Pada
perkebunan kakao rakyat, daun pangkasan tanaman dan kulit buah kakao
(cangkang/pod) serta hijauan tanaman pelindung/naungan yaitu gamal
(Gliricidia sepium) dan lamtoro (Leucaena leucocephala) dapat
dimamfaatkan sebagai pakan ternak kambing. Kulit buah kakao selalu
tersedia sepanjang tahun. Sementara itu dengan interval dan cara
peamangkasan yang benar diperolehdaun-daun hpangkasan tanamanpelindung.
Kandungan gizi kulit buah kakao terutama kandungan protein kasar yaitu
8,5 %.
Beberapa penyakit yang pernah dijumpai menyerang tanaman kakao di Lampung adalah busuk buah (Phytopthora palmivora Bult.), penyakit antraknosa (Colletotricum gleosporoides Penz. Sacc.), vascular streak dieback (Oncobasidium theobromae Talbot & Keane), jamur upas (Corticium salmonicolor), dan penyakit jamur akar (Ganoderma pseudoferreum Walker.). Semua jenis penyakit ini mampu menggagalkan panen jika tidak dikendalikan dengan tepat.
Dari segi
agrobisnis, usaha tani kakao berpeluang cukup besar untuk dikembangkan.
Kini, daya serap industri kakao domestik baru 27 persen. Terutama untuk
industri bahan makanan dan kosmetika. Namun, fluktuasi harga masih
menjadi kendala yang perlu diperhatikan karena mutu kakao rakyat belum
memenuhi standar internasional.
Sedangkan
harga merupakan insentif penting bagi usaha tani kakao. Hal ini
berkaitan pengolahan hasil yang belum baik. Di sisi lain, akan
menentukan mutu produk akhir kakao karena dalam proses ini terjadi
pembentukan calon citarasa khas kakao. Biji kakao yang tidak diolah
dengan baik, tidak dikehendaki pasar atau harganya rendah.
Sementara ini, teknologi pascapanen sudah dikuasai petani. Namun, keinginan meningkatkan mutu kakao masih kurang.
Secara
nasional, peningkatan produksi kambing dalam beberapa waktu terakhir
senilai 4,4 persen/tahun. Angka ini menunjukkan permintaan pasar cukup
tinggi. Dengan meningkatnya permintaan pasar akan daging kambing
tersebut, peluang pengembangan usaha ternak kambing, di samping sapi
potong, masih terbuka lebar.
Usaha tani
terpadu berpeluang dikembangkan di daerah sentra kakao. Salah satu di
antaranya mengintegrasikan usaha tani kakao dengan ternak kambing.
Sebab, limbah kulit kakao dan hijauan tanaman pelindung (gamal dan
lamtoro) potensial sebagai pakan ternak kambing. Di samping itu,
pengelolaan sumber daya lahan melalui pemanfaatan limbah tanaman kotoran
ternak dapat dikembalikan lagi berupa kompos. Kondisi ini lebih efisien
jika dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia.
Limbah kulit
kakao selalu tersedia mengingat buah kakao pada perkebunan rakyat dapat
dipanen sepanjang tahun. Sementara itu, interval dan cara pemotongan
yang benar dari hijauan tanaman pelindung perkebunan (gamal dan lamtoro)
juga menjadi bahan pakan yang selalu tersedia.
Kandungan
nutrisi pada bahan pakan tersebut dapat dikatakan sebagai bahan pakan
berkualitas tinggi. Di mana kandungan protein kasar kulit buah kakao
berkisar 10 persen. Sedangkan untuk tanaman hijau dari gamal dan lamtoro
lebih dari 20 persen.
Melalui penerapan teknologi budi daya kakao secara baik dan benar akan meningkatkan produktivitas hingga melebihi 60 persen.
Peningkatan
taraf hidup petani terutama dengan membaiknya harga kakao. Petani yang
kooperatif dapat meningkatkan penghasilan per bulan hingga hampir empat
kali lipat dibandingkan petani yang nonkooperator.
Selain itu,
kegiatan teknologi budi daya kakao yang terintegrasi dengan pemeliharaan
ternak kambing memberikan keuntungan ganda. Keuntungan ganda tidak
hanya dari tambahan pendapatan yang lebih dari Rp1 juta pada skala
pemilikan tiga ekor induk kambing. Penerapan pengendalian hama terpadu
(PHT), dapat menghemat hingga 30 persen dan tidak lagi menggunakan
pestisida dalam pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT).
BAHAN DAN KOMPOSISI RANSUM
-
Kulit buah kakao kering 20-40 %
-
Dedak 24 % (dapat diganti dengan bahan lain)
-
Garam 5 %
-
Mineral (biguten) 3 %
-
Pupuk Urea 3 %
-
Molasses (dapat diganti dengan bahan-bahan yang tersedia di lokasi)
CARA PEMBUATAN
Kulit buah
kakao kering digiling menggunakan mesin pencacah, kemudian dicampur
dengan semua abahan-bahan hingga membentuk adonan. Adonan tersebut
kemudian dipress dengan alat pengepress dengan ukuran 1–2 kg, tergantung
kesukaan petani.
Limbah kulit
buah kakao ini memiliki peranan yang cukup penting dan berpotensi dalam
penyediaan pakan ternak ruminansia khususnya kambing, terutama pada
musim kemarau. Pada musim kemarau rumput-rumputan terganggu
pertumbuhannya, sehingga pakan hijauan yang tersdia kurang dan
kualitasnya daerah. Akibat yang timbul adalah kekurangan pakan hijauan,
mengingat ketersediaan hijauan pakan yang terbatas, maka langkah
strategis yang dapat diambil adalah memanfaatkan limbah kulit kakao
untuk paka ternak
Salah satu
bentuk pemanfaatan limbah agro industri dan bahan pakan non kompetitif
namun berkulitas tinggi adalah pemanfaatan kulit buah kakao. Sejalan
dengan berkembangnya produksi kakao di Indonesia maka sejak tahun 1990
telah ditemukan nilai tambah (Value Added) dari produk buak kakao.
KANDUNGAN GIZI
Kulit buah
kakao merupakan hasil samping dari pemrosesan biji coklat dan merupakan
salah satu limbah dari hasil panen yang sangat potensial untuk dijadikan
salah satu pakan ternak. Kulit buah kakao dapat menggantikan
sumber-sumber energi dalam ransom tanpa mempengaruhi kondisi ternak
(Smith dan Adegbola, 1982).
Kulit buah
kakao merupakan unsure pokok yang menjadi system pokok pakan ternak
(Roesmanto, 1991). Adapun kandungan gizi kulit buak kakao dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan Gizi Kulit Buah Kakao
Komponen
|
1
|
2
|
3
|
• Bahan kering • Protein kasar • Lemak • Serat kasar • Abu • BETN • Kalsium • Pospor |
84,00 – 90,00 6,00 – 10,00 0,50 – 1,50 19,00 – 28,00 10,00 – 13,80 50,00 – 55,60 - - |
91,33 6,00 0,90 40,33 14,80 34,26 - - |
90,40 6,00 0,90 31,50 16,40 - 0,67 0,10 |
Keterangan :
1. Smith dan Adegbola (1982)
2. Amirroenas (1990)
3. Roesmanto (1991)
Kulit buah kakao mengandung alkaloid
theobromin (3,7 – dimethylxantine) yang merupakan factor pembatas pada
pemakain limbah kakao sebagai pakan ternak. Kandungan theobromin dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Kandungan Theobromin pada Bagian-Bagian Buah Kakao
Tabel 2. Kandungan Theobromin pada Bagian-Bagian Buah Kakao
Bagian Buah Kakao
|
Kandungan theobromin (%)
|
- Kulit buah - Kulit biji - Biji |
0,17 – 0,20
1,80 – 2,10 1,90 – 2,0 |
Dari
buah kakao yang sering dimanfaatkan adalah biji kakao, dan apabila
pengolahannya kurang baik maka harganyapun akan rendah, dengan
memanfaatkam limbah kuli buah kakao disamping dapat mengurangi limbah,
petani dapat meraih keuntungan yang lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2005. Kakao Plus Ternak, Dongkrak Pendapatan Petani dalam. http://www.lampungpost.com/cetak/berita.php?id=2005112901233833 diakses pada tanggakl 17 November 2008 pukul 20.31 WIB
Anonim. 2006. Teknologi Pembuatan Pakan Ternak dari Limbah Kulit Kakao . Dalam http://sulsel.litbang.deptan.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=244&Itemid=217 diakses pada tanggakl 17 November 2008 pukul 20.34 WIB
Anonim. 2006. Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Kakao Sebagai Pakan Kambing . Dalam. http://sulsel.litbang.deptan.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=229&Itemid=217 diakses pada tanggakl 17 November 2008 pukul 21.01 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar