme pengganggu tanaman (Grainge dan Ahmed, 1988; Prakash dan Rao, 1977), diantaranya terdapat paling sedikit 850 jenis tumbuhan yang aktif terhadap serangga (Prakash dan Rao, 1977). Selama dekade terakhir terdapat peningkatan minat yang besar dalam pencarian senyawa insektisida dari tumbuhan (Schmutterer, 1995). Sifat bahan nabati pada umumnya mudah terurai di alam sehingga residunya tidak berdampak negatif terhadap lingkungan. Sebagai contoh bahwa piretrin (bahan aktif dari bunga piretrum yang digunakan sebagai insektisida nabati) merupakan zat yang cepat terdegredasi di alam, khususnya apabila terkena sinar matahari sehingga zat ini tidak persisten baik di lingkungan maupun pada bahan makanan (Maciver, 1962).
Keadaan tersebut juga dapat menekan peluang jasad bukan sasaran terkena residu. Namun persistensi yang singkat kadang-kadang kurang menguntungkan dari segi ekonomi, karena untuk mencapai keefektifan pengendalian yang maksimum pada tingkat populasi tinggi diperlukan aplikasi yang berulang-ulang. Walaupun demikian, pestisida dari bahan nabati memungkinkan untuk digunakan pada saat menjelang panen.


Pengertian
Pestisida nabati adalah bahan aktif tunggal atau majemuk yang berasal dari tumbuhan (daun, buah, biji atau akar) berfungsi sebagai penolak, penarik, anti fertilitas (pemandul), pembunuh dan bentuk lainnya dapat untuk pengendalikan hama. Bahan-bahan ini diolah menjadi berbagai bentuk, antara lain bahan mentah berbentuk tepung, ekstrak atau resin yang merupakan hasil pengambilan cairan metabolit sekunder dari bagian tumbuhan atau bagian tumbuhan dibakar untuk diambil abunya dan digunakan sebagai pestisida. Pestisida nabati bersifat mudah terurai (bio-egradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan, dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residu mudah hilang. Efektivitas tumbuhan sebagai pestisida nabati sangat tergantung dari bahan tumbuhan yang dipakai, karena satu jenis tumbuhan yang sama tetapi berasal dari daerah yang berbeda dapat menghasilkan efek yang berbeda pula, ini dikarenakan sifat bioaktif atau sifat racunnya tergantung pada kondisi tumbuh, umur tanaman dan jenis dari tumbuhan tersebut. Pestisida dari bahan nabati sebenarnya bukan hal yang baru tetapi sudah lama digunakan, bahkan sama tuanya dengan pertanian itu sendiri. Sejak pertanian masih dilakukan secara tradisional, petani di seluruh belahan dunia telah terbiasa memakai bahan yang tersedia di alam untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman.

Penggunaan pestisida nabatai bukan baru dimulai setelah pertanian organik dibicarakan di bebagai kalangan namun pestisida organik sudah digunakan sejak manusia mengenal pertanian. Namun hal tersebut masih bersifat tradisional dan belum dikembangkan secara profesional. Diantaranya petani menggunakan daun sirsak untuk mengendalikan hama belalang dan penggerek batang padi. Sedangkan petani di India, menggunakan biji mimba sebagai insektisida untuk mengendalikan hama serangga. Namun setelah ditemukannya pestisida sintetik pada awal abad ke-20, pestisida dari bahan tumbuhan atau bahan alami lainnya tidak digunakan lagi.


Konsep pegendalian hama pada pertanian organik padi SRI ada 2 macam
1.Dalam metode SRI, pengendalian hama dilakukan dengan sistem PHT. Dengan sistem ini, petani diajak untuk bisa mengelola unsur-unsur dalam agroekosistem (seperti matahari, tanaman, mikroorganisme, air, oksigen, dan musuh alami) sebagai alat pengendali hama dan penyakit tanaman. Petani diharapkan lebih kreatif dalam membuat berbagai cara untuk membuat pengendalian dengan mengunakan bahan-bahan disekitar.
2.Jika serangan hama sudah melewati ambang batas dilakukan pengendalian dengan menggunakan pestisida organik berupa ramuan yang sudah diolah melalui proses yang didapatkan disekitar.



Pengendalian hama dalam pertanian organik dengan menggunakan petisida organik bukanlah suatu keharusan yang harus dilakuakn. Karena sesuai dengan pengalaman dilapangan bahwa hama itu tidak selamanya harus dikendalikan dengan menggunakan racun. Maka hal itulah yang membutuhkan pengamatan secara berkala untuk menentukan waktu penggunaan pestisida.

Pada awal tahun 80-an pestisida dianggap sebagai suatu jaminan akan keberhasilan bertani. Tanpa pestisida hampir dipastikan kegiatan pertanian tidak akan berhasil secara optimal dan sebaliknya dengan pestisida kegiatan bertani dijamin keberhasilannya. Pada waktu itu, penggunaan pestisida didukung oleh pemerintah melalui Bimas – Inmas sehingga penyaluran pestisida ke desa-desa berjalan lancar. Dengan pemberian subsidi yang besar, yaitu mencapai 80 %, terhadap pestisida mengakibatkan harganya menjadi murah sehingga para penyuluh pun gencar mempromosikan penggunaan pestisida. Satu hal yang lebih mendorong penggunaan pestisida saat itu adalah dalam perlombaan hasil intensifikasi, frekuensi penyemprotandijadikan salah satu kriteria : makin banyak menyemprot makin tinggi angka yang diperoleh.
Petani sering berpikir bahwa pemakaian pestisida adalah satu-satunya jalan keluar untuk mengendalikan hama, dan petani akan merasa tertolong secara sempurna dengan adanya bantua racun. Jika belum menggunakan racun maka sirnalah harapan petani untuk mendapatkan hasil, tetapi sebenarnya hal itu tidak tepat. Pemikiran inilah yang sudah dibuktikan oleh petani sejak dimulainya program revolusi hijau. Dimana pemerintah menganjurkan untuk menggunakan pupuk dan pestisida untuk membantu meningkatkan produksi pangan. Dan dibuktikan pada tahun 1985 indonesia berhasil menjadi negara pengekspor beras namun han itu tidak bertahan lama. Pada saat itu perusahaan pestisida di Indonesia menjadi ladang bisnis yang paling menguntungkan. Namun, pada puncak kejayaan pestisida, yaitu sekitar tahun 1984-985, beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat banyak dampak negatif dari penggunaan pestisida. Beberapa dampak negatif tersebut di antaranya kasus keracunan pada manusia, ternak peliharaan, polusi lingkungan, dan hama menjadi resisten.


FAKTA DAN DATA AKIBAT BURUK PESTISIDA

Fakta-fakta di lapangan menunjukkan bahwa :
1.Diketemukannya data penyakit-penyakit akut yang diderita pada kelompok petani, seperti hamil anggur pada isteri-isteri petani di Lembang.
2.12 orang petani di Klaten meninggal dunia akibat keracunan pestisida.
3.18 penduduk transmigrasi di Lampung Utara meninggal akibat racun tikus, penyakit kulit eksim basah, TBC, kanker saluran pernafasan.
4.25% dari 2400 wanita pada tahun antara 1959 – 1966 yang pernah melahirkan bayi dengan bobot di bawah normal memiliki kandungan DDT yang telah terurai pada darahnya lima kali lebih besar dari kadar normal.
5.Tahun 2001 terjadi kematian pada ayam-ayam di sekitar lahan pertanian akibat akumulasi paparan pestisida yang terbawa angin. (Kusnadi Umar Said, Puncak Jawa Barat).
6.Logam berat yang merupakan unsur pestisida biasanya ditimbun di dalam hati, sehingga mempengaruhi metabolisme dan menyebabkan kerusakan pada ginjal.
7.Pestisida juga dapat mengganggu peredaran hormon sehingga menyebabkan efek testikular dan menimbulkan sejumlah penyakit seperti kanker prostat, problem reproduksi perempuan, kanker payudara, dan perubahan perilaku.
8.Sebuah penelitian di Cina, bahkan mengungkap pria yang terkena pengaruh pestisida selama bekerja ternyata berisiko mendapat gangguan kualitas sperma yang dapat mempengaruhi kesuburan.
9.Ditemukan katak cacat tanpa sebelah kaki akibat penggunaan pestisida kimia oleh staf pengajar Jurusan Konservasi Sumber Daya Hutan Fak. Kehutanan IPB.
10.Penipisan cangkang telur burung elang.
11.Mengganggu kehidupan perairan, misalnya membunuh ikan.
12.Gejala keracunan yang disebabkan oleh berbagai golongan pestisida :

Ramuan Pengendali hama cecara Umum
Bahan :
Daun mimba 8 kg
Lengkuas 6 kg
Serai 6 kg
Deterjen/sabun colek 20 g
Air 20 ltr

Cara membuat:
Daun mimba, lengkuas, dan serai ditumbuk atau dihaluskan. Seluruh bahan diaduk merata dalam 20 l air lalu direndam sehari semalam (24 jam). Keesokan harinya larutan disaring dengan kain halus. Larutan hasil penyaringan diencerkan kembali dengan 60 l air. Larutan sebanyak itu digunakan untuk lahan seluas 1 ha.
Aplikasi: Semprotkan cairan tersebut pada tanaman yang akan dilindungi


Ramuan pengendali hama wereng Coklat
Bahan :
Daun sirsak satu genggam
Rimpang jeringau satu genggam
Bawang putih 20 siung
Deterjen/sabun colek 20 g
Air 20 ltr

Cara membuat :
Daun sirsak, rimpang jeringau, dan bawang putih ditumbuk atau dihaluskan. Seluruh bahan dicampur dengan deterjen kemudian direndam dalam 20 l air selama 2 hari. Setiap 1 l larutan hasil saringan dapat diencerkan den gan 10-15 l air.
Aplikasi :
Semprotkan cairan ke tanaman yang terserang hama wereng cokelat. Hama ini biasanya terdapat di tanaman bagian bawah.

Ramuan pengendali hama belalang dan Ulat
Bahan :
Daun sirsak 50 lembar
Daun tembakau satu genggam
Deterjen/sabuncolek 20 g
Air 20 l

Cara membuat
Daun sirsak dan daun tembakau ditumbuk halus. Seluruh bahan diaduk rata dalam 20 l diendapkansemalam. Setiap 1 l larutan hasil saringan t diencerkan dengan air sebanyak 50-60 l .
Aplikasi :
Semprotkan cairan ke tanaman yang terserang, atau langsung pada hama yang terdapat pada tanaman.


Rauan pengendali Hama wereng Coklat walan sangit Penggerek Batang
Bahan :
Biji mimba 50 g
Alkohol 10 cc
Air 1 l

Cara membuat :
Biji mimba ditumbuk halus dan diaduk dengan 10 cc alkohol lalu diencerkan dengan 1 l air. Larutan diendapkan semalam. Keesokan harinya larutan disaring.
Aplikasi :
Semprotkan cairan pada tanaman yang terserang, atau langsung pada hamanya. Hama tidak langsung mati segera setelah disemprot, tetapi memerlukan waktu 2-3 hari untuk mati.

Ramuan Pengendali hama Thrips pada Cabai
Bahan :
Daun sirsak 50 - 100 lembar
Deterjen/sabuncolek 15 g
Air 5 l
Cara membuat :
Daun sirsak ditumbuk halus dicampur dengan 5 l air dan diendapkan semalam. Keesokan harinyalarutan disaring dengan kain halus. Setiap 1 l larutan diencerkan dengan 10-15 l air.
Aplikasi :
Semprotkan cairan tersebut ke seluruh bagian tanaman cabai, khususnya yang ada hamanya

Ramuan Pengendali Ulat Daun.
Bahan :
Serbuk bunga piretrum 50 - 100 lembar
Deterjen/sabun colek 10 g
Air 10 l

Cara membuat :
Bunga piretrum dihaluskan sampai menjadi serbuk. 25 g serbuk bunga piretrum diaduk dalam 10 l air dan ditambahkan sekitar 10 cc deterjen cair/sabun colek. Larutan diendapkan semalam, keesokan harinya larutan disaring dengan kain halus. Larutan siap digunakan.
Aplikasi :
Semprotkan larutan pada tanaman yang terserang hama atau langsung pada hama yang terdapat pada tanaman tersebut. Penyemprotan sebaiknya dilakukan sepagi mungkin atau pada sore hari.




Ramuan Pengendal Hama keong Mas.
Bahan :
Akar tuba 5-10 g, atau
Daun sembung 10-20 g
Deterjen/sabun colek 1 g
Air 1 l

Cara membuat :
Akar tuba atau daun sembung dihaluskan diaduk mereta dalam 1 l air dan ditambahkan sekitar 1 cc deterjen cair/sabun colek. Larutan diendapkan semalam lalu disaring.
Aplikasi :
Semprotkan atau siramkan larutan pada lahan atau sawah yang dihuni keong mas.

Ramuan pengendali Hama Tikus
Bahan :
Umbi gadung racun, atau gadung KB 1 kg
Dedak (padi atau jagung) 10 kg
Tepung ikan 1 ons
Kemiri (sebagai bahan penarik) sedikit
Air sedikit

Cara membuat :
Umbi gadung dikupas lalu dihaluskan. Semua bahan dicampur, diaduk rata, dan dibuat dalam bentuk pelet kering. Perbandingan umbi gadung dan campuran bahan lain adalah 1 : 10
Aplikasi :
Pelet yang sudah dibuat dari umbi gadung ditebarkan di pematang, di sarang tikus, atau di jalan-jalan yang dilewati tikus.


Memberantas penyakit Padi Yang sisebabkan oleh Cendawan
RAMUAN 1
Bahan :
Daun tembakau 1kg
Cabai rawit 1kg
Bawang merah 1 kg
Kapur 100 g
Belerang 100 g
Air secukupnya
Cara pembuatan
Semua bahan ramuan digiling menjadi satu hingga lembut, lalu ditambahkan air sebanyak 1/10 bagian bahan. Setelah itu, peras airnya agar mudah disaring.
Aplikasian:
Dosis pengaplikasiannya adalah setiap 1ml larutan pestisida dicampur dengan 250 ml air. Untuk satu tabung sprayer, dosisnya sebanyak 60 ml dan dicampur dengan 15 liter air. Larutan ini disemprotkan pada tanaman yang terserang penyakit.

Memberantas penyakit yang disebabkan oleh Cendawan
RAMUAN 2
Bahan
Kunyit 1 genggam
Daun tembakau 1 genggam
Daun cengkih 1 genggam
Daun sirsak 1 genggam
Daun paitan 1 genggam
Daun mindi 1 genggam
Daun mimba 1 genggam
Kapur 100 gram
Belerang 100 grama
Air secukupnya
Cara pembuatannya
Semua bahan, kecuali kapur dan belerang, dihaluskan dan dimasukkan dalam 50 liter air, lalu didiamkan selama empat minggu (ramuan A). Sementara kapur dan belerang ditumbuk halus dan direbus dalam 2 liter air, lalu disaring (ramuan B).
Aplikasian:
Pengaplikasian ramuan fungisida ini menggunakan campuran kedua ramuan A dan B. Sebanyak 1 liter ramuan A, 2 liter ramuan B, dan 5 liter air dicampur rata, lalu disemprotkan ke tanaman.

Babadotan
Bagian tumbuhan yang digunakan
Daun :
Untuk insektisida nabati, daun babadotan dapat langsung dihaluskan dengan mixer atau ditumbuk secara manual dan dicampur dengan pelarut. Selain untuk insektisida nabati, daun babadotan berkhasiat sebagai obat luka baru, wasir, sakit dada, mata, dan perut. Sementara akarnya sering digunakan sebagai obat demam.
Kandungan aktif
Daun dan bunganya mengandung saponin, flavanoid dan polifenol. Selain itu, daunnya mengandung minyak atsiri.

Hama yang dikendalikan
Daun yamg diekstrak dengan metanol pada konsentrasi 1% beracun terhadap serangga. Tepung daunnya yang dicampur dengan tepung terigu mampu menghambat pertumbuhan larva serangga menjadi pupa.

Bengkuang.
Bagian tumbuhan yang digunakan
Biji.
Biji bengkuang perlu dihaluskan terlebih dahulu sebelum digunakan dalam ramuan insektisida nabati.
Kandungan aktif
Biji bengkuang mengandung bahan yang toksik terhadap serangga, yaitu pachyrrhizid. Bahan yang bersifat toksik ini termasuk golongan rotenoid dan biasa digunakan sebagai insektisida. Otenoid merupakan racun penghambat metabolisme dan sistem saraf yang bekerja pelahan.
Hama yang dikendalikan
Serbuk atau tepung dari biji bengkuang dapat digunakan untuk melindungi benuh tanaman dari gangguan hama gudang. Serangga yang teracuni sering mati karena kelaparan yang disebakan oleh kelumpuhan alat-alat mulut.
Suren
Bagian tumbuhan yang digunakan
Daunnya. Namun, kulit batangnya berbau tajam dan dapat berperan sebagai pengusir hama. Penggunaan kulit batang sebagai bahan insektisida nabati sangat tidak dianjurkan mengingat akan mengganggu pertumbuhan tanaman bila kulit batangnya diambil.
Kandungan aktif, Daun suren mengandung surenon, surenin, dan surenolakton.
Hama yang dikendalikan:
Secara tradisonal, daunnya dipakai untuk mengusir hama di sawah. Sebagian petani menancapkan daun-daun suren di pinggiran sawah untuk menghalau walang sangit.
Pestisida hewani
Bahan dan ramuan pestisida hewani tidak sebanyak bahan dan ramuan pestisida nabati. Sampai saat ini hanya urin sapi yang diketahui berkhasiat sebagai pestisida, khususnya untuk pemberantasan penyakit virus dan cendawan. Pengaplikasian urin sapi dapat dilakukan secara tunggal atau dicampur dengan ramuan pestisida nabati.
Ramuan 1
Pestisida ini diaplikasikan dalam bentuk tunggal. Sebelum digunakan, urin sapi tersebut harus diendapkan terlebih dahulu dalam bak terbuka selama dua minggu agar terkena sinar matahari. Setelah itu, urin diencerkan denga 6 bagian air. Selanjutnya, larutan urin sapi ini dapat digunakan untuk pengendalian penyakit bercak cokelat dan blast.
Ramuan 2
Untuk pengendalian bercak cokelat dan tungro, urin sapi dibuat dalam bentuk ramuan bersama-sama dengan ramuan pestisida nabati sebagai berikut :

Bahan
Urin sapi 2 liter
Daun mimba 1 genggam
Daun tembakau 1 genggam
Kunyit 1 genggam
Air 12 liter
Cara membuatnya:
Daun mimba, daun tembakau, dan kunyit dihaluskan. Setelah itu, bahan dimasukkan dalam 12 liter air dan dibiarkan selama 14 hari. Selanjutnya, air rendaman ramuan tersebut disaring dan dicampur 2 liter urin sapi. Sebelum digunakan, urin sapi ini harus diendapkan terlebih dahulu selama 14 hari.
Cara pengaplikasian
Pengaplikasian ramuan pestisida ini dilakukan dengan cara disemprotkan pada tanaman yang terserang penyakit tungro atau bercak cokelat tanpa harus diencerkan terlebih dahulu.

Gadung
Bagian yang dipakai : Umbi

Kandungan: Diosgenin dan steroid saponin

Aplikasi: Untuk mengendalikanWalang Sangit

Cara Pembuatan:
Umbi gadung dengan berat 5 Kg, di parut kemudian
direndam dalam 10 liter air. 1 liter air hasil rendaman
dicampur dengan 14 liter air untuk disemotkan

Ramuan pengendali Ulat
Bahan
Cara pembuatan
Daun Gamal.
Daun gamal ditumbuk sampai halus dan dimasak dengan 5 liter air, lalu dinginkan. Tambahkan tembakau sambil diaduk-aduk. Didiamkan selama satu malam. Air sarinya siap digunakan dengan perbandingan 1⁄4 liter untu 10 liter air.




Ramuan Pengendali Ulat, Wereng dan Jamur
Bahan
Cara pembuatan
Lengkuas 1 kg
Jahe 1 kg
Kunyir 1kg
Umbi Gadung kg
Akar Tuba
Seluruh bahan ditumbuk atau diparut, Peras airnya dan dicampur satu sama lainnya, Bahan disimpan dalam botol selama 1 minggu dan siap digunakan Satu sendok bahan dapat dicampur dengan 1 liter air


Fungisida untuk Memberantas Jamur
Bahan
Cara Pembuatan
Lengkuas 1kg
Kunyit/kunir 1kg
Jahe 1 kg
Ketiga bahan ditumbuk atau diparut Ambil sarinya dengan cara diperas Bahan siap digunakan untuk 2 sendok makan dicampur dengan air 10-15 liter




Ramuan Pemberantas keriting Pada Cabe
Bahan

Cara Pembuatan
Abu dapur 2 kg
Tembakau 1⁄4 kg
Bubuk belerang 3 ons


Semua bahan dilarutkan kedalam air selama 3-5 hari, Bahan siap digunakan dengan mencampurkan air 10 liter untuk 1 gelas.


Ramuan Mempercepat Tanaman Berbuah
Bahan
Cara Pembuatannya
Telur ayam kampung 2 butir
Gula pasir atau tetes tebu 2 ons
Jeruk nipis 3 – 4 butir
Madu 3 sendok makan

Telur ayam dikocok/diaduk hingga kuning dan putih telurnya tercampur secara merata, Gula dilarutkan kedalam 1 liter air Peras jeruk nipis dan ambil airnya, Semua bahan dicampur sambil diaduk hingga merata atau dapat ditambahkan madu Larutan siap digunakan untuk 1⁄2 gelas dicampur dengan 14 liter air Disemprotkan pada bagian bawah daun setiap 10 hari, Penyemprotan dihentikan bila bunga sudah terbentuk



Kesimpulan.
Pada umumnya pestisida sintetik dapat membunuh langsung organisme sasaran dengan cepat. Hal ini berbeda dengan pestisida nabati, sebagai contoh insektisida nabati yang umumnya tidak dapat mematikan langsung serangga, biasanya berfungsi seperti berikut:
1.Menolak kehadiran serangga terutama disebabkan baunya yang menyengat
2.Menyebabkan serangga tidak menyukai tanaman, misalnya disebabkan rasa yang pahit
3.Mencegah serangga meletakkan telur dan menghentikan proses penetasan telur
4.Racun syaraf
5.Mengacaukan sistem hormon di dalam tubuh serangga
6.Sebagai pemikat kehadiran serangga yang dapat digunakan sebagai perangkap

Pestisida dari bahan nabati sebenarnya bukan hal yang baru tetapi
sudah lama digunakan, bahkan sama tuanya dengan pertanian itu sendiri.
Sejak pertanian masih dilakukan secara tradisional, petani di seluruh belahan
dunia telah terbiasa memakai bahan yang tersedia di alam untuk
mengendalikan organisme pengganggu tanaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar