MENUJU PERTANIAN ORGANIK

SELAMAT DATANG

Selasa, 01 November 2011

HAMA SERANGGA

Sudah lama disadari bahwa “gangguan pada tanaman”, kini dan seterusnya akan tetap merupakan masalah dalam persaingan pemenuhan kebutuhan antara umat manusia dengan organisme lain berupa “pengganggu tanaman” baik yang berstatus hama, patogen penyebab penyakit maupun gulma. Sebagai contoh dapat dikemukakan bahwa persaingan antara manusia dengan serangga hama sesungguhnya sudah mulai jauh sebelummulainya peradaban , seperti dicacat dalam sejarah pada tahun 1400 SM, di Mesir dilaporkan bahwa ulat-ulat telah merusak separuh tanaman gandum. Dan banyak lagi contoh-contoh kerusakan yang ditimbulkan oleh berbagai jenis serangga hama.
Serangga merupakan kelompok organisme yang paling beragam jenis dan selalu mendominasi populasi mahluk hidup di muka bumi, baik yang hidup di bawah,pada dan di atas permukaan tanah. Oleh karena itu hampir semua jenis tanaman baik yang dibudidayakan maupun yang berfungsi sebagai gulma selalu diganggu oleh kehadiran serangga hama tersebut. Dengan demikian dalam proses produksi , masalah hama tersebut tidak bisa diabaikan, karena akan mempengaruhi produksi secara kualitatif maupun kuantitatif dan mampu merurunkan produksi sebesar 20,7%, bahkan menyebabkan kegagalan panen, kalau tidak dilakukan pengendalian secara efektif. Oleh karena itu petani selalu melakukan upaya pengendalian terhadap gangguan hama tersebut dengan berbagai teknik pengendalian yang umumnya masih mengandalkan pestisida kimia. Demikian juga halnya pada tanaman padi terdapat berbagai jenis serangga hama dari berbagai ordo yang tingkat gangguannya berbeda pada setiap fase pertumbuhan .
Penggerek batang, misalnya sudah lama dikenal di Indonesia sebagai hama utama pada tanaman padi karena larvanya memakan dan mematikan tunas. Selama fase vegetatif [stadia muda] larva penggerek batang merusak padi dengan cara memakan bagian dalam. Hal ini akan mematikan tunas tanaman dan gejala kematian tanaman pada fase ini umumnya disebut “sundep” Pengkajian yang dilakukan menunjukkan bahwa adanya sundep yang terjadi pada fase vegetatif awal sampai mencapai 30% tidak akan menyebabkan kehilangan hasil terutama bagi varitas yang mampu membentuk anakan banyak selama fase vegetatif dan selanjutnya menjadi anakan produktif. Sedangkan kerusakan yang terjadi pada fase reproduktif disebut dengan gejala “beluk”.
Untuk lebih jelasnya akan didiskripsikan berbagai spesies penggerek batang padi yang menyerang di Indonesia. Sering dilupakan bahwa dalam upaya pengendalian hama perlu memperhatikan bioekologi serangga hama tersebut agar dicapai hasil yang maksimal dengan metode pengendalian yang tepat. Pada bagian selanjutnya akan dibahas mengenai bioekologi hama penggerek batang padi dan upaya pengelolaan dan pengendalian hama .
BIOEKOLOGI DAN PENHENDALIAN OPT UTAMA
1. Bioekologi
HAMA
INANG LINGKUNGAN
Dalam mempelajari bioekologi hama ada banyak komponen yang perlu dipertimbangkan, namun yang prinsip terdapat tiga komponen utama yang saling berkaitan satu dengan lainnya. Komponen tersebut adalah hama itu sendiri yang sangat tergantung dengan faktor makanan (inang), yang tentu akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan suatu jenis serangga hama. Tanaman (inang) dalam pertumbuhan dan perkembangannya akan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, baik yang bersifat biotik maupun abiotik. Demikian juga sebaliknya tanaman akan dipengaruhi secara langsung oleh kehadiran penganggu tanaman yang disebut hama.Dan hama juga akan dipengaruhi oleh cocok dan tidaknya lingkungan (biotik maupun abiotik) tempat hidupnya. Demikian seterusnya ketiga faktor tersebut akan saling mempengaruhi antara sayu dengan lainnya., sehingga sering disebut dengan istilah “segitiga hama” .
Sebenarnya keterkaitan hubungan antara komponen dalam segitiga hama tersebut akan sangat dipengaruhi oleh satu komponen yang selalu mengintervensi ketiga komponen tersebut melalui usaha budidaya. Komponen keempat tersebut adalah manusia, yang selanjutnya keempat komponen yang saling berpengaruh tersebut dikenal dengan istilah “segi empat hama” Dua macam perkembangan yang dikenal dalam dunia serangga, yaitu metamorfosis sempurna atau holometabola yang melalui tahapan-tahapan atau stadium: telur – larva – pupa – dewasa, dan metamorfosis bertahap (hemimetabola) yang melalui stadiumstadium: telur – nimfa – dewasa.
Pada hemimetabola, bentuk nimfa mirip dewasa hanya saja sayap belum berkembang dan habitat (tempat tinggal dan makanan) nimfa biasanya sama dengan habitat stadium dewasanya. Contoh hemimetabola adalah jenis-jenis kepik seperti walang sangit, yang nimfanya menempati habitat yang sama dengan kepik dewasa, biasanya pada daun. Jenisjenis belalang (Orthoptera) dan lipas (Blattaria) juga termasuk hemimetabola, nimfa dan stadium dewasanya hidup dan makan pada habitat yang sama.
Kumbang (Coleoptera), kupu-kupu dan ngengat (Lepidoptera) dan semut serta lebah (Hymenoptera) adalah serangga holometabola. Bentuk pradewasa (larva dan pupa) jenisjenis holometabola ini sangat berbeda dengan stadium dewasanya. Perhatikanlah bentuk bentuk larva seperti ulat bulu, ulat hijau, ulat jengkal yang kelak menjadi pupa dan kemudian menjadi kupu-kupu indah dan berwarna-warni. Habitat larva bisanya sangat berbeda dari habitat dewasanya. Ulat makan daun sedangkan kupu mengisap cairan bunga. Demikian pula, larva lebah madu dipelihara oleh pekerja (dalam koloni), makan madu; tapi lebah dewasa yang bersayap terbang mencari serbuk bunga sebagai makanannya.
Serangga metabola, setelah stadium larva memasuki tahapan pupa yang “tidak aktif” (tidak makan), terbungkus dalam kulit kepompong yang disebut puparium yang berfungsi sebagai pelindung. Serangga termasuk berdarah dingin, sehingga pertumbuhannya banyak dipengaruhi suhu lingkungannya. Di daerah-daerah beriklim dingin pertumbuhannya lambat, sedangkan di daerah tropik seperti Indonesia pertumbuhan serangga relatif cepat. Dengan demikian banyaknya generasi yang terjadi di daerah beriklim panas lebih banyak daripada di daerah dingin.
Dengan mempelajari perilaku pertumbuhan serangga para pakar pengendalian hama serangga mengembangkan cara-cara pengendalian dengan menggunakan pengatur tumbuh (insect growth regulators, IGR). Salah satunya adalah pengendalian dengan hormon pertumbuhan, yang mengganggu pembentukan kutikel pada saat ganti kulit. Cara ini sangat efektif dan selektif (tidak mengganggu serangga yang bukan sasaran) karena hanya mempengaruhi serangga sasaran.
Dinamika pertumbuhan serangga hama tanaman budidaya telah benyak diteliti dan daripadanya dihasilkan model-model pertumbuhan yang dapat digunakan untuk meramalkan saat-saat terjadinya epidemi pada tanaman atau inang tertentu, sehingga tindakan pengendalian dapat dilaksanakan secara lebih tepat.
Identifikasi dan klasifikasi serangga Pengetahuan mengenai klasifikasi serangga diperlukan agar jenis-jenis serangga yang demikian banyaknya dapat dibedakan. Misalnya, dari sekian banyak serangga yang menjadi hama tanaman padi, perlu diketahuimjenis-jenisnya, karena mereka memiliki perilaku hidup yang berbeda, menyerang bagian tanaman yang berbeda (daun, buah, batang, akar) menyebabkan kerugian yang berbeda sehingga berbeda pula cara penanganannya.
Pada umumnya spesies-spesies serangga dibedakan sesuai dengan kemiripan dalam penampakannya. Jenis-jenis lalat misalnya, dibedakan dari kupu-kupa berdasarkan karakter sayap. Lalat hanya memilki sepasang sayap, sedangkan kupu-kupu dua pasang.
Secara hirarki, dikenal taksa-taksa (taxon, taxa) dalam klasifikasi, oleh karenanya maka ilmu mengenai penggolongan jenis-jenis mahluk hidup biasanya disebut taksonomi (taxonomy). Taksonomi ulat kubis misalnya adalah sebagai berikut:
• Filum (Phylum) – Arthropoda
• Kelas – Insecta
• Ordo – Lepidoptera
• Famili – Plutellidae
• Genus – Plutella
• spesies – Plutella xylostella
Dengan demikian nama spesies Plutella xylostella berlaku universal bagi ulat kubis di seluruh dunia. Ekologi adalah disiplin kajian hubungan-hubungan antar mahluk hidup dan lingkungannya. Mengetahui kelimpahan (abundance) serangga (hama) yang menyerang tanaman tertentu serta pengetahuan tentang kegiatan dan penampilan hama tersebut (phenology) merupakan factor-faktor penting dalam menentukan pengendaliannya.
Beberapa hama memiliki hanya satu generasi pada satu musim (univoltine), sedangkan ada pula yang banyak generasi per musim (multivoltine).
Dalam pengendalian hama berkonteks agrosistem biasanya hama dianggap sebagai populasi. Atribut-atribut penting populasi adalah kerapatan, distribusi umur, laju kelahiran dan laju kematian.
2. Biologi
Penggerek batang dibedakan menjadi tiga kelompok: dua spesies Scirpophaga, dua spesies Chilo, dan Sesamia. Telur, larvva, kepompong dan dewasa dari masing-masing kelompok ini dapast dibedakan. Tetapi untuk membedakan telur , larva dan kepompong masing-masing spesies pada setiap kelompok sangat sulit. Namun hal yang penting adalah bahwa kita mampu mengidentifikasi secara umum perbedaan kelompok telur, larva dan dewasa dari ketiga kelompok penggerek tersebut di sawah.
Kelompok telur tipe petrtama adalah kelompok telur pengerek batang padi putih dan kuning ( Scirpophaga sp). Kelompok telur penggerek ini yang paling banyak ditemukan di lapangan, yaittu berbentuk seperti gundukan kecil yang tertutup dengan rambut-rambut cokelat mengkilat seperti sutera dan lunak yang berasal dari rambut-rambut ujung belakang ngengat betina. Kelompok telur biasanya diletakkan di permukaan daun dan dekat ujung daun.
Kelompok telur tipe yang kedua adalah kelompok telur dari penggerek batang bergaris dan berkepala gelap (Chilo spp). Kelompom telur ini nampak seperti sisik-sisik ikan yang terang, pipih dan terletak dalam deretan yang saling tumpang tindih. Biasanya ditemukan di bawah permukaan daun. Kelompok telur yang ketiga adalah telur penggerek batang merah jambu ( esamia sp). Telur –telur tersebut diletakkan di antara batang dan upih daun., biasanya kecil-kecil , bulat dan terletak berderet.
Fase telur penggerek batang berkisar selama 1 minggu. Setelah larva pertama muncul dari kelompok telur, larva bergerak ke bawah dan mulai menggerek bagian antara upih daun dan batang. Larva terus berpindah dari satu anakan ke anakan yang lain. Penggerek batang padi kuning instar kedua ditemukan mengapung dari satu anakan ke anakan yang lain di dalam daun yang menggulung seperti ulat hama putih. Penggerek batang kuning ini mudah diidentifikasi seperti penggerek batang yang lain., larvanya seperti larva penggerek batang lainnya. Dan hanya ditemukan di dalam batang. Cara yang paling baik untuk memudahkan identifikasi serangga adalah dengan cara memelihara dari stadia larva sampai menjadi dewasa sehingga akan mudah mengenalnya.
Penggerek batang putih dan kuning tidak mempunyai warna seperti penggerek batang bergaris dan warnanya putih sampai kuning pucat. Larva penggerek batang bergaris dan berkepala gelap mempunyai lima garis kecoklatan . Larva penggerek batang merah jambu mempunyai warna merah jambu dengan kepala kemerahan.
Pupa penggerek batang biasanya ditemukan di pangkal tanaman, pada penggerek batang putih dan kuning terdapat di bagian batang yang paling dekat dengan tanah. Aapabila pada waktu panen tanaman tidak dipotong hingga dekat dengan tanah , pupa pengerek batang putih dan kuning akan tetap tinggal dalam tanaman. Pupa penggerek batang bergaris , pengerek kepala gelap dan penggerek merah jambu biasanya berada di bagian batang yang lebih tinggi daripada letak pupa penggerek batang kuning dan putih, sehingga biasanya ikut terbuang dan mati bersama jerama pada saat tanaman dipanen dan dipotong bagian batangnya. Pupa penggerek batang merah jambu ditemukan diantara batang atau upih daun sedikit di atas permukaan air sawah. Penggerek batang putih dan kuning akan lebih banyak dijumpai pada areal yang cara panennya dengan memotong seluuruh bagian tanaman hingga ke bagian dasar, karena prilaku pula yang hidup di dasar batang dekat tanah. Semua spesie pengerek batang akan menjadi masalah pada tanaman yang cara penennya hanya memotong bagian malai saja. Tingkat keseimbangan penggerek batang padi disuatu daerah dapat berubah bila terjadi perubahan varietas uynag ditanam. Penggerek batang padi kuning sangat umum dijumpai di sebagian sistem tanam, sedangkan pengerek batang putih hanya dominan pada daerah yang tidak beririgasi, karena larva dapat bertahan (diapause) selama musim kemarau.
3. Gejala Kerusakan dan upaya pengendaliannya
a. Penggerek batang padi kuning ( Scirpophaga incertulas WLK)
Sebenarnya ada sebanyak enam jenis hama penggerek batang padi yang telah dikenal.Semuanya menimbulkan kerusakan yang sama,yaitu dengan jalan menggrek batang, melubangi,dan memakan jaringan batang.
Akan tetapi,melubangi,dan memakan jaringan batang.Akan tetapi,di indonesia penggerek batang kuning lebih menonjol dibandingkan dengan penggerek batang yang lain. Hama ini menimbulkan gejala yang populer disebut “sundep”dan “beluk”.Gejala sundep yang ditimbulkan menyebabkan pangkal padi rusak tergerek, sehingga batang bagian pangkalnya mati dan mudah dicabut.Gejala sundep hanya terjadi pada tanaman yang masih muda,sedangkan gejala beluk terjadi pada tanaman yang sudah berbunga.Meskipun tanaman padi mampu berbunga ,tetapi karena pangkal tangkai mulai digerek olehnya,maka bulir-bulir menjadi hampa dan tangkai malai dengan mudah dapat dicabut.Ulat penggerek batang padi kuning ini panjangnya sekitar 25 mm dan berwarna putih kekuningan sampai hijau.
Hama ini mempunyai parasit (musuh alami) yang secara tidak langsung dapat menekan populasimya,Beberapa parasit yang sudah diketahui ialah Telenomus sp sejenis tawon yang dapat menyerang kelompok telur penggerek lebih dari 36%.Stanobracon sp dan,Hormiopterus schoenibivorus Rohw dapat menyerang larva dan pupa penggerak batang padi kuning. Bila dilakukan penyemprotan dengan insektisida (racun hama),dikhawatirkan parasit yang berguna tersebut dapat mati.Tetapi dianjurkan untuk menggunakan insektisida berbentuk butiran yang bila diberikan pada tanah dapat meresap kedalam batang padi sehingga penggerek yang memakan batang padi akan mati tanpa mengganggu populasi parasit.Insektisida granular (butiran) yang umumnya tersedia dipasar ialah Furadan 3G,Dharmafur 3Gdan Curater 3G,penelitian yang dilakukan oleh Dr.J.Soeyitnodi Bogor pada musim penghujan 1978/1979 menunjukan bahwa makin banyak kita pupuk yang mengandung nitrogen seperti urea,ternyata hama menjadi semakin banyak.Untuk mengatasi hal seperti itu,pupuk urea yang memang harus digunakan ,harus diimbangi dengan pemakaian insektisida granular agar tanaman padi terhindar dari serangan ulat penggerak tersebut.
b. Penggerek batang padi putih (Scripophaga innotata WLK)
Hama ini termasuk famili Pyralidae, Lepidoptera.
Warna ulat : putih
Telur diletakkan berkelompok dipermukaan bawah daun dan ditutupi oleh lapisan seperti beludru coklat muda.
Hama ini terdapat di indonesia dan khususnya di pulau jawa banyak muncul pada saat kering di tempat-tempat dengan ketinggian kurang dari 200 meter di atas permukaan laut.Di Kalimantan hama ini banyak menyerang tanaman padi gogo di daerah transimigrasi.Hama ini menimbulkan gejala yang sama dengan penggerek batang padi kuning yaitu sundep dan beluk.
Hama ini banyak mempunyai musuh alami atau parasit ,parasit yang menyerang telur ,misalnya Telenomus beneficiens ,dapat memarasit 50% dari telur yang ada ; Tetrastischus schonobii memarasit sekitar 15% dari telur yang ada ;
Ada juga semut jenis Solenopsis geminata F yang memakan larva .Menyadari kenyataan ini ,maka pengguna insektisida sebaiknya bukan berupa semprotan karena di khawatirkan parasit-parasit akan mati .Sebaiknya di gunakan insektisida butiran seperti yang dijelaskan didepan .Di samping itu,mencegah terulangnya hama ini dapat dilakukan dengan cara membakar jerami yang terinfeksi ,membajak jerami serta serta merendamnya dalam air pengairan .
Cara lain yang di anjurkan untuk mengatasi hama ini ialah dengan membuang bibit yang terserang serta membuang kelompok telur yang tampak .Karena kupu-kupu sangat tertarik oleh cahaya lampu,sebaiknya petani menggunakan lampu minyak tanah untuk menangkap dan mematikan kupu-kupu karena terkena api seperti untuk memberantas hama wereng.
c. Penggerak batang padi bergaris (Chilo supperessalis WLK)
Hama ini terbesar di beberapa tempat di Indonesia dan menyerang tanaman padi .Selain itu ,dapat pula menyerang tanaman padi-padian yang lain,rumput-rumput liar dan sebagainya.Tidak seperti hama penggerek batang padi putih ataupun kuning,beberapa larva hama ini dapat hidup bersama dalam satu ruas batang padi.Setelah menggerek 2-3 ruas ,larva akan berpindah ke tanaman padi yang lain .Larva berwarna abu-abu dengan kepala coklat kekuningan dan bergaris ungu memanjang. Trichogragmma sp adalah parasit yang mamakan kelompok telur sehingga berubah warna menjadi biru-hitam.Di daerah Lembang,Jawa Barat,serangan parasit dapat mencapai 100% sehingga menguntungkan kita karena tidak satu pun telur yang dapat menetas.
d. Penggrek batang ungu (Sesania inferens WLK)
Hama ini berukuran panjang sampai mencapai 30 mm.Selain menyerang tanaman padi.ia menyerang juga batang tanaman jagung dan tebu .Sesuai dengan namanya ,larva(ulat) berwarna ungu dan merah muda memanjang Telur diletakkan berbaris pada pelepahdaun yang terdiri atas 30-100 telur setiap kelompok , dan menetap dalam waktu 7 hari .Larva muda memakan pelepah daun,dan selanjutnya menggerek masuk ke dalam batang.Periode larva berlangsung cukup lama ,yaitu 3-4 minggu ,sehingga cukup beralasan bila hama ini merusak tanaman padi .Setelah fase larva diikuti dengan pupa ,dan menjadi serangga dewasa dalam waktu relatif pendek.
Seperti juga penggerek batang yang lain ,larva penggerek batang ungu ini mempunyai musuh alami atau parasit.Platy telenomus,sejenis tawon ,memarasit telur penggerek ini di daerah Singkang,Sulawesi selatan pengendalian dengan insektisida butiran yang diberikan ke tanah seperti Furadan 3G,Dharmafur 3G dan Curater3G lebih baik dari pada penyemprotan insektisida.
4. Musuh alami dan Pengelolaan
a. Musuh alami
Parasitoid dari kelompok tabuhan kecil sering memparasit kelompok telur penggerek batang dengan meletakkan telurnya didalam telur penggerek batang tersebut. Selama perkembangannya telur pengggerk batang tersebut dihancurkan oleh parasitoid sehingga sebagian kecil saja yang menetas. Untuk mengetahui apakah kelompok telur sudah terparasit di lapangan, maka dapat dilakukan dengan memelihara telur tersebut yang dipindahkan ke botol plastik atau gelas dan ditutup dengan kain halus atau dengan sumbat kapas. Setelah satu minggu larva penggerek batang dan parasitoid kecil akan muncul dan kelompok telur tersebut.
Kelompok telur juga dimangsa oleh sejenis jengkrik yang berwarna gelap. Stadia larva dan pupa juga terparasit oleh berbagai macam parasitoid yang dapat diamati dengan cara memelihara larva dan pupa penggerek seperti cara pemeliharaan telur di atas. Ngengat penggerek juga sering dijumpai tererangkap di sarang laba-laba atau ditangkap langsung oleh laba-laba pemburu. Karena musuh alami dapat terbunuh dengan mudah oleh pestisida, maka harus dipertimbangkan bagaimana melestarikan musuh alami agar mampu berperan secara maksimal.
b. Pengelolaan
Dalam upaya pengendalian hama penggerek batang padi, ada dua prinsip penting yang perlu dilakukan
Pertama : Dengan menakan populasi penggerek batang secara ,menyeluruh di areal pertanaman yaitu dengan cara memindahkan jerami dan sisa-sisa pembajakan atau tunggul tanaman di lahan. Cara ini akan membunuh larva dan pupa di pertanaman pada waktu panen serta mengurangi jumlah ngengat dewasa yang akan muncul pada musim tanam berikutnya.
Kedua : Melindungi dan melestarikan musuh alami. Musuh-musuh alami ini berupa parasitoid dan predator yang mampu membatasi peningkatan populasi penggerek batang.
Dengan demikian upaya penggunaan pestisida harus berdasarkan ambang pengendalian yang didasari dengan jumlah kelompok telur yaitu : sebelu primordiadua kelompok telur per meter persegi . Apabila kelompok telur di atas ambang ekonomi, peliharalah telur tersebut untuk mengetahui perbandingan larva hama dengan parasitoid. Apabila parasitoid lebih banyak dari pada hama , maka penggunaan insektisida tidak diperlukan. Penggunaan insektisida harus sesuai dengan rekomendasi
c. Penganmatan dan Ambang Pengendalian
Pengamatan merupakan kegiatan yang sangat penting dalam usaha budidaya pertanian, baik pengamatan tanaman maupun perkebangan serangga yang terdapat pada pertanaman tersebut. Oleh karena itu seorang petani atau petugas pertanian lapangan seharusnya melakukan pengamatan secara reguler untuk mengetahui kondisi tanaman dan hama untuk merencanakan opengendalian yang paling tepat.
Pada pengamatan penggerek batang padi, saat pengamatan paling penting dilakukan pada saat pemmbentukan anakan dan pada stadia bunting. Apabila di sawah terlihat ngengat penggerek batang atau didekat sumber cahaya seperti lampu, maka sebaiknya diadakan pengamatan seksama terhadap kelompok telur. Dari waktu tanam hingga waktu pengisian malai, ambang pengendalian adalah 2 kelompok telur per 20 rumpun. Sedangkan dari masa pengisian sampai akhir masa pembungaan ambang pengendalian adalah 1 kelompok telur per 20 rumpun. Hal
penting adalah walaupun sudah melampau ambang pengendalian, bukan berarti
penggunaan insektisida langsung digunakan, namun perlu pengamatan kelompok telur yang dijumpai dengan cara memelihara kelompok telur tersebut.
Apabila setelah menetas ternyata jumlah parasitoid masih lebihbanyak daripada larva hama penggerek batang, maka penggunaan insektisida masih bisa ditunda. Hal ini perlu dilakukan dalam rangka megoptimalkan peranan musuh alami .
e) Hama penggerek padi merah jambu (Sesamia inferens WLK).
Hama ini termasuk famili Pyralidae, Lepidoptera.
Warna ulat : merah jambu
Telur diletakkan di pelepah daun bagian dalam, oleh karena itu susah ditemukan.
Ulat penggerek ini merupakan ulat terbesar diantara jenis penggerek padi
lainnya.
Bagian tanaman yang diserang : batang padi dan pelepah daun. Keempat hama
tersebut menyerang bagian tanaman yang sama.
Cara merusak :
• Keempat hama penggerek tersebut mempunyai cara penyerangan yang
• sama
• Larva yang baru menetas bergerak menuju pelepah daun.
• Kemudian ulat tersebut menembus pelepah daun dan menggerek jaringan pembuluh batang serta makanan bagian dalam batang
• Penggerekan batang ini biasanya sampai pangkal batang.
Gejalanya serangan : Akibat serangan keempat hama tersebut juga sama yaitu :
• Pucuk tanaman padi menjadi layu, kering serta berwarna kuning kemerah-merahan. Pucuk mudah dicabut.
• Kemudian daun-daun lainnya mengering dan akhirnya seluruh batang yang terserang menjadi kering.
• Kerusakan yang terjadi pada tanaman yang masih muda yaitu sebelum berbunga dinamakan ”sundep”, sedangkan kerusakan yang menimpaMtanaman dewasa yaitu pada waktu tanaman padi sedang bunting, dinamakan gejala ”beluk”
Pengendalian :
a) Penggunaan varietas tahan
Penanaman varietas padi yang tahan terhadap gejala sundep dan beluk, sebab varietas padi ini memiliki sifat-sifat fissis dan kimiawi yang kurang disukai penggerek Misalnya : Tapus, PB. 26.
b) Sanitasi
Menjaga kebersihan di sekitar tanaman padi terhadap rumput atau tanaman inang lain, supaya tidak menjadi sarang untuk bersembunyi hama ini.
c) Secara fisis dan mekanis
• Menggenangi sawah selama kira-kira 15 hari sesudah panen selesai, lalu dibajak dalam keadaan basah atau pada akhir musim kemarau. Dengan merendam jerami, diharapkan ulat dan kepompongnya mati.
• Menyebar dan menanam benih secara serentak dalam areal peranaman yang luas, kemudian mengadakan rotasi tanaman dengan tanaman lain yang bukan menjadi inangnya.
• Telur yang menempel pada daun dikumpulkan, kemudian dibinasakan.
• Membakar jerami sehabis panen.
F). Wereng Coklat
Nilaparvata Lugens Stal
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Homoptera
Sub Ordo : Auchenorrhyncha
Family : Delphacidae
Sub Family : Fulgoroidea
Wereng batang coklat termasuk ordo, famili De Perkembangan hidupnya telurnimfa- imago. Serangga perusaknya nimfa dan imago, nimfa mengalami 5 kali ganti kulit (5 instar). Stadia nimfa berlangsung kira-kira 30 hari. Imago betina
dapat bertelur hingga 600 telur, yang diletakkan berjajar 5-30 telur per kelompok.
Selain badannya berwarna coklat terdapat tiga buah garis yang samar-samar. Panjang wereng 3-41/2 mm, lebar 2-2.8 mm.
Bagian tanaman yang diserang : batang
Cara merusak :
• Wereng merusak tanaman padi dengan menghisap cairan batang tanaman.
• Penyerangan ini dilakukan pada sekelompok tanaman padi.
• Disamping itu ada yang dapat menularkan virus hingga menyebabkan tanaman padi terkena penyakit virus, yaitu kerdil rumput (Grassy stunt)
Gejala serangan :
• Tanaman padi berubah warna menjadi kekuning-kuningan, kemudian mengering.
• Pada kelompok tanaman yang mengering, akan kelihatan seperi terbakar, disebut ”hopper burn ”
• Tanaman yang tidak mengring dapat mengalami hambatan pertumbuhan, yaitu kerdil rumput. Kerdil rumput ini disebabkan oleh virus/mikoplasma yang ditularkan oleh wereng tersebut.
• Kerdil rumput ditandai dengan :
• Tanaman tetap kerdil (termasuk batang dan daun), walaupun tanaman tersebut dapat bertunas banyak dan tumbuh segar.
Pengendalian :
a) Cara bercocok tanam
Bertanam padi secara serempak akan memperpendek masa tersedianya makanan, maka siklus hidup wereng dapat ditekan sehingga perkembangan populasi wereng sampai masa panen tiba akan terhambat. Dengan cara ini pula, populasi wereng tidak akan mencapai tingkat yang membahayakan. Hal ini dapat dilakukan pada hamparan yang luas.
b) Penggunaan varietas tahan
Tanaman padi varietas ini memiliki sifat-sifat fisik dan kimiawi yang tidak
disukai wereng, sehingga perkembangan populasi wereng dapat dihambat. Varietas padi tahan wereng ini antara lain : IR 36, IR 48, IR 64, Porong, Sentani, IR 65, Dodokan, Btang Pane, Cimanuk, Progo, Kelara, Citanduy, Cipunegara, Kruing Aceh, Cikapundung dll. Varietas ini juga dapat mencegah penyakit virus/mikoplasma yang ditularkan oleh wereng. Walaupun demikian, varietas tahan ini pada suatu ketika dapat menjadi tida tahan lagi.
c) Sanitasi
Diusahakan agar areal pertanaman bersih dari rumput liar, baik disekitar tanaman maupun di antara tanaman padi. Sebab wereng juga dapat menyerang tanaman lain, seperti jagung, tebu atau jenis rumput yang lain.
d) Cara biologis
Wereng padi mempunyai musuh alami yang berupa predator dan parasid. Musuh alami ini berupa laba-laba, kepinding mirid, kumbang kubah, kumbang tanah, anggang-anggang, serangga pemburu air lainnya, tabuhan parasid serta jamur.
g). Tungro (Mentek)
Virus group : Virus
Genus : Unassigned Virus
Penyebab dan penularannya :
Penyakit ini disebabkan oleh virus atau mikoplasma yang ditularkan oleh wereng Nephotettiex apicalis. Tungro berarti pertumbuhan degeneratif, yang pernah menyerang tanaman padi di Filipina dan Bangladesh, kemudian masuk ke
Indonesia. Sedangkan di Thailand penyakit ini dikenal dengan Yellow orange leaf.
Menurut Holmes, virus ini adalah Fractilinea oryzae Holmes, sedangkan menurut
Smith ialah Oryza virus I (Fukushi) Smith. Virus tersebut bersifat non persisten yaitu hanya dapat menimbulkan infeksi dalam jangka pendek saja.
Bagian tanaman yang diserang : Semua bagian padi
Gejala serangan :
• Pertumbuhan tanaman kurang sempurna, yaitu kerdil
• Warna daun berubah, yag bervariasi dari kuning ke merah jambu gejala ini dipengaruhi oleh jenis padi, lingkungan, umur tanaman, dan strain virus.
• Jumlah tunas sedikit berkurang, terutama bila virus menyerang tanaman yang masih muda.
• Gejala tersebut akan tampak 7-10 hari setelah wereng menularkan virus.
Akibat serangan :
Tanaman sakit terlambat membentuk bunga. Malai kecil dan tidak sama sekali keluar upih daun, kebanyakan bijinya hampa atau terisi sebagian, dan sering
mempunyai bercak-bercak coklat tua. Tanaman kurang membentuk akar. Tanaman sakit cendrung lebih rentan terhadap bercak coklat (Drechslera oryzae) dan bercak coklat sempit (Cercospora janseana)
Pengendalian :
Berhubung tanaman padi tersebut mendapat serangan yang disebabkan oleh virus dan penularannya, maka tindakan yang harus dilakukan adalah :
• Penanaman varietas unggul resisten terhadap vektor (wereng). Ini merupakan tindakan tepat, sebab virus adalah penyakit yang paling sukar diketahui cara pengendaliannya.
• Menginaktivasi virus
• Varietas padi yang dapat ditanam ialah : Kelana, IR 52, IR 36, IR 48, IR 54, IR 42.
h) Blas
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Class : Ascomycetes
Subclass : Sordariomycetidae
Family : Magnaporthaceae
Genus : Magnaporthe
Species : Magnaporthe grisea.dan Magnaporthe salvinii
Penyakit blas ( blast ), yang sering disebut ”penyakit Pyricularia” atau disebut juga cendawan Pyriculari grisea CKE. Cendawan ini mempertahankan diri dengan konida pada biji dan jerami blas adalah penyakit yang gejala serangannya mirip dengan pertanaman yang ditiup dengan udara panas. Berbeda dengan bercak coklat ( Drechslera oryzae ), blas lebih banyak terdapat di pertanaman yang subur. Oleh karena itu penyakit ini sering dianggap sebagai ”penyakit orang kaya”
Bagian tanaman yang diserang : Daun, Buku-buku pada batang dan ujung tangkai malai
Gejala serangan :
a. Busuk daun ( Rice blast )
• Mula-mula pada daun muda tampak bercak-bercak berbentukbelah ketupat, kedua ujungnya memenjang searah dengan urat daun.
• Bagian tepi bercak-bercak tersebut berwarna coklat, sedang tengahnya berwarna putih abu-abu.
• Bila terjadi serangan pada daun tua, tampak bercak-bercak yang lebih kecil dan bercak-bercak ini cendrung bergabung menjadi satu pada pangkal helai daun sehingga tampak mengering seperti terbakar.
b. Busuk gelang buku ( Node blast )
• Tanaman yang telah keluar malai, menjadi sasaran cendawan, terutama bagian buku-buku batang.
• Buku-buku batang berubah warna menjadi coklat kehitam-hitaman dan berkerut, kemudian mengering dan mudah patah.
• Malai padi menjadi kuning, butir padi tidak terisi penuh atau hampa.
c. Busuk leher ( Neck rot )
• Ujung tangkai melai dan cabang-cabang didekat pangkal malai menjadi busuk.
• Leher malai berkerut dan berwarna coklat kehitaman
• Malai berwarna kuning, butir padi hampa atau terisi sebagian
Akibat Serangan :
• Apabila serangan terjadi pada daun, maka proses pemasakan makanan terhambat sehingga mempengaruhi proses-proses lainnya.
• Apabila serangan terjadi pada biji, mengakibatkan butiran padi menjadi hampa, sehingga produksi pun merosot,
Pengendalian :
Secara fisis dengan cara tindakan preventif yang perlu dilakukan ahíla batang dan jerami sisa tanaman sebelumnya harus dibakar. Apabila tampak ada gejala penyakit tersebut. baik yang terjadi di persemaian maupun disawah, maka sawah perlu digenangi air secukupnya.
Penanaman varietas unggul yang resisten seperti ; Sentana, Cimandiri, Dodokan, IR 48, IR 36, dan Si Ampat. Pengelolaaan pupuk N yang tepat yaitu pemberian pupuk tidak bersamaan dengan waktu tanam, pada saat pertengahan fase vegetatif dan fase mulai pembentukan bulir.
Hama tanaman jagung :
a. Lalat bibit (Atherigona exigua Stein; A. oryzae; A.orientalis) Memiliki ciri tubuh berwarna abu-abu. Punggung berwarna kuning kehijauan dan bergaris, dan perut berwarna cokelat kekuningan.adapun telur berwaran mutiara. Panjang lalat yaitu 3-3,5 cm.
Gejala : Daun berubah warna menjadi kekuning-kuningan, di sekitar bekas gigitan atau bagian yang terserang mengalami pembusukan dan Pertumbuhan tanaman menjadi kerdil atau mati.
Pengendalian : Penanaman serentak dengan selisih waktu 10 hari, penerapan pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang, pencabutan dan pemusnahan tanaman yang terserang lalat bibit harus agar hama tidak menyebar, kebersihan di areal penanaman dijaga dan selalu di perhatikan, terutama terhadap tanaman inang yang sekaligus sebagai gulma sedangkan Pengendalian secara kimiawi dengan penggunaan insektisida yang efektif pada benih, misalnya Marshal 25 ST. penggunaan dosis sesuai aturan pakai.
b. Lundi/uret, merupakan larva dari kumbang Holotrichia helleri Brsk. Bentuk lundi seperti ulat yang berwarna putih, tetapi hidup di dalam tanah.
Gejala : Tanaman layu karena perakaran rusak.
Pengendalian : Penerapan pergiliran tanaman, pengolahan tanah untuk mematikan larva, pengaturan waktu tanam dengan cara menanam sebelum musim hujan sedangkan Pengendalian secara kimiawi dengan insektisida pada saat tanam.
c. Ulat pemotong (Agrotis sp. Atau disebut juga A.ipsilon) Ulat pemotong memiliki nama ilmiah Agrotis sp. Atau disebut juga A, ipsilon.
Gejala : Tanaman jagung yang terserang biasanya terpotong beberapa cm diatas permukaan tanah yang ditandai dengan adanaya bekas gigitan pada batangnya. Akibatnya, tanaman jagung yang masih muda itu roboh di atas tanah.
Pengendalian : Penanaman secara serentak pada areal yang luas, penerapan pergiliran tanaman.ulat yang biasanya terdapat didalam tanah dicari dan dibunuh, sebelum ditanami jagung, lahan disemprot terlebih dahulu dengan insektisida.
d. Penggerek tongkol merupakan larva dari ngengat heliotis armigera Hbn.
Gejala : Menyerang tongkol dan pucuk tanaman yang akhirnya tanaman mati, Bunga jantan (malai) diserang sehingga tidak akan berkembang menjadi malai. Dengan demikian, hasil produksi berkurang.
Pengendalian : Penerapan pergiliran tanaman, Penanaman serentak, Pemusnahan ulat. Penyemprotan insektisida cair atau pemberian insektisida butiran pada pucuk tanaman saat tanaman berumur 4 minggu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar