MENUJU PERTANIAN ORGANIK

SELAMAT DATANG

Rabu, 16 November 2011

Penanaman padi secara intensif

Teman-teman sekalian, ternyata hasil penanaman padi kita tidaklah menggembirakan. Pengalaman dari seorang petani di Banjarsari mengatakan bahwa untuk lahan sawah seluas 75 bata (atau sekitar 1050 meter persegi) baru dihasilkan panen padi sebanyak 3,5 kwintal saja. Ini jelas masih rendah. Kenyataan ini memaksa kita untuk menemukan apa sesungguhnya kekeliruan kita dalam cara-cara cocok tanam padi yang selama ini telah kita lakukan dan menjadi kebiasaan yang tidak mendukung produktivitas panen padi.

Akhirnya, setelah mencoba belajar dari berbagai pengalaman para petani, baik didukung pemerintah atau tidak, mereka menemukan suatu cara budidaya padi yang sesungguh telah dikembangkan oleh almarhum Pater Henry Laulanie, seorang padri asal Prancis di Madagaskar.

Penemuannya --yang katanya kebetulan tapi memang digelutinya puluhan tahun itu-- menjanjikan hasil panen padi yang melimpah. Dengan rendah hati dikatakannya dapat mencapai dua kali lipat dari kebiasaan petani dalam menanam padi selama ini. Program intensifikasi di Garut yang dilakukan oleh Abah Enday, dari desa Cibunar, kecamatan Tarogong Kidul, kabupaten Garut, menghasilkan rata-rata mencapai 11 ton per hektar. Begitu kata beliau ketika kita ajak bicara.

"Paling rendah diperoleh tujuh ton (gabah). Paling tinggi 14 ton per hektar," katanya mantap.

Teman-teman sekalian layak belajar dari beliau ini. Dan yang lebih penting lagi adalah mencobanya sendiri.

Berikut ini adalah catatan tentang cara budidaya yang mencoba menggali potensi genetik di dalam padi. Disarikan dari penjelasan-penjelasan yang berasal dari beberapa sumber:

Kelebihan metode intensif ini:
  1. Hemat air, pemberian air maksimal 2 cm. Paling baik dengan kondisi 'macak-macak', atau sekitar o,5 cm, alias pintu air sawah harus dibuka sampai air keluar semua dari lahan dan tersisa yang ada (0,5cm). Diperlukan periode pengeringan sampai tanah terpecah-pecah dalam rangka irigasi terputus-putus (intermitent irrigation)
  2. Hemat biaya. Kebutuhan bibit hanya 5 kg per hektar. Tidak membutuhkan biaya pencabutan dan pemindahan bibit serta tenaga tanam berkurang.
  3. Hemat waktu. Karena proses penanam bibit mudah, berusia 5-12 hari setelah semai dan panen pada umumnya lebih awal.
  4. Produksi meningkat. Peningkatannya rata-rata 78%. Bahkan di beberapa tempat mencapai 11-17 ton per hektar (biasanya budidaya padi non-intensif, hanya 3,4 ton per hektar). Perkembangan anakan padi sampai 70-80 dengan ketinggian mencapai 1,5 m. Tak merusak lingkungan.

Prinsip-prinsip budidaya padi hemat air metode intensif:
  1. Tanam bibit muda berusia kurang dari 12 hari setelah semai (atau HSS) ketika bibit masih berdaun 2 helai. De Laulanie bahkan mengusulkan pemindahan padi ke lahan usia 8 hari.
  2. Tanam bibit satu lubang satu bibit dengan jarak tanam 30x30 cm, 35x35 cm atau lebih jarang lagi. Hasil penelitian di Los Bagnos, Filipina, memperlihatkan yang lebih lebar jarak tanamnya menghasilkan bulir-bulir padi yang lebih bernas, lebih berat.
  3. Pindah tanam harus sesegera mungkin (diusahakan kurang dari 30 menit), dan harus hati-hati agar akar tidak putus dan ditanam dangkal.
  4. Pemberian air maksimum 0,5 cm (atau macak-macak) pada periode pertumbuhan (interval 5 hari) dan pada periode tertentu dikeringkan sampai pecah (irigasi berselang/terputus). Laulanie mengusulkan agar padi digenangi air sampai 2 cm hanya ketika padi sedang berbunga sampai 2 minggu menjelang panen.
  5. Penyiangan sejak awal sekitar umur 10 hari dan diulang 2-3 kali atau lebih dengan interval 10 hari.
  6. Sedapat mungkin menggunakan pupuk organik, berupa kompos atau pupuk hijau (walaupun hal ini bukan keharusan)

Pengolahan tanah
1. Hari 1 : Taburkan kapur pertanian (misalnya dolomit) pada permukaan sawah; dosisnya 400 kg/1.000 m2.
2. Hari 2 : Genangi sawah.
3. Hari 3 : Taburkan pupuk organik (kompos atau hijau); lalu mulai dibajak sampai sedalam 50 cm sambil membalik dan memendamkan sisa-sisa tanaman
4. Hari 4-15 : Digenangi.
5. Hari 16 : Dibajak; tanah digemburkan sampai membentuk struktur lumpur yang sempurna. Diratakan sebaik mungkin agar saat diberikan air ketinggiannya merata.
6. Hari 16-23 : Digenangi.
7. Hari 18-20 : Benih padi mulai disemai .. (lihat keterangan persemaian di bawah).
8. Hari 24 : Lahan dibajak lagi.
9. Hari 24-26 : Digenangi.
10. Hari 27 : Diangler.
11. Hari 27-29 : Digenangi.
12. Hari 30 : Penanaman bibit padi usia antara 8-14 hari (idealnya antara 10-12 hari); satu lubang, satu bibit padi; jarak tanam setidaknya 26x26cm, 30x30cm atau lebih lebar lagi.
Catatan: Jika menggunakan metode penanaman intensif ini di tengah-tengah padi konvensional maka dibuat parit keliling untuk pembuangan air. Letak parit pembuang disesuaikan dengan bentuk dan ukuran petak serta dimensi saluran irigasi.

Pemilahan benih bernas
Pemilahan benih dengan larutan garam untuk mendapatkan kualitas benih yang baik
  1. Masukkan air ke dalam ember dan garam sampai melarut. Jumlah garam dianggap cukup dengan ukuran telur itik yang mengapung.
  2. Masukkan benih padi di dalam larutan garam tadi dan pisahkan yang tenggelam dengan yang mengapung.
  3. Benih yang tenggelam (dianggap sebagai benih yang bermutu) dicuci sampai bersih.

Perendaman dan pengeringan benih (dilakukan setelah benih selesai)
  1. Benih yang tenggelam direndam dengan air bersih hingga 24-48 jam.
  2. Setelah direndam, ditiris selama 24-48 jam sampai benih terpecah.

Persemaian ( bisa dilakukan dengan baki plastik, atau besek) untuk mempermudah pencabutan.
  1. Benih yang digunakan bermutu baik atau keras.
  2. Penyiapan tempat persemaian dilapisi dengan daun pisang, dan diberikan tanah subur yang dicampur kompos dengan perbandingan 1:1 dengan ketinggian 4 cm. Dianjurkan agar menggunakan baki atau nampan atau sejenis tempat lain yang sesuai. Benih ditaburkan di tempat persemaian kemudian ditutup dengan tanah subur.
  3. Media persemaian diusahakan terkena sinar matahari.
  4. Setelah umur lima hari bibit baru siap tanam.
Catatan: Tempat persemaian secara terpisah ini diperlukan agar penanaman dapat dilakukan secara praktis karena baki dapat dibawa ke tengah-tengah sawah. Bibit padi yang telah dicabut dari tempat persemaian tidak boleh dibiarkan lebih dari setengah jam. Bibit harus diperlakukan secara lembut dan hati-hati.

Penanaman
  1. Pola penanam bibit dengan bujur sangkar (30X30 cm atau lebih)
  2. Garis-garis bujur sangkar dibuat dengan caplak (caplak terbuat dari kayu atau bambu)
  3. Bibit ditanam saat berumur 5-14 hari atau berdaun dua setelah semai, dengan jumlah benih per lubang satu atau tanam tunggal dan dangkal (1-1,5 cm → jarak ujung benih dengan permukaan tanah). Posisi perakaran seperti huruf L.
  4. Penanaman dilakukan secara hati-hati. Jangan sampai ada akar yang putus.

Pemupukan
1) Dapat dipilih secara organik atau secara pupuk kimia
a) Secara organik: Dilakukan dengan menambahkan cairan Mikro Organisme Lokal (MOL), kompos atau dengan pupuk cacing (kotoran cacing);
b) Non-organik: dengan pupuk kimia (urea, SP-36, ZA).
2) Pemupukan dapat dilakukan 3 kali:
a) Pemupukan I pada umur 7-15 HST (hari setelah tanam).
i) Secara organik: semprotkan MOL, pupuk cacing atau kompos secukupnya
ii) Secara non-organik: Dosis Urea 125kg/ha, SP-36 100 kg/ha
b) Pemupukan II pada umur 25-30 HST.
i) Secara organik: semprotkan MOL, pupuk cacing atau kompos secukupnya
ii) Secara non-organik: Dosis Urea 125kg/ha
c) Pemupukan III pada umur 40-45 HST (jika tanaman belum bagus)
i) Secara organik: semprotkan MOL, pupuk cacing atau kompos secukupnya
ii) Secara non-organik: Dosis : ZA 100 kg/ha
3) Metode SRI sangat menganjurkan pemupukan dengan pupuk organik)

Penyiangan
  1. Dilakukan dengan menggunakan penyiang jenis landak atau Rotary Weeder atau yang lainnya. Sikat kawat/paku juga OK.
  2. Penyiangan dilakukan sebanyak 3 kali atau lebih sesuai dengan kondisi sawah. Penyiangan pertama dilakukan 10-12 hari setelah benih ditanam di sawah. Penyiangan berikutnya dilakukan setelah 10-12 hari selanjutnya. Semakin sering dilakukan penyiangan akan dapat meningkatkan produksi.

Pemberian air
  1. Dilakukan secara terputus-putus dengan ketinggian air dipetakan sawah maks. 2 cm. Paling baik 'macak-macak' atau 0,5 cm.
  2. Pada periode tertentu petak sawah harus dikeringkan sampai pecah.
  3. Pada saat padi mulai berbunga, genangi sawah sampai 2 cm sampai 2 minggu menjelang panen.

Pengendalian Hama dan Penyakit (Pengendalian Hama Terpadu / PHT)
  1. Gunakan varietas benih yang sehat dan tahan terhadap hama dan penyakit. Menanam secara serentak serta menggunakan pestisida secara selektif.
  2. Untuk menangani hama belalang, keong, dapat dibuat alat perangkap, sementara wereng dihindari dengan menaburkan abu gosok.
  3. Penggunaan pestisida terakhir selama hama dan penyakit belum juga bisa diatasi.

Panen
Dilakukan setelah tanaman berumur tua dengan tanda padi menguning atau masaknya gabah. Indikasinya bila digigit tidak berair. Pengalaman yang ada panen bisa lebih awal jika dihitung dari masa persemaian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar