MENUJU PERTANIAN ORGANIK

SELAMAT DATANG

Selasa, 29 November 2011

Mikroba Filosfir, Solusi Mahalnya Pupuk Nitrogen

Tanaman dalam kenyataannya tidak hanya menyerap nutrisi melalui akar melainkan melalui daun juga. Pupuk-pupuk daun pun banyak tersedia secara komersial. Permukaan daun, yang disebut filoplen memiliki daerah yang dihuni oleh mikroorganisme, yang sering disebut dengan filosfir. Mikroorganisme yang tinggal di filosfir ternyata ada yang diketahui menyumbang nutrisi pada tanaman inangnya, yaitu mikroba-mikroba pemfiksasi nitrogen, yang mengubah nitrogen bebas di udara menjadi amonia. Diantara mikroba itu ada pula yang selain memfiksasi nitrogen, juga mampu menghasilkan zat pengatur tumbuh atau fitohormon yang berguna pada tumbuhan. Contohnya adalah Azotobacter (yang juga banyak terdapat di tanah). Telah banyak dilakukan penelitian mengenai pemanfaatan mikroba filosfir ini, dan hasilnya cukup memuaskan, sehingga dapat menghemat penggunaan pupuk Urea atau NPK yang kerap digunakan untuk memasok nitrogen pada tanaman.

Bermacam-macam bakteri dari genus Escherichia, Brevibacerium, Bacillus, Diplococcus, Pseudomonas, Flexibacterium, Rhizobium, Beijerinckia, Azotobacter, Xanthomonas dan Micrococcus telah dipisahkan dari filosfir jagung, kacang buncis, tebu dan beberapa di antaranya terbukti potensial sebagai pemfiksasi nitrogen. Dalam tanaman Gandum, sejumlah bakteri yang diteliti aktivitas fiksasi nitrogennya antara lain Achromobacter iophagus , Pseudomonas atrofaciens , Cellulomonas galba, Pseuomonas seminum, Cellulomonas cellasea. Mereka sanggup memfiksasi nitrogen dari 7.6 hingga 13.4 mg N per gram sukrosa yang dimakan. Dalam tanaman kapri, bakteri-bakteri pemfiksasi N2 yang diketahui berperan adalah Achromobacter iophagus, Pseudomonas Calcis, Achromobacter xerosis, Cellulomonas uda dan Bacillus licheniformis.

Namun bagi penulis masih ada sejumlah pertimbangan sebelum menyemproti daun-daun dengan cairan nutrisi atau inokulum berisi mikroba filosfir pemfiksasi N. Setidaknya ada hal yang harus dipertimbangkan, yang akan dipaparkan sebagai berikut.

Pertimbangan yang pertama adalah kebanyakan hasil penelitian menunjukkan keberhasilan pada skala rumah kaca atau skala kecil. Ini belum tentu berhasil dalam skala besar, dimana kondisi lingkungannya bisa jauh lebih kompleks. Namun andaikata kita menanam dalam green house saya kira sah-sah saja menyemproti daun tanaman kita dengan inokulum mikroba filosfir pemfiksasi N2.

Pertimbangan yang kedua adalah karena sebagian mikroorganisme filosfir itu adalah patogen, dikhawatirkan penyemprotan cairan nutrisi seperti sukrosa, atau cairan carrier (pembawa) mikroba pemfiksasi N yang kita semprotkan akan dimanfaatkan patogen untuk tumbuh lebih pesat. Karena itu menurut penulis lebih aman bila selain disemprotkan cairan nutrisi atau inokulum mikroba, disemprotkan mikroba anti patogen terlebih dahulu. Atau mikroba anti patogen disemprotkan sebelum mikroba pemfiksasi N disemprotkan, untuk memberi kesempatan mikroba pemfiksasi N yang diinginkan tumbuh dan dengan cepat di filosfir. Sebab tentu percuma apabila tanaman kita meningkat nutrisinya, namun ternyata digerogoti mikroba patogen atau hama seperti kutu daun sehingga tanaman kita rusak semua.

Pertimbangan yang ketiga adalah mengenai pemahaman akan mikroorganisme di filosfir itu sendiri serta interaksi antar mereka dan dengan tanaman inangnya. Pengetahuan manusia mengenai reaksi-reaksi biokimia dalam filosfir masih sangat terbatas, seperti proses dihasilkannya fitoaleksin. Fitoaleksin adalah senyawa penangkal, yang kemungkinan dihasilkan oleh tumbuhan sebagai respon terhadap luka, rangsang fisiologis, agen penyebab infeksi dan hasil-hasilnya. Resistensi terhadap penyakit juga terjadi diantaranya melalui produksi fitoaleksin tertentu seperti asam malat, fenol dan alpha-hexenol. Harus dipahami implikasi penyemprotan daun terhadap reaksi-reaksi biokimia ini sebelum mengaplikasikannya besar-besaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar