MENUJU PERTANIAN ORGANIK

SELAMAT DATANG

Selasa, 01 November 2011

Penyuluhan metode pengendalian hama serangga pada tanaman dengan cara mekanik/fis

  1. I. PENDAHULUAN

  1. A. latar Belakang
Pengendalian hama tanaman merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam usaha tani. Pada belakangan tahun ini ada anggapan bahwa pengendalian hama yang paling efektif adalah dengan penyemprotan dengan menggunakan pestisida maupun insektisida. Namun, setelah terasa dampak negatif dari penggunaan pestisida maupun insektisida ini maka para ahli hama tidak lagi menganjurkan secara besar-besaran dalam penggunaan racun pestisida maupun insektisida.
Sesuai dengan tuntutan zaman, strategi dan teknik pengendalian hama harus memenuhi persyaratan yang ada hubungannnya dengan keamanan lingkungan dan keefektifannya yang lestari tanpa efek samping yang membuat masalah perlindungan tanaman itu lebih kompleks. Pengaruh samping pada lingkungan akibat kegiatan usaha tani kini mendapat perhatian yang lebih besar dari  pengambil kebijakan (pemerintah) umum dan petani sendiri (Soekirman, 1990).
Pengendalian hama tanpa pestisida/insektisida lebih diarahkan pada teknik-teknik budidaya, cara mekanik/fisik, dan cara biologi yang dapat menekan populasi hama. Dengan demikian, pengendalian hama bebas racun pestisida/insektisida merupakan suatu alternatif yang perlu disebarluaskan dan dikembangkan.
Serangga merupakan hama yang banyak jenisnya dan paling banyak menyerang  tanaman pertanian. Serangga banyak menyerang tanaman padi, palawija, dan buah-buahan dari benih, bibit, pucuk, akar, bunga, dan buah. Oleh karena itu, pengendalian hama utama umumnya merupakan pengendalian serangga sehingga obat-obatan kimia yang paling banyak diproduksi adalah insektisida (Kusnaedi, 1999).
Metode pengendalian hama serangga yang akan dijelaskan adalah dengan cara mekanik/fisik yang dapat dikembangkan sebagai pengaruh insektisida. Metode ini akan memanfaatkan sifat-sifat serangga yang tertarik pada cahaya, warna, aroma makanan atau bau tertentu. Caranya adalah dengan merangsang serangga untuk berkumpul dan hinggap pada perekat. Pada akhirnya serangga yang terperangkap tidak dapat terbang dan akan mati. Pengendalian hama dengan metode ini cukup efektif bila digunakan secara meluas dan tepat waktu sebelum terjadi ledakan hama.
  1. B. Tujuan
Mengembangkan metode pemberantasan hama untuk memperoleh keuntungan maksimal deng an biaya minimal selama jangka waktu yang panjang dengan memperhitungkan kendala ekologi dan sosiologi serta menunjang usaha pelestarian lingkungan yang diperlukan untuk kelangsungan usaha.
  1. C. Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya Penyuluhan metode pengendalian hama serangga pada tanaman dengan cara mekanik/fisik:
  1. Petani dapat menerapkan pemberantasan hama serangga secara mekanik atau fisik sehingga dapat mempertahankan ekologi dan kelestarian lingkungan sekitar.
  2. Petani dapat menghemat biaya produksi, sehingga pendapatan yang diperoleh akan meningkat.
  3. Tidak menyebabkan resistensi terhadap hama serangga itu sendiri akibat penggunaan insektisida secara berlebihan.
  4. Lebih aman, tidak menyebabkan timbulnya gangguan kesehatan manusia maupun makhluk hidup lainnya.
II. LANDASAN TEORI


  1. A. Metode dan Teknik Penyuluhan
    1. 1. Metode Penyuluhan
Metode penyuluhan seringkali digolongkan menurut target orang yang menghadiri kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh lapangan. Penggolongan metode penyuluhan ini dapat digolongkan sebagai berikut :
  1. Metode perseorangan
  2. Metode kelompok
  3. Metode massa
(Suhardiyono, 1992).
Petani mengikuti proses komunikasi terjadi suatu proses belajar pada diri petani dan ini sudah merupakan suatu bentuk penyuluhan dengan harapan petani mau mengadopsi dari inovasi yang disampaikan demi untuk peningkatan kesejahteraan petani dan keluarganya (Eni Lestari, 2002).
Bertolak dari pemahaman tentang pengertian “penyuluhan” seperti itu pemilihan metode penyuluhan dapat dilaksanakan dengan melakukan pendekatan-pendekatan seperti berikut :
  1. Metode penyuluhan dan proses komunikasi
  2. Metode penyuluhan menurut media yang digunakan
  3. Metode penyuluhan menurut penyuluh dan sasarannya
  4. Metode penyuluhan menurut keadaan psikososial sasarannya
  5. Metode penyuluhan dalam pendidikan luar sekolah
  6. Metode penyuluhan dalam pendidikan orang dewasa
(Departemen Kehutanan, 1996).
Metode penyuluhan dengan menggunakan penggolongan media massa kelihatannya dapat mempercepat proses perubahan tetapi jarang dapat mewujudkan perubahan dalam perilaku. Hal ini disebabkan karena pengirim dan penerima pesan cenderung mengunakan proses-proses selektif saat menggunakan media massa sehingga pesan pengirim mengalami distorsi. Proses-proses tersebut meliputi publikasi selektif, perhatian selektif, persepsi selektif, daya ingat selektif, penerimaan selektif dan diskusi selektif. Media massa memenuhi beberapa fungsi di dalam masyarakat dan turut berperan mengubah masyarakta tersebut yang mencakup menentukan jadwal diskusi yang penting, mengalihkan pengetahuan, membentuk mdan mengubah pendapat serta mengubah perilaku (Woods, et all).
  1. 2. Teknik Penyuluhan
Teknik individu kunci sangat efektif dan efisien sebab :
  1. Penyuluh tidak perlu berhadapan langsung dengan seluruh warga masyarakat sehingga menghemat waktu dan biaya.
  2. Penyuluhan kepada masyarakat lebih efektif karena dilakukan sendiri oleh individu kunci yang sudah dikenal dan diakui sebagai panutan yang baik oleh masyarakat setempat.
(Departemen Kehutanan, 1996).
Beragam teknik penyuluhan, diantaranya adalah kunjungan rumah, kunjungan ke lahan usaha tani, surat menyurat, hubungan telepon, kontrak informal, magang, dan lain sebagainya. Teknik lain yang diungkapkan adalah temu karya, demonstrasi cara, demontsrasi hasil, karya wisata, kursus tani, temu karya, temu lapang, temu usaha, mimbar sarasehan, perlombaan, dan lain sebagainya (Setiana, 2005).
  1. 3. Alat Bantu Penyuluhan
Alat ini diperlukan untuk mempermudah penyuluh selama melaksanakan kegiatan penyuluhan, baik dalam menentukan atau memilih materi penyuluhan atau menerangkan inovasi yang disuluhkan (Mardikanto, 1993).
Alat bantu penyuluhan adalah alat-alat/sarana penyuluhan yang diperlukan oleh seseorang penyuluh guna memperlancar proses mengajarnya selama kegiatan penyuluhan itu di dilaksanakan. Alat ini diperlukan untuk mempermudah penyuluh selama melakukan kegiatan penyuluhan, baik dalam menentukan/memilih materi penyuluhan/menerangkan inovasi yang disuluhkan (Departemen Kehutanan, 1996).
  1. 4. Alat peraga penyuluhan
Satu hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan alat peraga di dalam pelaksanaan penyuluhan adalah pemilihan alat peraga yang paling efektif dan efisien untuk tujuan perubahan perilaku sasaran, yang diinginkan penyuluhnya. Pengetahuan tentang pemilihan alat peraga yang paling efektif efisien sangat penting karena :
  1. Tidak semua alat peraga selalu tersedia/mudah disediakan oleh penyuluhnya pada sembarang tempat dan waktu.
  2. Alat peraga yang mahal tidak selalu merupakan jaminan sebagai alat peraga yang efektif untuk tujuan perubahan perilaku tertentu.
  3. Untuk tujuan perubahan perilaku tertentu, tersedia banyak alternatif alat peraga yang dapat digunakan, tapi dengan tingkat efektifitas dan tingkat kemahalan yang berbeda.
(Departemen Kehutanan, 1996).
Alat peraga yang dipergunakan dengan tepat dan baik dapat memberikan keuntungan dalam penyuluhan antara lain :
  1. Menghindarkan salah pengertian/salah interpretasi.
  2. Memperjelas materi yang dibicarakan dan lebih mudah dimengerti.
  3. Memberikan dorongan yang kuat untuk menerapkan materi yang dianjurkan.
Alat peraga adalah alat bantu mengajar/menyuluh yang dapat dilihat, didengar, dirasa dan diraba. Alat peraga dapat dipergunakan secara tunggal maupun kombinasi, alat peraga haruslah memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
  1. Alat peraga harus mudah dikenali dan dimengerti oleh sasaran.
  2. Gagasan yang terkandung didalamnya harus dapat diterima oleh sasaran.
(Suhardiyono, 1992).
  1. 5. Evaluasi
Pemantauan dan Evaluasi :
1)     Pemantauan :
Untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan lapangan, permasalahan dan hasil kaji terap dilakukan pemantauan oleh Penyuluh Pertanian secara teratur dan berkesinambungan. Pemantauan perkembangan penyelenggaraan dan pelaksanaan dilakukan mulai dari tingkat pusat, propinsi, kabupaten dan lapangan.
Pemantauan oleh penyuluh pertanian dapat dilakukan melalui pengamatan lapangan secara langsung selama pelaksanaan kaji terap atau menganalisa data dan laporan yang diterima dari penyuluh pertanian di lapangan.
2)     Evaluasi :
Evaluasi dapat dilakukkan selama kegiatan berlangsung dan pada waktu kegiatan telah selesai. Hal-hal yanng dievaluasi adalah materi pelaksanaan, lokasi dan biaya penyelanggaraan.
Evaluasi lapangan dilakukan untuk menilai efektivitas penerapan praktis dari kursus yang telah dilaksanakan. Cara evaluasi dapat melalui wawancara, pengamatan lapangan, dan mengisi daftar pertanyaan (kuesioner).
(Rokhman, 2007)
Ada beberapa kegunaan yang dapat diperoleh para warga belajar penyuluhan dan penyuluh dari hasil evaluasi. Bagi para warga belajar, evaluasi di samping menunjukkan tingkat kemajuan yang telah berhasil dicapai, dapat juga merangsang tumbuhnya motivasi untuk tetap teguh mempelajari perilaku yang hendak dicapai (Sutarto dkk, 1996).
  1. B. Materi Penyuluhan
Pemberantasan hama terpadu adalah suatu konsepsi pemberantasan yang memenuhi definisi pemberantasan hama dengan cara menerapkan semua metode satu sama lain kompatibel dan memenuhi persyaratan ekonomi, ekologi dan toksikologi dengan mengutamakan faktor pembatas alamiah dan ambang ekonomi (Brader, 1974).
Dalam pengertian ekologi yang sebenarnya serangga adalah penguasa dunia, dan lebih dari kelompok lainnya meraka adalah konsumen tumbuh-tumbuhan yang utama (Soekirman, 1990).
Beberapa tindakan (metode) pemberantasan dalam PHT merupakan komponen yang dibagi dalam dua kategori, yaitu:
  1. Tindakan yang mempunyai pengaruh jangka panjang, meliputi: (i) pemberantasan biologi, (ii) penanaman varietas/klon resisten, (iii) tindakan kultur teknik.
  2. Tindakan yang mempunyai pengaruh jangka pendek yaitu pemberantasan secara kimia.
(Soekirman, 1990)
Pada umumnya, hama serangga menyerang tanaman pada fase ulat atau kupu-kupu. Pengendalian dengan perangkap cukup efektif dilakukan untuk serangga pada fase kupu-kupu atau kumbang yang dapat terbang (Kusnaedi, 1996).
Pengendalian serangga hama yang biasa dilakukan menggunakan insektisida. Pemakaian insektisida yang terus menerus dan dosis yang tidak tepat tidak akan memberikan hasil yang memuaskan. Namun, justru menyebabkan kerugian bagi lingkungan seperti terbunuhnya parasit, predator dan patogen. Akibat pemakaian insektisida, resistensi hama telah terjadi di Quesland, Australia dan telah menyebabkan gagalnya produksi kapas pada tahun 1983 (Guning et al, 1984 : Subiyakto, 1987).
  1. II. DASAR PEMILIHAN METODE DAN TEKNIK PENYULUHAN

  1. A. Sasaran
    1. Golongan umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah masing-masing golongan dan keseluruhan.
Tabel 1.1 Penduduk Menurut Pendidikan Kecamatan Tasikmadu 2007
Uraian Banyaknya
Tamat Akademi/PT Tamat SLTA
Tamat SLTP
Tamat SD
Tidak tamat SD
Belum tamat SD
Tidak/belum pernah sekolah
1.566 8.677
11.401
16.252
3.199
4.845
4.228
Jumlah 50.228
Jumlah penduduk di Kecamatan Tasikmadu berdasarkan registrasi tahun 2005 sebanyak 54698 jiwa yang teridiri dari laki-laki 27.161 jiwa dan perempuan sebanyak 27.537 jiwa. Dibandingkan tahun 2004, maka terdapat pertambahan penduduk sebanyak 397 jiwa atau mengalami pertumbuhan sebesar 0.73 %.
Desa dengan penduduk terbanyak adalah desa Papahan, yaitu 6624 jiwa (12,11%), kemudian desa Suruh, yaitu 6.605 jiwa (12,08%). Sedangkan desa dengan jumlah penduduk paling sedikit adalah desa Wonolopo, yaitu 4.446 jiwa (8,13% ) dan desa Buran, yaitu 4.517 jiwa (8,26%).
Sesuai dengan kondisi Kecamatan Tasikmadu yang dekat dengan perkotaan, maka seagian besar penduduknya mempunyai mata pencaharian di sektor industri dengan buruh industri /karyawan swasta sebanyak 14.615 orang (32,11%), kemudian sektor pertanian (petani dan buruh tani), yaitu 12.971 orang (28,49%), buruh bangunan 2.879 orang (6,23%) dan pedagang sebanyak 2.152 orang (4,73%) selebihnya adalah sebagai pengusaha di sektor pengangkutan, PNS/TNI/Polri, Pensiunan, jasa-jasa dan lain-lain.
  1. Adat Kebiasaan, Norma-Norma dan Pola Kepemimpinan
Adat kebiasaan maupun norma-norma yang ada di Kecamatan Tasikmadu cukup beragam macamnya. Adapaun adat kebiasaan maupun norma-norma yang masih ada hingga saat ini adalah rasulan atau bersih dusun, kondangan, pagelaran wayang kulit, upacara “Dewi Sri” atau upacara dengan memberikan sesaji sebagai ungkapan rasa syukur saat panen tiba, serta cembengan dan dilanjutkan panenan menjelang panen dan giling tebu.
Menyangkut pola kepemimpinan, masyarakat di Kecamatan Tasikmadu masih menghormati para pemimpin maupun tokoh masyarakat yang ada seperti aparat pemerintah setempat maupun tokoh agama (ulama, pendeta dan lainnya). Hal ini disebabkan karena adanya pola kepemimpinan di Kecamatan Tasikmadu merupakan tipe kepemimpinan kharismatik dan juga dipengaruhi faktor kebiasaan dari masyarakat yang sudah ada secara turun menurun.
  1. Bentuk Usaha Tani
Bentuk usaha tani yang ada di Kecamatan Tasikmadu, Kabupaten Karanganyar ini berupa Pertanian, , Peternakan dan Perikanan. Pada sektor pertanian banyak yang mengusahakan tanaman padi dan palawija. Pada sektor peternakan mengusahakan ternak ayam, bebek, sapi,  kambing, babi dan hewan ternak lainnya yang jumlahnya tidak terlalu banyak. Sedangkan pada sektor perikanan sebagian petani mengusahakan ternak ikan air tawar  berupa ikan lele maupun nila atau ikan gurami dengan menggunakan lahan disekitar rumah mereka.
  1. Kesediaan Individu Sebagai Demonstrator
Petani maju merupakan petani yang menjadi teladan atau contoh bagi masyarakat tani lainnya. Sedangkan petani pengikut adalah petani yang berusaha menauladani petani maju tersebut. Dalam pelaksanaan usaha tani di Kecamatan Tasikmadu, petani maju dengan ikhlas memberikan pengarahan atau informasi kepada petani pengikut  tentang cara atau teknik usaha tani yang telah dirasa berhasil diterapkan oleh petani maju tersebut. Sehingga para petani pengikut lebih mudah percaya karena telah terbukti dengan nyata.
  1. Tingkat Ad­opsi
Tingkat adopsi petani terhadap suatu inovasi baru cukup bervariasi. Hal ini dapat dikarenakan tingkat pengetahuan atau pendidikan maupun pengalaman yang dienyam oleh setiap petani berbeda-beda, selain itu umur juga mempengaruhi tingkat adopsi petani. Apabila ada teknologi atau inovasi baru  yang masuk di Kecamatan Tasikmadu semua petani menerima (baik petani maju maupun petani pengikut) tetapi, tidak semua petani melakukannya. Petani maju mudah menerima, mencoba dan menerapkannya dalam usaha tani mereka. Akan tetapi pada petani pengikut, mereka hanya menerapkan inovasi setelah usaha tani yang dilakukan kelompok petani maju mengalami keberhasilan.

  1. B. Penyuluhan dan Kelengkapannya
    1. Kemampuan penyuluh, jumlah penyuluh pengetahuan dan ketrampilan penyuluh.
Penyuluh dapat berfungsi sebagai motivator dan juga sebagai fasilitator bagi para petani, dengan memperhatikan situasi dan kondisi berdasarkan pengalaman masa lalu, masa sekarang maupun orientasi pada masa depan. Penyuluh dapat menyampaikan atau memberikan inovasi maupun teknologi baru yang sekiranya sesuai dan dapat diterapkan oleh petani di Kecamatan Tasikmadu.
Jumlah penyuluh sekurang-kurangnya 5 orang dan masing-masing penyuluh terbagi dalam dua wilayah/desa. Dengan setiap penyuluh menguasai dua wilayah diharapkan penyuluh dapat bekerja secara efektif dan efisien.
  1. Materi Penyuluhan
Metode pengendalian hama serangga yang akan dijelaskan merupakan pengendalian hama dengan menggunakan  perangkap. Metode ini memanfaatkan  sifat-sifat serangga yang tertarik terhadap cahaya, warna, aroma makanan, atau bau tertentu.
Pada pembuatan dan penggunaan perangkap ini harus memperhatikan faktor-faktor lingkungan, sifat-sifat tanaman dan sifat hama itu sendiri. Hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
  1. Ukuran dan jenis serangga yang akan diperangkap
  2. Kebiasaan serangga keluar, siang atau malam hari
  3. Stadium kehidupan serangga: saat menjadi ulat, kupu-kupu atau menjadi kumbang yang bisa terbang.
  4. Makanan kesukaannya, termasuk aroma kesukaannya.
  5. Warna kesuakaannya
  6. Kekuatan dan kemampuan hama untuk berinteraksi terhadap tanaman.
  7. Cara berjalan atau cara terbang hama, termasuk kemampuan terbang suatu serangga menjangkau umpan atau jerat.
  8. Ketersediaan bahan di lokasi.
Beberapa contoh serangga yang dapat di kendalikan dengan alat perangkap diantaranya adalah sebagai berikut
  1. Hama padi
  2. Penggerek batang
  • Penggerak batang putih (Scirpophaga innotata)
  • Penggerak batang kuning (Scirpophaga incertulas)
  • Penggerak batang bergaris (Chilo suppressalis)
  • Penggerak batang merah jambu (Sesamia inferense)

  1. Ganjur
Pachydiplosis oryzae
  1. Wereng padi
  • Wereng hijau (Nephotettix impicticeps)
  • Wereng coklat (Nilaparvata lugens)
  • Wereng putih (Sogatella furcifer )
  • Wereng bergaris (Naphotettix apicalis)
  1. Walang sangit (Leptocorixa acuta)
  2. Hama putih (Nymphula depunctalis )
  3. Kupu-kupu ulat tanah (Spodoptera mauritia)
  4. Kepinding (Scotinophora)
  5. Hama kacang-kacangan
    1. Lalat bibit (Agromyza sp.)
    2. Penggerek polong (Etiella zinckenella)
    3. Penghisap daun (Lamprosema indica)
    4. Ulat tanah (Agrotis sp.)
    5. Hama buah-buahan
      1. Tungau daun atau gurem
      2. Penghisap buah lada (Daynus piperis)
      3. Penghisap buah kakao (Helopeltis antonii)
      4. Kepik atau kepinding (ordo Hemiptera)
      5. Kutu daun (Phytopthires)
      6. Lalat buah
Perangkap serangga yang akan dijelaskan berikut mamanfaatkan serangga fase kupu-kupu/kumbang yang dapat  terbang dengan memanfaatkan sifat-sifat berikut:
  1. Tertarik dengan cahaya
  2. Tertarik pada bau atau aroma tertentu, termasuk bau busuk dan esens buah.
  3. Dapat terbang atau merayap sendiri menuju sumber cahaya.
  4. Umumnya serangga berukuran kecil hingga mudah dijerat dengan perekat.
  5. Tertarik dengan warna mencolok, terutama warna kuning atau ungu
  6. Aktif pada siang atau malam
Alat atau bahan yang digunakan untuk perangkap dapat berupa lem buatan atau getah yang lengket (misalnya getah nangka), air, minyak aspal atau alat perangkap khusus.
Berikut ini beberapa jenis perangkap serangga yang dapat dibuat.
  1. Perangkap cahaya
Mengingat serangga tertarik dengan cahaya, khususnya cahaya kuning, maka dengan menjeratnya dapat menggunakan perangkap lampu minyak tanah (lampu templek/lentera) yang diletakkan pada papan yang telah diolesi dengan perekat kemudia dipasang pada lahan-lahan pertanian.
Perangkap cahaya dapat menggunakan cahaya lampu minyak tanah atau lampu  listrik dari aki, solar sel, dinamo kincir angin, air atau disel. Perangkap cahaya ini cocok untuk hama yang aktif pad malam hari, seperti penggerek batang, ganjur dan walang sangit.
Cara pembuatannya adalah sebagai berikut:
  • Papan persegi dibuat dengan ukuran 30cm x 30cm beserta tiang penancapnya.
  • Setelah papan diberi bahan perekat, lampu lentera diletakkan diatasnya. Agar tidak mudah tumpah, lampu lentera diletakkan diatas papan dengan cara diikat.
  • Pada musim hujan dibuat atap dari seng atau kaleng bekas untuk pelindung lentera. Akan lebih baik lagi bila digunakan lentera yang tahan angin dan hujan seperti lentera untuk nelayan.
  • Perangkap diletakkan disawah atau ladang pada malam hari minimum satu lentera untuk luas lahan 100 m2 . namun, jika jumlah serangga yang terlihat semakin banyak maka agar lebih efektif jumlah perangkap yang dipasang juga semakin banyak.
  • Sebaiknya perangkap dipasang pada saat belum berkembangnya hama. Berikut ini jadwal yang dapat dipakai untuk pemasangan perangkap.
  1. Setelah dilakukan pencangkulan untuk penangkapan serangga pertama dan sebelum terjadinya ledakan/perkembangbiakan serangga tersebut.
  2. Untuk tanaman kacang-kacangan, perlakuan kedua dilakukan pada saat benih mulai muncul tunasnya.
  3. Perlakuan berikutnya dilakukan pada saat tanaman akan berbunga atau berbuah.
  • Lama pemsangan perangkap dapat satu malam atau lebih. Bila pada malam pertama serangga yang terperangkap hanya sedikit maka dapat dicoba pemasangan perangkap pada malam kedua. Bila serangga yang terperangkap masih sedikit maka pemasangan perangkap dapat dihentikan.
  1. Perangkap warna
Bila terdapat serangga yang aktif pada siang hari dapat dibuat perangkap dengan menggunakan papan warna kuning. Warna kuning tersebut menarik untuk dihinggapi serangga hingga serangga akan terperangkap dan mati. Kelebihan perangkap ini bersifat praktis, efisien dan murah. Namun, perangkap ini hanya dapat menjerat serangga yang aktif pada siang hari.
  1. Perangkap umpan
Umpan yang diberikan dapat berupa makanan yang disenangi serangga misalnya lalat buah maka umpannya adalah buah atau buah-buahan tiruan yang dilaburi lem dan aroma atau esens buah-buahan yang banyak dijual ditoko kimia.
Perangkap umpan ini dapat digunakan untuk menjerat serangga yang aktif pada siang hari maupun pada malam hari. Kelemahan penggunaan alat ini adalah kesulitan untuk mengidentifikasi umpan yang sesuai dengan serangga tertentu.
  1. Perangkap bau dan aroma
Umumnya serangga tertarik dengan aroma tertentu, misalnya bau tape, bau busuk atau bau harum. Sifat ini dimanfaatkan untuk menarik serangga agar berkerumun. Setelah itu serangga dijerat dengan perekat.
Penggunaan perangkap dengan menggunakan bau dapat dilakukan dengan media ketam sawah (yuyu) dapat diterapkan untuk menjerat walang sangit. Secara tradisional, cara ini banyak diterapkan oleh petani didaerah Jawa Barat. Caranya dengan menggantungkan bangak ketam dipinggir sawah. Ternyata dari hasil pengamatan, perangkap ini memang dapat menjerat puluhan, bahkan ratusan walang sangit dan kepik hijau. Perangkap ini akan lebih efektif jika dipadukan dengan perangkap perekat (Kusnaedi, 1999)
Langkah kerja pembuatan perangkap bangkai ketam adalah sebagai berikut:
  1. Membuat papan berukuran kira-kira 30cm x  30cm dan di beri penyangga. Papan di letakkan dalam keadaan menghadap keatas/tengadah dan kemudian diolesi dengan perekat.
  2. Ketam sawah dimatikan dan dibiarkan hingga membusuk dan diletakkan diatas papan yang telah diolesi dengan perekat.
  3. Perangkap kurung
Selain dengan menggunakan perekat atau cairan, dapat pula dibuat perangkap serangga yang berupa perangkap kurang. Penggunaan perangkap kurung ini adalah dengan memanfaatkan sifat serangga yang tertarik terahadap cahaya, warna dan umpan serta sifat serangga yang mempunyai kecenderungan terbang menuju ke atas atau kesamping, terutama kearah yang lebih terang.
Sistem perangkap kurung ini sebenarnya sudah mulai diperkenalkan di Eropa pada awal abad ke 20 dan penggunaannya masih mengkhusus untuk menangkap lalat. Oleh karena pada saat itu terjadi revolusi dibidang pertanian, khususnya penggunaan bahan kimia insektisida secara besar-besaran, cara ini dianggap kurang efektif sehingga nyaris terlupakan. Pada saat ini penggunaan perangkap kurung bertujuan untuk mengurangi penggunaan pestisida yang berlebihan. Penggunaannya pun tidak terbatas pada lalat saja, tatapi dapat untuk menangkap semua serangga. Keefektifan alat ini tergantung pada banyaknya perangkap yang dipasang persatuan luas tertentu. (Kusnaedi, 1999).
Bahan yang dipergunakan untuk membuat perangkap kurung kerucut dapat dari plastik yang dirancang khusus atau dari kawat. Bahkan, dapat pula digunakan bahan-bahan yang sederhana dan mudah didapat, seperti toples dan corong.
  1. Sarana dan Prasarana penyuluhan
Sarana dan prasarana adalah segala sesuatu yang digunakan untuk membantu jalannya penyuluhan, dapat berupa alat bantu maupun alat peraga. Karena penyuluhan dilaksanakan disuatu ruangan tentu saja alat Bantu yang pertama diperlukan yaitu berupa ruangan beserta alat Bantu dalam ruangannya yaitu berupa pengeras suara, penata cahaya (lampu), penata udara (kipas angin/AC). Selain itu, juga diperlukan lembar persiapan penyuluhan yang berupa Lembar Persipan Menyuluh (LPM) yang berisi materi yang akan disampaikan yaitu materi tentang “Metode Pengendalian Hama Serangga pada Tanaman Secara Mekanik/Fisik”, Lembar Persiapan Kerja (LPK) dan Lembar Persiapan Latihan (LPL).
Alat bantu yang lain meliputi ; buku catatan, meja kursi, alat tulis (spidol, pulpen, pensil), white board.
Alat peraga yang akan digunakan dalam penyuluhan nanti adalah berupa cetakan leaflet yaitu selembar kertas yang dilipat menjadi dua yang berisi informasi mengenai Sistem Usaha Tani Integrasi Tanaman – Ternak beserta foto atau gambar.
Alat-alat peraga yang efektif harus dapat memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu antara lain :
  1. Sederhana
  2. Mengemukakan gagasan baru
  3. Menarik perhatian
  4. Menggunakan bahasa yang sederhana
karena persyaratan yang demikian, maka dalam pembuatan/penggunaan alat peraga haruslah memperhatikan bentuk serta ukuran dari materi-materi yang ditonjolkan sehingga timbul kesan seimbang dan serasi (Suhardiyono, 1992).
  1. Biaya yang ada
Biaya yang ada dalam penyuluhan mengenai metode pengendalian hama serangga pada tanaman organik secara mekanik/fisik ini diperoleh dari APBD dan swadaya dari petani itu sendiri.
  1. C. Keadaan Daerah
    1. Musim/Iklim
Kecamatan Tasikmadu merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di Kabupaten Karanganyar. Kecamatan Tasikmadu terletak di dataran rendah dengan suhu rata-rata 280C.
  1. Keadaan lapang (topografi), jenis tanah, sistem pengairan dan pertanaman
Kecamatan Tasikmadu mempunyai luas wilayah 27,6 Km2. Jarak dari ibu kota Kabupaten 4,2 Km kearah Tenggara.  Dengan ketinggian rata-rata 140 m diatas permukaan air laut.
Batas wilayah Kecamatan Tasikmadu :
Sebelah Utara               : Kecamatan Mojogedang
Sebelah Selatan : Kecamatan Karanganyar dan Kecamatan Jaten
Sebelah Barat               : Kecamatan Jaten dan Kecamatan Kebakkramat
Sebelah Timur               : Kecamatan Karanganyar
Luas wilayah Kecamatan Tasikmadu adalah 2.759.7300 Ha, yang teridiri dari  luas tanah sawah 1.747.8991 Ha dan luas tanah kering 1.011.8309 Ha. Tanah sawah terdiri dari irigsi teknis 1.747.8991 Ha, ½ teknis 0,0000 Ha, sederhana 0,0000 Ha dan tadah hujan 4,0225 Ha. Sementara itu luas tanah untuk pekarangan/bangunan 826.6118 Ha dan luas untuk tegalan/ladang 80.1656 Ha. Di Kecamatan Tasikmadu tidak terdapat hutan negara dan tanah lainnya seluas 102.6258 Ha.
  1. Perhubungan jalan, listrik dan telepon
Pembangunan di sektor perhubungan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup berarti dengan adanya perbaikan jalan raya dan juga ditunjang pula penambahan angkutan pedesaan dan perkotaan dan semakin meningkatnya jumlah kendaraan bermotor.
Perhubungan jalan di Kecamatan Tasikmadu sudah terbilang baik. Hal ini ditandai dengan jalan yang sudah terbuat dari aspal. Dengan semakin banyaknya jalan yang terbuat dari aspal maka lalu lintas/sistem transportasi yang ada juga lancar.
Aliran listrik yang ada sudah merata. Masyarakat di Kecamatan Tasikmadu sudah seluruhnya memakai listrik. Sehingga peralatan elektronik yang dibutuhkan masyarakat sudah dapat dimanfaatkan dengan baik.
Aliran telekomunikasi juga tersedia jaringan yang cukup sehingga masyarakat bisa menikmati jasa telekomunikasi, baik melalui jaringan  kabel maupun nirkabel (tanpa kabel).
  1. D. Kebijakan Pemerintah Pusat, Daerah dan Setempat
    1. Undang-Undang Sistim Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Kehutanan     No. 16. Th. 2006 tanggal 18 November 2006.
    2. Inpres No. 13 tahun 2005 tentang Harga Dasar Gabah
    3. SK Mentan tentang subsidi benih padi, jagung hibrida dan kedelai tahun 2007.
    4. Peraturan Gubernur Jateng No. 68 tahun 2006 tanggal 12 Agustus 2006 tentang Pedoman Umum Gerakan Pembangunan Mandiri Pangan (Gerbang Mapan) Provinsi Jawa Tengah.
IV. METODE DAN TEKNIK PENYULUHAN

  1. A. Metode Penyuluhan
Metode adalah cara penyuluhan untuk merndekatkan dirinya dengan masyarakat sasaran (Mardikanto, 2005).
Setiap penyuluhan pertanian mempunyai tugas yang menjadi tanggung jawab untuk mengkomunikasikan inovasi, yang berarti dapat mengubah perilaku masyarakat sasaran agar mau, tau dan mampu menerapkan inovasi tersebut demi tercapainya perbaikan mutu dan kualitas hidupnya.
Setiap pelaksanaan penyuluhan pertanian, setiap penyuluh harus mamahami dan mampu memilih metode penyuluhan yang paling baik sebagai “cara terpilih” untuk tercapainya suatu tujuan penyuluhan yang dilaksanakannya (Soesmono, 1975 : Mardikanto, 2005).
Pada dasarnya metode penyuluhan yang  tepat adalah disesuaikan dengan kebutuhan sasaran. Dalam penerapan metode penyuluhan, setiap penyuluh perlu memahami karakteristik setiap individunya yang beragam, baik dalam lingkungan fisik dan sosialny, kebutuhannya serta tujuan-tujuan yang diinginkannya. Dengan diketahuinya kondisi dan situasi sasaran maka, kegiatan penyuluhan dapat terasa nyaman dalam diskusi maupun sharing mengenai permasalahan yang dihadapi maupun untuk mengembangkan kreativitasnya untuk memanfaatkan potensi dan peluang yang ada.
Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah metode dengan menggunakan media cetak berupa leaflet dan menggunakan media lisan yang disampaikan secara langsung. Alasan pemilihan metode ini penyuluh dapat memberi g ambaran dan berkomunikasi secara langsung dengan kelompok sasaran. Dengan metode ini, kelompok sasaran diharapkan aktif dalam menyampaikan pesan, bertanya dan memecahkan permasalahan yang dialami secara bersama-sama. Selain metode penyuluhan dengan menggunakan media cetak dan media lisan, penyuluh juga menggunakan pendekatan kelompok. Pendekatan kelompok dilakukan dengan cara penyuluh berkomunikasi dengan kelompok sasaran pada waktu yang sama, misalnya seperti pertemuan dilapang, penyelenggaraan latihan dan lain-lain.
  1. B. Teknik Penyuluhan
Teknik penyuluhan adalah cara yang digunakan oleh penyuluh untuk mendekatkan materi pada sasaran atau petani. Dalam penyuluhan terdapat berbagai macam teknik yang bisa digunakan.
Dalam penyuluhan ini, penyuluh menggunakan tiga macam teknik penyuluhan. Teknik penyuluhan yang digunakan berupa teknik diskusi, demonstrasi dan dengan menggunakan media cetak. Diskusi bertujuan mengajak petani untuk membahas permasalahan besarta alternatif pemecahan masalah yang terjadi. Teknik demonstrasi, cara ini dipandang paling efektif , yaitu deng an menunjukkan, membuktikan dan memperagakan alat/sesuatu senyata-nyatanya agar orang lain memperacayainya. Teknik berikutnya adalah dengan media cetak, yaitu penyuluhan dengan menggunakan media cetak berupa leaflet yang dibagikan saat penyuluhan akan dilakukan. Alasan penggunaan ketiga teknik ini yaitu, agar petani cepat mengerti materi yang disampaikan dan juga bisa mempraktekkan materi, seperti pembuatan perangkap serangga.
  1. C. Alat Bantu Penyuluhan
Alat Bantu Penyuluhan adalah alat-alat atau sarana penyuluhan yang diperlukan oleh seorang penyuluh guna memperlancar proses mengajarnya selama kegiatan penyuluhan dilaksanakan.
Mengingat penyuluhan pada kali ini dilaksanakan didalam ruangan maka, perlu membutuhkan sejumlah peralatan antara lain papan tulis, alat tulis, pengeras suara, penata cahaya/lampu, penata udara (AC atau kipas angin). Selain itu perlu juga mempersiapkan kurikulum yang akan sangat membantu penyuluh dalam merancang kegiatan penyuluhan yang akan dilaksanakan. Adanya kurikulum tanpa yang telah dipersiapakan, sebenarnya belum cukup membantu kelancaran kegiatan penyuluhan, misalnya dengan mempersiapkan beragam lembar persiapan penyuluhan berupa
  1. Lembar Persiapan Menyuluh (LPM) yang berisi materi/pokok-pokok bahasan yang akan disampaikan
  2. Lembar Persiapan Latihan (LPL) yang menyangkut aspek pengetahuan dan ketrampilan.
  3. Lembar Persiapan Kerja (LPK) yang akan digunakan saat latihan.
  4. D. Alat Peraga Penyuluhan
Alat Peraga Penyuluhan yaitu alat atau benda yang dapat diamati, didengar, diraba atau dirasakan oleh indera manusia, yang berfungsi sebagai alat untuk memeragakan dan atau menjelaskan uraian yang disampaikan secara lisan oleh penyuluh guna membantu proses balajar mengajar sasaran penyuluhan, agar materi penyuluhan lebih mudah diterima dan dipahami oleh sasaran penyuluhan yang bersangkutan.
Alat peraga yang akan digunakan dalam penyuluhan nanti adalah berupa cetakan leaflet yaitu selembar kertas yang dilipat menjadi dua yang berisi informasi mengenai Metode Pengendalian Hama Serangga Secara Mekanik/Fisik. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar petani lebih mudah dan jelas dalam menerima materi yang disampaikan sehingga mendukung proses penyuluhan nantinya lancar sehingga tujuan daripada penyuluhan tersebut tercapai.
  1. E. Evaluasi
Evaluasi sangat diperlukan dalam setiap kegiatan, termasuk dalam penyuluhan pada kali ini. Evaluasi dapat dilakukan pada saat kegiatan berlangsung maupun setelah kegiatan selesai dilakukan. Evaluasi diperlukan untuk membuat keputusan yang hendak diambil dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas suatu kegiatan.
Evaluasi yang akan dilakukan dalam penerapan metode dan teknik penyuluhan mengenai Metode Pengendalian Hama Serangga Secara Mekanik/Fisik ada dua tahap dimana evaluasi dilakukan dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab untuk mengukur sejauh mana kegiatan penyuluhan tersebut berjalan. Adapun kedua tahap itu adalah :
  1. Evaluasi Penerapan Metode dan Teknik Penyuluhan
Pada evaluasi ini, keberhasilan dalam penyuluhan dapat diukur dengan menggunakan beberapa indikator yang biasanya dituangkan dalam beberapa kriteria:
  1. Apakah dalam penyuluhan dapat berjalan dengan tertib apa tidak?
  2. Apakah dengan metode dan teknik tersebut para petani dapat memahami apa yang disampaikan oleh penyuluh?
  3. Apakah penyuluhan dengan menggunakan metode dan teknik dapat diterima oleh kelompok sasaran.
  4. Evalusi Materi Penyuluhan
Evaluasi materi diberikan dilakukan dengan memberikan pertanyaan secara lisan kepada sasaran/petani terkait dengan materi yang telah disampaikan. Pertanyaan yang bisa diberikan untuk evaluasi materi yaitu :
  1. Apakah materi yang diberikan sudah jelas?
  2. Apakah materi yang telah disampaikan dapat?
  3. Apakah dengan materi yang diberikan petani sudah tau, mau dan mampu menerapkan isi dari materi itu sendiri?
  4. Apakah masih ada materi yang kurang dalam penyuluhan?
  1. F. Alternatif
Alternatif  metode penyuluhan apabila belum berhasil dilakukan dengan menggunakan pendekatan kelompok dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan perorangan. Dengan pendekatan perorangan tersebut penyuluh dapat memerikan materi kepada sasaran secara jelas kepada setiap individu, sehingga proses penyuluhan lebih mudah dipahami secara optimal. Akan tetapi dengan pendekatan perorangan lebih banyak membutuhkan tenaga dan waktu.
Apabila dalam melakukan pemilihan teknik penyuluhan dengan menggunakan diskusi, demonstrasi mengalami kegagalan maka dapat menggunakan teknik penyuluhan seperti kursus dan ceramah.
  1. V. PENUTUP

  1. A. Kesimpulan
    1. Metode penyuluhan yang digunakan adalah metode penyuluhan dengan menggunakan media cetak  yaitu leaflet dan dilakukan secara lisan.
    2. Teknik penyuluhan yang digunakan berupa teknik diskusi, demostrasi dan dengan menggunakan media cetak.
    3. Alat bantu yang digunakan yaitu pengeras suara, penata cahaya (lampu), penata udara (kipas angin/AC), Lembar Persipan Menyuluh (LPM), Lembar Persiapan Kerja (LPK) dan Lembar Persiapan Latihan (LPL) disiapkan manakala akan dilaksanakan latihan.
    4. Alat peraga yang digunakan dalam penyuluhan adalah berupa cetakan leaflet yang berisi informasi mengenai metode pengendalian hama serangga pada tanaman organik secara mekanik/fisik dan cara pembuatan perangkapnya.
    5. Petani telah mampu mengetahui, membuat dan menggunakan perangkap untuk mengendalikan hama serangga secara mekanik/fisik sehingga tidak merusak lingkungan.
    6. B. Saran
      1. Penyuluhan yang diberikan hendaknya tidak hanya dilakukan selama sekali saja, akan tetapi dilakukan secara berkala agar sasaran dapat mengerti dan paham secara jelas.
      2. Perlu adanya sosialisasi terhadap para petani mengenai pembuatan perangkap dalam pengendalian hama serangga ini agar para petani mengerti betul manfaat dan kegunaan alat tersebut.





DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kehutanan.1996. Penyuluhan Pembangunan Kehutanan. Pusat Penyuluhan Kehutanan Departemen Kehutanan RI. Jakarta
Kusnaedi. 1999. Pengendalian Hama Tanpa Pestisida. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Lestari, Eni. 2002. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian “AGRITEXTS”. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian UNS. Surakarta.
Mardikanto, Totok. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. UNS Press. Surakarta.
Mardikanto, Totok dan Arip Wijiyanto. 1995. Metoda Dan Teknik Penyuluhan Pertanian. UNS Press. Surakarta.
. Pawirosoemardjo, Soekirman et al. 1990. Perlindungan Tanaman. PT. Agricon. Bogor.
Sudarmo, Subiyakto. 1987. Mengenal Serangga Hamadan Pengendaliannya. Liberty. Yogyakarta.
Sugandi, Dedi. 2007. Sistem Usahatani Integrasi Tanaman-Ternak Di Lahan Sawah.www.deptan.go.id/bkp/seputar%20bkp/sekretariat%20badan/kinerja%202005/Tabel%20II.pdf – diakses pada tanggal 22 Mei 2007 pada pukul 17.10 WIB.
Suhardiyono, L. 1992. Penyuluhan Petunjuk bagi Penyuluh Pertanian. Erlangga. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar